Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Ka'bah di Mekkah. 
Sepanjang sejarah, Ka’bah telah mengalami beberapa kejadian yang menyebabkan rusaknya bangunan tersebut, adakalanya disebabkan oleh peristiwa alam dan adakalanya karena ulah tangan-tangan manusia.
Di zaman jahiliyah bahan bangunan Ka’bah adalah batu-batu besar yang tidak ada tanah liatnya. Suatu ketika Ka’bah mengalami kerusakan karena banjir, lalu orang-orang Quraisy membangunnya kembali dengan kayu-kayu yang mereka ambil dari bekas-bekas perahu orang romawi yang tenggelam di laut merah, dan mereka bangun dengan batu-batu di lembah gunung.
Akan tetapi mereka berselisih tentang siapa yang akan meletakkan Hajar Aswad di Ka’bah, lalu mereka sepakat bahwa yang pertama kali masuk masjidlah yang akan meletakkannya.
Nabi yang waktu itu baru menginjak dewasa adalah orang yang pertama kali masuk Masjidil Haram akhirnya Nabi Muhammad yang meletakkan Hajar Aswad itu.
Di zaman Yazid bin Muawiyah ketika Abdullah bin Zubair berlindung di Ka’bah, dia memerintahkan Hajjaj bin Yusuf untuk melempari Ka’bah dengan panah- panah berapi, akhimya sebagian bangunan Ka’bah terbakar. Kerusakan itu kemudian di perbaiki oleh Abdil Malik. Sedang yang meletakkan Hajar Aswad pada waktu itu adalah Imam Ali bin Husain Zaenal Abidin.
Di abad ke-3 hijriyah, sekelompok orang Syiah Gholat (yang menuhankan Imam Ali) telah mengambil Hajar Aswad dan membawanya ke Kota Kufah (Iraq) lalu di kembalikan oleh Imam Mahdi ke tempatnya.
Ka’bah di Zaman Nabi Ibrahim AS tingginya mencapai 4,43 m dan panjangnya 14,79 m sedang lebarnya 10,85 m. Pada waktu itu Ka’bah tidak mempunyai atap, lalu diberi oleh orang-orang Quraisy sepanjang 4,43 m, akhirnya tingginya menjadi 8,86 m.
Orang-orang Quraisy meletakkan dasar (fondasi) bangunan Ka’bah dari dalam lalu meletakkan batu di atasnya dan mereka bangun hijr dan orang-orang tawaf mengelilingi Ka’bah dari hijr tersebut sampai kemudian Yazid merusaknya karena ingin membunuh Ibnu Zubair.
Setelah itu, Ka’bah direnovasi kembali seperti semula dan tingginya di tambah lagi 4,43 m. Maka tinggi Ka’bah menjadi ±13,31 m dan mereka memberinya dua pintu satu pintu di sebelah timur dan yang lain di sebalah barat (sampai ke permukaan tanah).
Setelah Abdullah bin Zubair meninggal dunia, Abdul Malik bin Marwan memerintah Hajjaj bin Yusuf untuk mengembalikan Hajar Aswad yang telah jatuh. Selain itu, bangunan Ka’bah di kembalikan seperti sediakala yang di bangun oleh orang-orang Quraisy. Kemudian Hajjaj mengurangi panang bangunan dan menutup pintu yang ada di punggung Ka’bah dan menghilangkan pintu yang pertama seperti halnya sekarang
Sumber: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/rehabilitasi-kakbah-dari-masa-ke-masa.html

Posting Komentar

 
Top