Madinah - Ada sebuah tempat di dekat Gunung Uhud yang jarang di datangi
para peziarah termasuk jamaah haji Indonesia. Nama tempat itu adalah gua Uhud
yang terletak tidak jauh dari bekas pertempuran Uhud.
Gua Uhud jarang di datangi peziarah, bisa dua
kemungkinan. Pertama, karena peziarah tidak mengetahuinya. Kedua, guide atau
pemandu hanya mengantar ke tempat Bukit Rumah yang dulu dijadikan arena perang
Uhud dan makam para syuhada perang Uhud.
Bukit Rumat adalah tempat 50 pasukan pemanah
Islam bersiaga membantu serangan, sehingga pasukan Islam menang pada peperangan
awal melawan kaum Quraisy. Namun pada peperangan kedua, dari sana pula kunci
kekalahan pasukan Islam. Waktu para pemanah itu tergoda turun gunung untuk
mengambil harta rampasan perang, yang sengaja ditinggalkan pasukan kafir. Oleh
karena itulah, pasukan Islam kemudian dikalahkan serangan balik pasukan
pimpinan Khalid bin Walid.
Sedangkan kuburan Uhud yang terletak di sebelah
bukit Rumat adalah makam para pejuang Uhud itu. Di tempat itu di makamkan
Sayidina Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW yang gugur dalam perang tersebut.
Hamzah mendapat gelar Sayid Al-Syuhada (pemimpin para syuhada).
Hanya saja, lokasi makam saat ini sudah ditutup
dengan tembok rapat di sekelilingnya. Kita hanya bisa menyaksikan dari sebuah
kaca fiber transparan atau dari celah-celah kaca yang berlubang. Di depan pintu
masuk ada pagar pembatas sehingga peziarah tidak bisa mendekat dan selalu di
jaga petugas.
Untuk menuju gua Uhud cukup mudah, meski tidak
ada tanda-tanda khusus yang mengarahkan ke tempat itu. Gua itu terletak tidak
jauh sekitar 500 meter dari lokasi bukit Rumat dan makam syuhada Uhud. Untuk
menuju gua harus melewati perkampungan warga atau di belakang rumah-rumah warga
sekitar.
Gua Uhud merupakan sebuah gua yang bersejarah
ketika terjadi perang Uhud. Gua yang sempit yang digunakan Nabi Muhammad SAW
bersembunyi saat melarikan dari kejaran musuh. Gua itu paling sering dikunjungi
beberapa jamaah asal Iran, Sudan, Pakistan, India, Banglades, dan Palestina.
Saat kami berkunjung ada beberapa orang dari Iran dan Bangladesh.
Untuk mencapai gua, kita langsung mendaki melalui
jalan berbatu setinggi 30-an meter. Sebaiknya tak pakai sepatu, jangan memakai
sandal karena sedikit licin. Pintu celah itu hanya selebar 75 cm, tinggi 2
meteran. Panjang gua itu hanya 2 meteran.
Di dalam gua hanya bisa dimasuki 3-4 orang. Di
mulut celah itu terdapat pagar batu yang melingkari halaman gua. Gua itu
ditembok dengan semen dan batu setinggi dua meter. Di bagian bawah yang menjadi
pelataran gua, juga ditembok. Kedua ruang kosong yang dibatasi tembok itulah,
yang ditimbun dengan kotoran ternak. Jalan menuju ke arah gua, juga dibatasi
dengan pagar kawat setinggi dua meter. Untuk masuk harus bergantian, menunggu
di bawah gua.
Untuk mencegah peziarah melakukan praktik mistik
dan syirik, di dalam gua terdapat timbunan kotoran ternak. Sehari sebelumnya
Madinah diguyur hujan deras sehingga air bercampuran kotoran ternak itu
menimbulkan bau tak sedap. Namun anehnya di sekeliling batu gua tetap tercium
bau wangi semerbak.
"Pihak tertentu sengaja menutup gua dan
menimbunnya dengan kotoran ternak tapi tetap kalah dengan bau wanginya bila
kita mendekat," ungkap seorang petugas haji yang telah 10 tahun tinggal di
Arab Saudi, Lukmanul Hakim.
Menurut dia, banyak peziarah yang sering
menangis dan meratap-ratap saat berdoa di tempat itu. Bahkan ada pula yang mengambil
batu-batuan di dekat gua. Padahal semua itu tidak pernah dilakukan Nabi.
"Mungkin pula kotoran itu sengaja
ditempatkan agar peziarah tidak salat di tempat itu. Orang Saudi (wahabi) memang
melarang hal seperti itu karena bid'ah," katanya. (Padahal napak tilas sejarah perjuangan Rasulullah s.a.w. dan sahabat ra. adalah sesuatu yang dianjurkan,red.)
Anak-anak kecil yang tinggal di kampung tersebut
juga siap menyambut kita dengan menengadahkan tangannya. "Hadiah hajj,
hadiah hajj. Lima riyal, hajj. Sepuluh riyal, hajj," katanya dalam bahasa
Indonesia.
-Sumber berita dan foto: news.detik.com
Posting Komentar
Posting Komentar