Menu

TQN PP.Suryalaya

 

(Dr. Robert Hefner)
Abdurrahman Wahid Center for Inter-Faith Dialogue and Peace Universitas Indonesia (AWC UI) dengan Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia (KWA UI), Pusat Kajian Antropologi Universitas Indonesia bersama Program Studi Vokasi Komunikasi Universitas Indonesia menyelenggarakan kuliah umum yang bertajuk, “Islam and Multiculturalism in the Global World.” pada Jumat (23/11/2012) di Ruang Sinema, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Prof. Dr. Robert Hefner, profesor di bidang Antropologi sekaligus direktur dari Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA) di Boston University, Amerika Serikat diundang sebagai pembicara tamu.

Multikulturalisme dan Islam merupakan topik yang hangat dibahas kalangan akademisi pada beberapa dekade terakhir. Di Indonesia sendiri, Islam, agama yang memiliki penganut terbesar di nusantara, telah berkontribusi besar dalam mengakselerasi peradaban masyarakat Indonesia ke arah yang lebih baik, khususnya dalam hal budaya. Namun, tetap perlu dicatat, ide good civilization dapat berujung pada dua hal, konflik atau kemajemukan, begitu menurut Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Edy Prasetyono, Ph.D. saat membuka sesi kuliah umum tersebut.
“Di samping itu, komunikasi pun mengambil peranan penting dalam perkembangan masyarakat yang majemuk. Maka dari itu, perlu juga dibahas masalah komunikasi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih mengapresiasi perbedaan dan kemajemukan,” imbuh Dr. Muhammad Hikam, M.Sc. Ketua Program Vokasi Komunikasi Universitas Indonesia menanggapi pernyataan Edy.
“Beberapa tokoh, salah satunya seperti John Stuart Mill, mengungkapkan pesimismenya pada gagasan ini (masyarakat majemuk). Mill bahkan mengungkapkan bahwa masyarakat majemuk merupakan tantangan terbesar masyarakat demokratis yang implementasinya dianggap hampir mustahil (next to impossible). Belakangan, sejumlah negara Barat pun menolak gagasan multikulturalisme karena dianggap terlalu eksesif,” tegas Hefner.
Multikulturalisme memberi ruang bagi kaum minoritas untuk berkembang dalam masyarakat dengan pengakuan terhadap perbedaan yang mereka miliki. Setiap negara di dunia, punya jalan tersendiri untuk mengimplementasi gagasan ini. Tentu, dengan hasil yang beragam antara satu negara dan lainnya. Negara-negara Asia Tenggara merupakan negara yang mendemonstrasikan contoh praktis terbaik. Indonesia, menurut Hefner, merupakan negara yang kaya dengan pembelajaran multikulturalisme.

(Sumber: http://www.ui.ac.id/id/news/archive/6177)



Posting Komentar

 
Top