Menu

TQN PP.Suryalaya

 

(Sambungan dari bagian II)
Jadikan  harta dan Kehidupan dunia sebagai alat untuk taat kepada Allah.-


Barangsiapa yang mengambil kebutuhan dunia berdasar pada kebutuhan sebagaimana yang diperintahkan, ia akan selamat dan terpuji. Tetapi barangsiapa yang mengambil lebih dari apa yang ia butuhkan, ia akan terjatuh pada ketamakan dan bahaya bukan keuntungan. Konsekuensinya, ia akan tersesat dari jalan kebenaran yang sebenarnya akan menghantarkannya kepada Allah dan akhirat.
Sebaliknya, mengambil kebutuhan dunia kurang daripada yang diperlukan juga berbahaya. Sebab tubuh manusia membutuhkan kepuasan kebutuhan dasar tertentu yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam beribadah kepada Allah secara sempurna.
Amr bin Abdullah berkata,"Kehidupan dunia dan akhirat di hati seorang manusia, seperti dua skala keseimbangan, ketika salah satunya menjadi berat, yang lain akan menjadi ringan."
Hasan Al-Bashri ditanya,"Siapa yang akan menangis melebihi seorang manusia di hari kebangkitan?" Beliau menjawab,"Seseorang yang Allah beri karuniaNya namun dengan karunia itu dia tidak mentaati Allah."
Tidak diragukan lagi, seseorang yang menggunakan hartanya di dunia untuk mentaati Allah sepertihalnya memberi sedekah, berperan serta dalam penyebaran ilmu Islam, membangun dan memakmurkan Masjid, semua itu merupakan keberhasilan baginya dalam mengarahkan karunia Allah kepada amal kebaikan yang benar-benar bermanfaat baginya di akhirat.
Secara alami, manusia suka mengumpulkan uang, emas, oerak. Mereka berusaha untuk mendapatkannya, sejak lahir hingga mati. Tapi apa yang dia capai? Di mana pula ia akan berakhir?
Hidup tidak akan pernah berlajut dalam satu pola. Namun ia selalu berubah dari kaya ke miskin dan dari bahagia menjadi sengsara. Ini adalah cara Allah terhadap makhlukNya. Tetapi, manusia mencari khayalan untuk sejumlah hari dan tahun yang akan hilang.
AlHasan juga berkata,"Aku pernah menjumpai beberapa orang yang tidak pernah bahagia karena mendapatkan kenikmatan dunia, juga tidak menyesal ketika kehilangannya."
Seorang mukmin seharusnya tidak menyikapi kehidupan dunia ini sebai rumah dan tempat tinggal. Hendaknya ia menganggap dirinya sebagai pengembara/musafir di dunia. Inilah perngertian yang baik dan pengetahuan yang bermanfaat.
Mereka adalah orang-orang yang akan bahagia karena cara mereka memandang dunia dengan benar. Bukan mereka yang hidup di tempat yang mewah mengesampingkan ibadah dan menolak setiap amal ketaatan.

Abdullah bin Umar ra. berkata,"Kehidupan dunia adalah surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang mukmin. Saat seorang beriman wafat , ia akan merasakan dirinya seperti tahanan yang keluar bebas dari bumi."
Para ulama sufi menggambarkan harta menjadi syarat berlangsungnya hidup. Dan berlangsungnya hidup adalah modal utama kita menekuni ibadah dan mentaati perintah Islam.
Ibnu Hajar Al Asqolani berkata,"Semua kekayaanku masih aku anggap sebagai penjara di banding surga Allah."
Nu'man bin Tsabit At Tamimi/Imam Abu Hanifah,"Ini adalah laba dari barang dagangan kalian yang diberikan Allah melalui tanganku."
Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad,"Orang yang paling berhak memanfatkan dunia ini adalah orang-orang yang shalih."


-Ditulis oleh Dokumen Pemuda TQN Suryalaya

Posting Komentar

 
Top