Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Sabar dan Syukur adalah dua kata yang terikat.
Dahulu, hiduplah tiga orang lelaki cacat. Lelaki yang pertama menderita penyakit belang. Sebagian kulitnya dipenuhi oleh bercak-bercak putih. Lelaki kedua menderita kebotakan. Tidak ada sehelai rambutpun yang menutupi kepalanya, sehingga ia sangat kepanasan kala berada di bawah terik panas sinar matahari.  Sedangkan lelaki yang ketiga menderita kebutaan. Kedua matanya tidak dapat melihat sama sekali.

Si belang berdoa,"Ya Allah, sembuhkanlah penyakit belang-belangku. Saya tersiksa sekali karena orang-orang sering mengejekku. Baguskanlah wajah dan kulitku, Ya Allah...."

Si botak juga berdoa,"Ya Allah, tumbuhkanlah rambut di atas kepalaku,. Sangat tersiksa rasanya berada di bawah panas terik matahari tanpa sehelai rambut pun yang menutupi kepalaku. Sembuhkanlah penyakit ini Ya Allah..."

Si buta tidak mau juga ketinggalan, ia menengadahkan tangann,"Ya Allah, sembuhkanlah penyakit buta yang menimpaku sehingga aku dapat melihat keindahan ciptaan-Mu."

Pada saat doa itu dipanjatkan, atas izin Allah ada malaikat utrun dari langit. Ia menjelma menjadi seorang pemuda yang tampan wajahnya. Ia diutus oleh Allah untuk menguji sampai di manatingkat keimanan mereka satu per satu tentang ikhwal apakah yang mereka minta dan harta apakah yang mereka inginkan?

Si Belang menjawab,"Aku minta tubuh yang indah, kulit yang mulus dan bersih, dan harta yang aku sukai adalah  onta."

Si Botak berkata,"Aku minta rambutku ditumbuhkan sehingga kepalaku menjadi indah. Dan harta yang kuminta adalah sapi."

Si Buta menyahut,"Kalau aku memohon agar Allahmenyembuhkan penyakitku, sehingga kedua mataku tidak mengalami kebutaan. Harta yang sangat kusukai adalah kambing."

Singkat cerita permintaan ketiga laki-laki itu dikabulkan oleh Allah. 
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun. Lelaki pertama memiliki ratusan onta. Lelaki kedua memiliki sapi yang tidak kalah banyaknya. Begitu juga lelaki yang ketiga, kambingnya ada di mana-mana.

Lalu, Allah menguji ketiga laki-laki itu. Ia mengirim utusan yang sama kepada mereka. Tapi kali ini, malaikat itu menjelma menjadi orang tua renta yang sudah pikun. Pakaiannya kotor dan compang-camping.

Malaikat itu datang kepada lelaki yang pertama dan berkata kepadanya,"Aku minta kepadamu, demi Allah yang telah memberikanmu tubuh yang indah dan harta yang berlimpah. Aku minta sedikit uang yang akan menjadi bekalku untuk meneruskan perjalanan."
Ia menjawab,"Ini harta hasil tetes keringatku, enak saja kamu memintanya. Aku tak punya waktu buatmu. Pergilah!"

Malaikat itu pergi meninggalkan lelaki pertama dan datang kepada lelaki kedua. Ia berkata kepadanya,"Aku minta kepadamu, demi Allah yang telah menumbuhkan rambutmu yang indah di atas kepalamu dan memberikan kepadamu harta yang berlimpah ruah, sudilah kiranya kamu memberikan sesuatu yang dapat kumakan?"
Ia menjawab,"Apa? Minta? Harta ini milikku dan hasil jerihpayahku sendiri. Pergilah kamu dari hadapanku. Dasar pengemis yang menjijikkan!"

Malaikat itu lalu pergi menuju lelaki yang ketiga dan berkata,"Wahai orang kaya, demi Allah yang telah menyembuhkanmu, berilah aku satu domba yang air susunya nanti dapat menjadi bekalku dalam mengadakan perjalanan."

Lelaki ketiga itu menjawab,"Benar. Dulu aku memang buta. Allah kemudian menyembuhkan penyakitku dan memberikan satu domba, hingga akhirnya domba ini dapat berkembang biak menjadi banyak sekali. Itu semua tidak lain karena Allah SWT. yang berkehendak. Demi Allah, aku tidak akan menolak permintaanmu."

Malaikat itu berkata,"Hartamu akan tetap menjadi milikmu, karena Allah telah mengujimu. Allah telah memberikan Ridha-Nya kepadamu karena kamu telah menyedekahkan (ber-shodaqoh) sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya. Adapun kedua temanmu, mereka dikembalikan seperti sedia kala."

Laa ILaha  ILLallah




Posting Komentar

 
Top