Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Sungguh suatu yang sangat disayangkan dan menjadi tamparan bagi muslim sedunia jika hal ini benar-benar terjadi, berikut berita yang ditulis ulang dari merdeka.com :
Ibu Kota Paris, Prancis, Kota Milan, Italia, dan Kota New York, Amerika Serikat, menjadi pusat mode sejagat. Menyusul Ibu Kota London, Inggris. Kunci mendapat gelar kota mode, ketika hampir seluruh penduduknya sadar busana, punya ciri khas, punya selera busana tingkat wahid, paling tidak sepadan, dan nikmat dilihat mata.

Jalan-jalan di kota-kota itu nampak melihat peragaan busana, meski ada satu dua pakaian norak, namun lebih banyak yang memanjakan mata. Paris, pusat mode dunia, hampir tidak ada orang yang berbusana asal-asalan. Mereka memperhatikan gaya sebab banyak warganya berpedoman, meski bukan yang utama, tapi penampilan merupakan yang pertama. Artinya, gaya Anda berbusana menjadi fakta pertama orang lain membuat penilaian pada Anda. Tidak mungkin Anda di cap orang kaya jika hanya memakai sandal jepit walau faktanya demikian. Siapalah yang tau.

Jika di Eropa dan Amerika punya kota mode, Asia pun mentasbihkan Hong Kong kota paling modis di Asia. Ada pula distrik Harajuku, Jepang dan distrik Gangnam, Korea Selatan. Sepanjang jalan distrik ini berjejer ratusan perempuan dan lelaki sadar tren. Gaya mereka juga unik. Bahkan di Harajuku, sebagian besar mengekspresikan diri berpakaian ala kartun Jepang (manga). Ada yang menjadi puteri raja, bahkan monster ubur-ubur, dan tokoh pahlawan macam Kesatria Baja Hitam.
(Foto: Rencana Modernisasi Kota Makkah oleh Saudi, 
tampak gedung bertingkat  yang merupakan 
pusat-pusat pertokoan modern di sekitar Masjidil Haram)


Hanya Afrika dan Timur Tengah belum terdapat wilayah pusat mode meski di Ibu Kota Cape Town, Afrika Selatan banyak dibangun pusat perbelanjaan menghadirkan merek dunia, seperti dilansir frommers.com. Pelaku mode nampaknya mulai melihat potensi besar untuk menobatkan kota berikutnya yang jadi pusat fashion. Kota Makkah. Tempat berkumpulnya jutaan orang dari seluruh dunia sepanjang tahun baik melakukan ibadah haji maupun umrah.
Perkumpulan manusia jumlah besar ini dipandang pragmatis oleh pebisnis. Mereka melihat peluang usaha begitu besar dan sedikit demi sedikit memasukkan budaya global di kota suci itu sekaligus berkilah menjadikan pusat perbelanjaan Abraj al Bait, paling mewah sejagat, tujuan utama hartawan Saudi. Mereka tidak perlu lagi ke London, Paris, New York, dan Milan hanya untuk membeli busana kelas dunia macam Hermes, Louis Vuitton, Chanel, Celine, Dior, dan sebagainya. 
Penjejalan modernisasi ini semakin merobek wajah umat Islam dunia. Makkah ternoda, namun tak satupun bisa menghentikan efek global ini. Hanya tinggal menunggu waktu kehancuran peradaban Islam sedikit-sedikit oleh Saudi. 

(http://www.merdeka.com/dunia/upaya-saudi-menjadikan-makkah-salah-satu-pusat-mode-dunia.html)

Posting Komentar

 
Top