asma ALLAH |
Suatu saat Seorang Kakek yang hadir dalam
sebuah pengajian yang dipimpin oleh seorang Ustad muda, bertanya: “Anakku, Tadi
Anakku menyampaikan ceramah tentang Aqidah, tentang Allah, boleh kakek
bertanya? Dimanakah Allah itu?”. Sebuah pertanyaan yang membuat sang Ustad muda
bingung.., sangat dalam sekali.
Saat itu pula ia teringat pesan Guru-nya,
jika ada yang bertanya dimana pertanyaan itu bukan sifatnya ingin tahu atau
ingin sekedar menguji dan kita tidak tahu jawabannya maka berikanlah jawaban
seperti ini “Sesungguhnya orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya”.
Kakek itupun manggut-manggut, sambil
tertunduk beliau bertanya lagi.
“Anakku, Coba Ambilkan Pelita itu (sebuah
kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan diberi api disumbunya), boleh
kakek bertanya? Kapan Pelita ini disebut Pelita? “.
Kembali sang Ustad memberikan jawaban
“Kakek, Saya tidak bisa menjawabnya, Terangkanlah pada Saya”.
Sang Kakek bukan malah menjawabnya tetapi
memberikan pertanyaan baru lagi “Jika Kakek Tiup Api diatas Pelita ini, Kakek
bertanya, Tahukan Engkau Anakku, Kemana Perginya Api Itu?”.
Allahu Akbar! Teriak bathin sang Ustad,
selama ini ia tidak pernah berfikir tentang kemana perginya api ketika ditiup
dari pelita yang hidup, oh iya ya, kemana perginya api itu, bahkan tidak
berbekas sama sekali.
Kembali ia menjawab “Saya Tidak Tahu Kek,
Berikan ilmu Pada Saya”.
Kembali Kakek itu tidak menjawab, Beliau
justru menanyakan nama si Ustad “Nak, Namamu siapa?”, ia jawab “Abdullah...”,
beliau manggut-manggut lagi , ia bertambah heran saja dengan kakek ini yang
entah dari mana datangnya. “Boleh Kakek bertanya lagi, Dimana Abdullah Itu?”
Wah pertanyaan apa lagi ini pikirnya, untuk
yang satu ini ia menjawab “Di Depan Kakek , Inilah Abdullah... ”.Si Kakek Tua
hanya geleng-geleng kepala dan merenung sejenak, si Ustad terbawa suasana
merenung seperti kakek ini dan tiba-tiba beliau menepuk bahu sang Ustad dan
memanggil nama nya “Abdullah…….!”.
Ia jawab dengan Spontan “Ya Kek!”.
Kakek itu tersenyum lebar dan kemudian
mengatakan :
“Anakku, Barusan kakek merasakan adanya
Abdullah, karena bagimu Abdullah itu tidak ada, jika Kau pegang tanganmu, itu
Tangan Abdullah..!, jika kau pegang Keningmu, Itu Kening Abdullah..!, jika kau
pegang kepalamu, itu Kepala Abdullah..!, Jika kau pegang tangan dan kakimu, itu
adalah tangan dan kaki Abdullah.!, lalu…..DIMANAKAH ABDULLAH ITU?! Abdullah Itu
ada saat begitu banyak orang merasakan banyaknya manfaat kehadiran dirimu,
sehingga banyak orang menyebut namamu Anakku...”.
"Demikianlah
perumpamaan Allah Swt, Sesungguhnya Allah itu sudah Ada sebelum apapun ada
dimuka bumi ini, Allah itu sudah ada bahkan jikapun Bumi tidak diciptakan
olehnya, Tapi Allah itu Tidak Ada Bagimu, Jika kamu tidak pernah mengerti
tentang-NYA, Kau sebut langit itu adalah langit ciptaan Allah, kau sebut Api
itu Api ciptaan Allah, Kau Sebut Air, itu adalah Air Ciptaan ALLAH, lalu
dimanakah Allah?Dimanakah Allah? Allah itu ada bagimu, Bila kau selalu menyebut
nama-NYA, kau zikirkan setiap hembusan nafasmu, Maka Dia selalu ada bersamamu,
Maka Allah itu Ada Bagimu, karena ada dan tidak adanya dirimu, Allah Itu Tetap
Ada..!!", demikian si Kakek menjawab panjang.
Subhanallah, pagi Ramadhan yang indah bagi
si Ustad muda, sebuah ilmu yang tidak mungkin ia dapatkan di bangku kuliah...
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Walillahilhamd
Sebelum perpisahan dengan kakek itu , ia
masih penasaran dengan Perumpamaan Pelita yang ditanyakan tadi, sang Kakek
lanjut menjelaskan “Pelita itu tidak bisa kamu sebut Pelita tanpa ada Apinya...
ketika Pelita itu tidak Apinya dia hanya bisa disebut Kaleng Cat Minyak yang
berisi minyak tanah dan bersumbu, itu saja.....
Baru Bisa Kau sebut Pelita apabila kau
berikan Api disumbunya....,
ini bermakna demikianlah manusia, ketika
ruhnya tidak ada, itu hanya bangkai yang berjalan, yang perlu kau hidupkan
setiap hari adalah ruhnya, sehingga dia bisa menerangi dan memberikan manfaat
bagi sekitarnya...”.
Allahu Akbar! Teriak bathin si Ustad
muda.
Kembali sebuah nasehat yang luar biasa di
Ramadhan ini bagi nya, dan ketika sebelum ia cium tangannya, Sang Kakek ini
membisikan ke telinga “Anakku, Ingat saat Api diatas pelita itu ditiup, Api
menghilang, tak berbekas dan kau tidak bisa melihatnya lagi, bahkan bentuk ,
rasa sudah tidak bisa kau lihat, bahkan kau tanyakan seribu kali kemana
perginya Api kau tidak akan bisa menjawabnya..., Demikianlah dengan RUH anakku,
saat dia pergi dari jasadmu dia tidak akan membentuk apapun , dia raib
sebagaimana Zat yang menciptakannya, DIA-lah ALLAH Swt.... Maka rawat dengan
benar ruh yang ada dalam jasadmu..... Assalamualaikum”.
“Wa’alaikumsalam” jawab si Ustad sembari
menitikaan Air Mata, “Ya Allah, Ramadhan kali ini terasa indah bagiku, Aku
ingin bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan Ya ALLAH” ia berdoa dalam hati..
Hingga hari ini, ia tidak menemukan bahkan
tidak pernah mengenal nama kakek itu & tidak pernah ia lihat lagi seumur
hidupnya...
(dari dokumen di
Facebook Pemuda TQN Suryalaya)
Posting Komentar
Posting Komentar