Imam AlGhazali |
Ketahuilah bahwa manusia ini bukanlah dijadikan
untuk gurau-senda atau "sia-sia" saja. Tetapi adalah dijadikan
dengan 'Ajaib sekali dan untuk tujuan yang besar dan mulia. Meskipun
manusia itu bukan Qadim (kekal dari azali lagi), namun ia hidup
selama-lamanya. Meskipun tubuhnya kecil dan berasal dari bumi,
namun Ruh atau Nyawa adalah tinggi dan berasal dari sesuatu yang bersifat
Ketuhanan. Apabila hawa nafsunya dibersihkan sebersih-bersihnya,
maka ia akan mencapai taraf yang paling tinggi. Ia tidak lagi menjadi
hamba kepada hawa nafsu yang rendah. Ia akan mempunyai sifat-sifat
seperti Malaikat.
Dalam peringkat yang
tinggi itu, didapatinya SyurgaNya adalah dalam bertafakur mengenang Alloh
Yang Maha Indah dan Kekal Abadi.
Tidaklah lagi ia tunduk
kepada kehendak-kehendak kebendaan dan kenafsuan semata-mata. Al-Kimiya'
Keruhanian yang membuat pertukaran ini. Seorang manusia itu adalah ibarat
Kimia yang menukarkan logam biasa (Base Metal) menjadi emas. Kimia ini
bukan senang hendak dicari. Ia bukan ada dalam sebarang rumah
orang.
Kimia ini ialah
ringkasnya berpaling dari dunia dan menghadap kepada Alloh Subhanahuwa
Taala.
Bahan-bahan Kimia ini
adalah empat :
1. Mengenal
Diri 2. Mengenal
Alloh 3. Mengenal Dunia ini Sebenarnya. (Hakikat
Dunia) 4. Mengenal Akhirat sebenarnya (Hakikat Akhirat)
Tambah lagi satu
bahan-bahan kimianya yaitu Mencintai Alloh sebagaimana yang terdapat dalam
bab-bab.
Kita akan teruskan
perbincangan kita berkenaan bahan-bahan ini satu-persatu...Insya Alloh.
Untuk menerangkan
Al-Kimiya' itu dan cara-cara operasinya, maka pengarang (Imam Ghazali)
coba menulis Kitab ini dan diberi judul "Al-Kimiya' As-Saadah" yakni
Kimia Kebahagiaan. Bahwa perbendaharaan Tuhan dimana Kimia ini boleh
didapati ialah Hati Para Ambiya' dan pewaris-pewarisNya dari kalangan
ulama-ulama Sufi kalangan Aulia Alloh. Barang siapa yang mencarinya
selain itu adalah sia-sia dan akan Muflis (bangkrut) di Hari Pengadilan kelak
apabila ia mendengar suara yang mengatakan :
"Kami telah
angkat tirai dari kamu, dan pandangan kamu hari ini sangat tajam
dan nyata".(Qaaf:22)
Alloh Subhanahuwa Taala
telah turunkan ke bumi ini 124,000 orang Ambiya untuk mengajar manusia tentang
bahan-bahan Al-Kimiya ini. Bagaimana hendak menyucikan hati mereka dari
sifat-sifat rendah dan keji itu. Ikuti perkembangan perbincangan
Imam Ghazali ini dari satu tingkat ke satu tingkat yang membuka jalan-jalan
orang-orang Sufi yang mencapai Maqam Mahabbah, puncak tertinggi kebahagiaan
yang ingin dimiliki oleh orang-orang yang Mengenal Alloh.
ANAK KUNCI UNTUK
MENGENAL ALLOH
Mengenal diri itu adalah
"Anak Kunci" untuk Mengenal Alloh. Hadis ada mengatakan :
MAN 'ARAFA NAFSAHU FAQAD
'ARAFA RABBAHU
(Siapa yang kenal kenal
dirinya akan Mengenal Alloh)
Firman Alloh Taala :
Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan
apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala
sesuatu? (QS. 41:53)
Tidak ada hal yang
melebihi diri sendiri. Jika anda tidak kenal diri sendiri, bagaimana
anda hendak tahu hal-hal yang lain? Yang dimaksudkan dengan Mengenal Diri
itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda, tubuh, muka, kaki, tangan
dan lain-lain anggota anda itu. karena mengenal semua hal itu tidak akan
membawa kita mengenal Alloh. Dan bukan pula mengenal perilaku dalam diri
anda yaitu bila anda lapar anda makan, bila dahaga anda minum, bila
marah anda memukul dan sebagainya. Jika anda bermaksud demikian,
maka binatang itu sama juga dengan anda. Yang dimaksudkan sebenarnya
mengenal diri itu ialah:
Apakah yang ada dalam
diri anda itu?
Dari mana anda
datang? Kemana anda pergi? Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana
ini? Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya derita?
Sebagian daripada
sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan. Sebagian pula bersifat
Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat. Anda hendaklah tahu sifat yang
mana perlu ada, dan yang tidak perlu. Jika anda tidak tahu,
maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.
Kerja binatang ialah
makan, tidur dan berkelahi. Jika anda hendak jadi binatang,
buatlah itu saja. Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan
manusia, pandai menipu dan berpura-pura. Kalau anda hendak menurut
mereka itu, lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka itu. Malaikat
sibuk dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi. Mereka bebas dari
sifat-sifat kebinatangan.
Jika anda ingin bersifat
dengan sifat KeMalaikatan, maka berusahalah menuju asal anda itu agar
dapat anda mengenali dan menuju pada Alloh Yang Maha Tinggi dan bebas dari
belenggu hawa nafsu. Sebaiknya hendaklah anda tahu kenapa anda dilengkapi
dengan sifat-sifat kebintangan itu.
A dakah sifat-sifat
kebinatangan itu akan menaklukkan anda atau adakah anda menakluki
mereka?. Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi
itu, anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.
Langkah pertama untuk
mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang
zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang batin yaitu
hati atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu
bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh.
Yang dimaksudkan dengan
"HATI" itu ialah satu hal yang dapat menggunakan semua kekuatan,
yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kaki tangannya saja. Pada
hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang Alam Nyata(Alam Ijsam) tetapi
adalah termasuk dalam Alam Ghaib. Ia datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara
yang melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan akhirnya kembali akan
kembali juga ke negeri asalnya. Mengenal hal seperti inilah dan
sifat-sifat itulah yang menjadi "Anak Kunci" untuk mengenal Alloh.
Sedikit ide tentang
hakikat Hati atau Ruh ini bolehlah didapati dengan memejamkan mata dan
melupakan segala hal yang lain kecuali diri sendiri. Dengan cara ini,
dia akan dapat melihat tabiat atau keadaan "diri yang tidak
terbatas itu". Meninjau lebih dalam tentang Ruh itu adalah
dilarang oleh hukum. Dalam Al-Quran ada diterang,
Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Bani Israil:85)
Demikianlah sepanjang
yang diketahui tentang Ruh itu dan ia adalah mutiara yang tidak bisa
dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan ia termasuk dalam "Alam
Amar/perintah". Ia bukanlah tanpa permulaan. Ia ada
permulaan dan diciptakan oleh Alloh. Pengetahuan falsafah yang tepat
mengenai Ruh ini bukanlah permulaan yang harus ada dalam perjalanan
Agama, tetapi adalah hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam
jalan itu, seperti tersebut di dalam Al-Quran :
Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik. (Al-Ankabut:69)
Untuk menjalankan
perjuangan Keruhanian ini, bagi upaya pengenalan kepada diri dan
Tuhan, maka
§ Tubuh itu bolehlah diibaratkan sebagai sebuah
Kerajaan,
§ Ruh itu ibarat Raja.
§ Pelbagai indera (senses) dan daya (fakulti) itu
ibarat satu pasukan tentara.
§ Aqal itu bisa diibaratkan sebagai Perdana
Menteri.
§ Perasaan itu ibarat Pemungut pajak,
perasaan itu terus ingin merampas dan merampok.
§ Marah itu ibarat Pegawai Polisi,
§ marah sentiasa cenderung kepada kekasaran dan
kekerasan.
Perasaan dan marah
ini perlu ditundukkan di bawah perintah Raja. Bukan dibunuh atau
dimusnahkan karena mereka ada tugas yang perlu mereka jalankan, tetapi
jika perasaan dan marah menguasai Aqal, maka tentulah Ruh akan hancur.
Ruh yang membiarkan
kekuatan bawah menguasai kekuatan atas adalah ibarat orang orang yang
menyerahkan malaikat kepada kekuasaan Anjing atau menyerahkan seorang Muslim ke
tangan orang Kafir yang zalim. Orang yang menumbuh dan memelihara
sifat-sifat iblis atau binatang atau Malaikat akan menghasilkan ciri-ciri atau
watak yang sepadan dengannya yaitu iblis atau binatang atau Malaikat itu.
Dan semua sifat-sifat atau ciri-ciri ini akan nampak dengan bentuk-bentuk yang
jelas di Hari Pengadilan.
§ Orang yang menurut hawa nafsu nampak seperti
babi,
§ Orang yang garang dan ganas seperti anjing dan
serigala,
§ Orang yang suci seperti Malaikat.
Tujuan disiplin akhlak
(moral) ialah untuk membersihkan Hati dari karat-karat hawa nafsu dan
amarah, sehingga ia jadi seperti cermin yang bersih yang akan memantulkan
Cahaya Alloh Subhanahuwa Taala.
Mungkin ada orang
bertanya,
"Jika seorang itu
telah dijadikan dengan mempunyai sifat-sifat binatang, Iblis dan juga Malaikat,
bagaimanakah kita hendak tahu yang sifat-sifat Malaikat itu adalah sifatnya
yang hakiki dan yang lain-lain itu hanya sementara dan bukan sengaja?"
Jawabannya ialah mutiara
atau inti sesuatu makhluk itu ialah dalam sifat-sifat yang paling tinggi yang
ada padanya dan khusus baginya. Misalnya keledai dan kuda adalah dua
jenis binatang pembawa barang-barang, tetapi kuda itu dianggap lebih
tinggi darjatnya dari keledai karena kuda itu digunakan untuk peperangan.
Jika ia tidak boleh digunakan dalam peperangan, maka turunlah ke bawah
derajatnya kepada derajat binatang pembawa barang-barang. saja.
Begitu juga dengan
manusia; daya yang paling tinggi padanya ialah ia bisa berfikir yaitu
Aqal. Dengan pikiran itu dia bisa memikirkan hal-hal Ketuhanan. Jika
daya berfikir ini yang meliputi dirinya, maka bila ia mati (bercerai
nyawa dari tubuh) , ia akan meninggalkan di belakang semua
kecenderungan pada hawa nafsu dan marah, dan layak duduk bersama dengan
Malaikat. Jika berkenaan dengan sifat-sifat Kebinatangan, maka
manusia itu lebih rendah tarafnya dari binatang, tetapi Aqal menjadikan
manusia itu lebih tinggi tarafnya, karena Al-Quran ada menerangkan
bahwa,
Tidakkah kamu perhatikan
sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit
dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan
di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman:20)
Jika sifat-sifat yang
rendah itu menguasai manusia, maka setelah mati, ia akan memandang
terhadap keduniaan dan merindukan keindahan di dunia saja.
Ruh manusia yang berakal
itu penuh dengan kekuasaan dan pengetahuan yang sangat menakjubkan.
Dengan Ruh Yang Berakal
itu manusia dapat menguasai segala cabang ilmu dan Sains.
Dapat mengembara dari
bumi ke langit dan balik semula ke bumi dalam sekejap mata.
Dapat memetakan langit
dan mengukur jarak antara bintang-bintang.
Dengan Ruh itu juga
manusia dapat menangkap ikan ikan dari laut dan burung-burung dari udara.
Menundukkan
binatang-binatang untuk tunduk kepadanya seperti gajah, unta dan
kuda.
Lima indera
(pancaindera) manusia itu adalah ibarat lima buah pintu terbuka menghadap ke
Alam Nyata (Alam Syahadah) ini.
Lebih ajaib dari itu
lagi ialah Hati. Hatinya itu adalah sebuah pintu yang terbuka
menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib.
Dalam keadaan
tidur, apabila pintu-pintu dunia tertutup, pintu Hati ini terbuka
dan manusia menerima berita atau kesan-kesan dari Alam Ghaib dan kadang-kadang
membayangkan hal-hal yang akan datang. Maka hatinya adalah ibarat cermin
yang memantulkan (bayangan) apa yang tergambar di Luh Mahfuz. Tetapi
meskipun dalam tidur, pikiran tentang hal-hal keduniaan akan menggelapkan
cermin ini. maka gambaran yang diterimanya tidaklah terang. Setelah
lepasnya nyawa dengan tubuh (mati), Pikiran-pikiran tersebut hilang sirna
dan segala sesuatu terlihatlah dalam keadaan yang sebenarnya.
Firman Alloh dalam
Al-Quran :
Sesungguhnya kamu berada
dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup
(yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaaf:22).
PEMBUKAAN HATI KE ALAM GHAIB
Pembukaan pintu
hati ke Alam Ghaib ini berlaku juga dalam kondisi-kondisi yang
dekat Wahyu Kenabian, di mana Intuisi atau Wahyu atau Ilham terbit
dalam pikiran tanpa di bawa melalui saluran-saluran indera(pancaindera)
sebagaimana seseorang itu menyucikan dirinya dari pengaruh nafsu kebendaan dan
menumpukan(konsentrasi) pikirannya kepada Alloh. Maka semakin bertambah
teranglah kesadarannya pada Intuisi atau Ilham yang seperti itu. Mereka
yang tidak tahu tentang hal ini tidak berhak menafikan hakikat tersebut.
Intuisi (Ilham) ini
bukanlah terbatas bagi mereka Kenabian saja. Ibarat besi, jika
selalu digosok dan digilap akan menjadi berkilat seperti cermin.
Begitu juga jiwa dan pikiran yang diasuh dengan disiplin sedemikian rupa akan
dapat menerima informasi dari Alam Ghaib itu. Sebab itulah Nabi Muhammad
SAW. ada bersabda,
"Tiap-tiap
kanak-kanak itu dilahirkan dalam keadaan Islam (fitrah), maka kemudian
ibu-bapanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi"
Tiap-tiap manusia dalam
kesadaran batinnya yang dalam itu pernah mendengar pertanyaan;
Bukankah aku ini
Tuhanmu?" dan
mereka menjawab; "Ya", sebenarnya" tetapi
sesetengah hati adalah ibarat cermin yang penuh debu dan berkarat sehingga
tidak memberi bayangan apa-apa di dalamnya. Tetapi hati Ambiya dan Aulia
meskipun mereka itu manusia biasa yang mempunyai perasaan seperti kita,
mereka sangat senang dan cepat menerima semua gambaran atau Ilham Ketuhanan
Yang Maha Tinggi itu.
Bukanlah karena Ilmu
yang didapati dari Ilham atau Wahyu atau Intuisi itu saja yang menyebabkan Ruh
manusia itu dapat menduduki martabat pertama atau paling tinggi di kalangan
makhluk, tetapi juga oleh karena kekuasaannya(Ruh). Sebagaimana
Malaikat-malaikat menguasai atau memerintah unsur-unsur, maka begitu
jugalah Ruh itu. Ia memerintah anggota-anggota tubuh. Ruh-ruh yang
mencapai peringkat kekuasaan yang khusus bukan saja memerintah tubuh
mereka sendiri tetapi juga tubuh-tubuh yang lain.
Jika mereka menginginkan
orang sakit supaya sembuh, maka sembuhlah ia, atau orang yang sehat
bisa disakitinya; atau jika mereka inginkan seseorang supaya datang
kepada mereka, maka datanglah orang itu.
Oleh karena kerja-kerja
Ruh yang kuat ada dua macam; yaitu baik dan jahat, maka perbuatan
mereka itu pun dibagikan dua macam juga yaitu Mukjizat dan yang lagi satu
Sihir.
Ruh-ruh yang kuat ini
berbeda dari Ruh-ruh orang biasa dalam tiga hal:
Apa yang orang lain
dapat lihat secara mimpi dalam tidur, mereka lihat dalam jaga.
Orang lain hanya dapat
menguasai tubuh mereka sendiri saja, mereka ini dapat menguasai tubuh-tubuh selain diri
mereka juga.
Orang lain mendapat Ilmu
dengan belajar dan mengkaji bersungguh-sungguh, mereka ini mendapat Ilmu
itu secara Ilham atau Wahyu.
Bukanlah ini saja tanda
yang membedakan mereka dari orang biasa. Ada lagi yang
lain. Tetapi itulah saja yang kita ketahui. Sebagaimana juga kita
ketahui yaitu Alloh itu saja yang mengenal DiriNya Yang
Sebenar-benarNya, begitu jugalah hanya Nabi-nabi itu juga yang
mengenal Hakikat Kenabian itu sebenarnya. Ini tidaklah mengherankan.
Sedangkan dalam kehidupan sehari-harian ini pun kita mengalami kesulitan
untuk menerangkan keindahan sesuatu Syair atau Puisi kepada orang yang tidak
tahu dan tidak faham tentang Syair dan Puisi; atau keindahan warna pada
orang buta.
Di samping
ketidakmampuan, ada hal lain lagi yang menghalang seseorang itu
mencapai Hakikat Keruhanian. Satu daripadanya ialah Ilmu yang diperolehi
dari luar.
Sebagai ibarat,
hati itu adalah sebuah telaga, dan lima indera ialah lima batang pipa
air yang sentiasa mengalirkan air ke telaga itu. Untuk mengetahui isi
telaga itu sebenarnya, pipa air itu hendaklah dihentikan mengalir ke
dalam telaga itu untuk sementara waktu, dan sampah-sampah yang di
bawa oleh pipa air itu hendaklah dibuang dari telaga itu. Demikianlah
ibaratnya.
Sekiranya kita hendak
mencapai Hakikat Keruhanian yang suci itu, maka kita hendaklah sementara
waktu menepikan Ilmu yang diperolehi dari proses luar (yaitu yang datang dari
luar seperti belajar, membaca dan sebagainya) di mana biasanya telah
menjadi beku dan keras dan bersifat Prasangka (Doqmatic Prejudice).
Di samping itu ada pula
satu kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang pendek IlmuNya, yaitu
setelah mereka mendengar percakapan orang-orang Sufi, mereka pun
merendah-rendahkan taraf ilmu. Ini adalah ibarat seorang yang bukan ahli
dalam bidang Ilmu Kimia mengatakan, "Kimia itu lebih baik dari
emas!", dan ia enggan menerima apabila emas diberikan
kepadanya. Kimia lebih baik dari emas, tetapi ahli-ahli Kimia yang
sebenar-benar pakar sangat sedikit bilangannya. Begitu jugalah ahli-ahli
Sufi yang pakar sebenarnya amat sedikit bilangannya.
Orang yang hanya tahu
sedikit saja berkenaan Kesufian adalah tidak lebih tinggi martabatnya dari
orang-orang yang berpengetahuan. Begitu juga orang yang baru mencoba
beberapa percobaan dalam bidang Kimia, janganlah hendak
merendah-rendahkan orang yang kaya.
Orang-orang yang melihat
berkenaan hal ini tentu akan melihat betapa kebahagian itu adalah sebenarnya
berkaitan dengan Mengenal Alloh Subhanahuwa Taala. Tiap-tiap
anggota kita ini suka dan tertarik dengan apa yang sebenarnya dia
dirasakannya.
Misalnya :
Hawa nafsu suka dengan
apa yang dikehendakinya.
Marah suka dengan
membalas dendam.
Mata suka dengan benda
yang indah.
Telinga suka mendengar
musik yang merdu dan sebagainya.
Fungsi (tugas) Ruh
manusia yang paling tinggi ialah Menyaksikan atau Melihat Hakikat, dan di
sanalah ia mendapat ketertarikan dan kebahagiannya. Seorang itu amat
gembira diberi jabatan Perdana Menteri, tetapi kegembiraan itu akan
bertambah jika Raja berkawan baik dengannya dan menceritakan kepadanya
rahasia-rahasia negeri.
Ahli Ilmu Falak
(Astronom) dengan ilmunya dapat membuat peta-peta bintang dan perjalanan
falaknya, akan merasa lebih tertarik pada ilmunya itu daripada pemain catur
dengan ilmunya. Tidak ada yang lebih tinggi dari Alloh Subhanahuwa Taala.
Alangkah besarnya
ketertarikan dan kebahagiaan yang didapati oleh seseorang itu hasil dari
Makrifat Alloh.
Barangsiapa yang sudah
hilang keinginan untuk mencapai Ilmu yang sedemikian tinggi itu, maka
orang itu adalah ibarat orang yang habis seleranya untuk memakan makanan yang
baik-baik; atau pun seperti orang yang lebih suka memakan tanah daripada
memakan roti. Semua selera tubuh kasar ini hilang apabila mati
(bercerai nyawa dengan tubuh). Selera itu mati bersama tubuh kasar
itu. Tetapi Ruh tidak mati dan ia tetap membawa apa juga Ilmu tentang
Ketuhanan yang ada padanya, bahkan menambahkan Ilmu itu lagi.
Sebagian hal penting
berkenaan Ilmu kita tentang Alloh adalah timbul dari kajian dan pemikiran kita
tentang tubuh kita sendiri, yang membukakan kepada kita kekuatan,
kebijaksanaan dan Cinta Tuhan Yang Menjadikan segalanya. KekuasaanNya
menunjukkan betapa setitik air dijadikan kita seorang manusia yang cukup
lengkap dan sempurna. KebijaksanaanNya ditunjukkan dengan betapa rumit dan
sulitnya anggota-anggota tubuh kita dan saling persesuaian antara bagian-bagian
anggota tubuh itu antara satu dengan yang lain. CintaNya ditunjukkan
dengan KurniaNya kepada kita bukan saja anggota-anggota yang paling penting
untuk hidup seperti jantung, hati, otak, tetapi juga
anggota-anggota tubuh yang tidak paling penting seperti tangan,
kaki, lidah dan mata. Kemudian ditambah pula dengan perhiasan
seperti hitam rambut, merahnya bibir, bulu mata yang melentik dan
sebagainya.
Maka sewajarnyalah
manusia itu diibaratkan sebagai " ALAM KECIL" dalam
dirinya sendiri bentuk dan susunan tubuh itu hendak dikaji bukan saja oleh
mereka yang hendak jadi dokter tetapi juga hendaklah dikaji oleh mereka yang
ingin mencapai Makrifatulloh, sebagaimana juga mengkaji secara mendalam tentang
susunan keindahan bahasa dalam Puisi yang agung akan membukakan kepada kita
kebijaksanaan pengarangnya.
Bahwa Ilmu atau Mengenal
Ruh itu memainkan peranan yang lebih penting untuk membawa kepada
Makrifatulloh; lebih penting dari mengenal tubuh dan tugas-tugasnya.
Tubuh ini ibarat kuda tunggangan dan Ruh itu ibarat Penunggangnya.
Tubuh itu dijadikan untuk Ruh, dan Ruh itu untuk tubuh. Jika
seseorang itu tidak tahu dirinya yang mana adalah yang paling dekat dengan
Dia, maka apakah gunanya ia mengenal yang lain? Ibarat
pengemis, yang dirinya sendiri pun susah hendak makan berkata pula ia
akan memberi makan kepada penduduk sebuah kampung.
Dalam bab ini kita akan
coba sedikit-sebanyak membicarakan keagungan Ruh manusia.
Orang yang tidak peduli
kepada jiwa atau RuhNya dan membiarkan Ruh atau jiwa itu berkarat dan
gelap, maka rugilah ia di dunia dan di akhirat juga.
Keagungan seseorang
manusia itu sebenarnya terletak pada usaha untuk menuju Yang Kekal Abadi.
Jika tidak, dalam dunia fana ini, manusia itulah yang paling lemah
dari segala makhluk karena tunduk kepada kepada lapar, dahaga,
panas, sejuk dan dukacita.
Hal yang paling disukai
biasanya paling bahaya kepadanya, dan hal yang memberi faedah hanya dapat
diperolehi melalui usaha dan susah payah. Berkenaan dengan Aqalnya
pula, kesalahan yang sedikit saja pada otak bisa menyebabkan ia gila dan
rusak. Berkenaan kekuasaan pula, gigitan nyamuk saja telah cukup
menyebabkan ia resah gelisah dan tidak dapat tidur. Berkenaan dengan
perasaan pula, dia rasa dukacita hanya dengan kehilangan beberapa sen
uang. Berkenaan dengan kecantikan pula, dia tidak lebih dari hal
yang kotor dibalut dengan kulit yang licin lunak. Tanpa dibasuh
selalu, ia menjadi tidak menarik lagi.
Pada hakikatnya,
manusia itu dalam dunia ini adalah sangat lemah dan hina. Hanya di
akhirat kelak manusia itu akan bernilai dan berharga. Maka dengan cara
"Kimia Kebahagiaan" dia meningkat naik dari peringkat binatang kepada
peringkat Malaikat. Kalau tidak, peringkat lebih hina dan rendah
dari binatang yang akan hancur dan akan jadi tanah. Maka perlulah bagi
manusia di samping sadar tentang ketinggian martabatnya dari semua makhluk,
sadarlah hendaknya tentang lemah hinanya, karena itu pun adalah
satu "anak kunci" membuka pintu Mengenal Alloh
(Makrifatulloh).
Posting Komentar
Posting Komentar