Oleh : KH. Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab
Khidmat Manakib 16 April 2008 di PP.Suryalaya.
Suatu hari, saya menghadap kepada Pangersa Abah
Anom untuk melaporkan tentang perkembangan pesantren. Waktu itu, luas pesantren
hanya 500 M2 dan alhamdulillah akan diperluas. Apa jawaban Pangersa Abah ketika
saya melaporkan bisa membeli tanah untuk perluasan pesantren? Sambil tersenyum
beliau menjawab : "Taneuh gé, hayangeun diajak ibadah euy" (Tanah
juga ingin diajak ibadah). Karena kebodohan kita, mata hati kita yang tertutup
penuh dengan noda, ruh kita yang kotor, hijab yang begitu tebal sehingga kita
hanya tahu bahwa yang bisa bicara itu hanya manusia saja. Alam ini, tidak bisa
berbicara, diam saja, sehingga manusia yang serakah mengambil hasil alam tanpa
perhitungan dan merusaknya. Yang terjadi kemudian adalah seperti tertulis dalam
TANBIH (Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun
kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh
jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka
lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan, ketakutan, dan sebagainya
yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri) mengutip dari surat an-Nahl
ayat 112: "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah
negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah
ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah;
Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,
disebabkan apa yang selalu mereka perbuat".
Dalam salah satu Manqobah, seekor unta berbicara
dengan Syekh Abdul Qodir Qs. ketika muda. Nabi Sulaiman bisa mengerti bahasa
semut. Gunung-gunung pernah menawarkan diri berubah menjadi emas kepada Nabi
Muhammad SAW. Ketika beliau ditimpa kelaparan. Di akhirat nanti, tangan dan
kaki kita yang berbicara sebagai saksi atas perbuatan kita selama di dunia. Oleh
karena itu, manusia yang dipilih oleh Allah untuk menjadi Khalifahnya, harus
benar-benar bisa menjadi Wakil Allah di muka bumi. Dengan berbakal ilmu yang
diamalkan, iman dan taqwa serta bimbingan dari seseorang yang sudah sampai
kepada Allah. Seorang saja Wali Allah berkurang jumlahnya maka tidak akan turun
hujan setetespun. Bimbingan seorang Guru Mursyid sangat mutlak diperlukan
sehingga kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya.
Mari kita tingkatkan ibadah dengan mencontoh Guru kita
Posting Komentar
Posting Komentar