-Pendahuluan :
PERKEMBANGAN teknologi terus melaju. Seiring dengan penemuan yang
berangkat dari imajinasi dan daya pikir, bisa dipastikan inovasi dalam
teknologi tak akan mandek. Perkembangan teknologi senantiasa bergerak di tengah
laju zaman yang dinamis.
Begitu pula teknologi komunikasi dan informasi yang menemukan bentuk terbaru
dengan beragam jenis. Jika dahulu menyampaikan pesan harus melalui kurir, lalu
surat pos, kini dalam sekejap bisa sampai ke alamat tujuan dengan email.
Komunikasi dan penyebaran informasi pun bisa dilakukan dengan jenis media lain
yang kini kian marak dimiliki hampir siapa pun.
-Dakwah dan Internet:
Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi, masyarakat dimudahkan.
Dakwah juga kian dimudahkan. Kini, untuk mendengarkan pengajian tak melulu
harus berhadapan muka dengan ulama. Melalui akses internet, masyarakat bisa
mendapatkan bahan bacaan keagamaan sesuai dengan kebutuhan.
Bermacam peranti lunak bernuansa agama bisa didapat dengan mengunduh dan
membuka situs terkait. Dengan mengakses internet, Alquran, hadist, dan buku keagamaan
yang diformat digital bisa diperoleh dengan mudah.
Berbagai organisasi Islam pun telah
menyadari betapa penting memiliki website untuk berdakwah dan mengenalkan
organisasi ke khalayak. Lewat internet, penyebaran dakwah berjangkauan luas,
tak terbatasi ruang dan waktu.
Kehadiran situs keagamaan memang memberikan manfaat. Tulisan bisa tersebar
lewat teknologi internet. Jika zaman dahulu penulisan Alquran dilakukan di
pelepah kurma, batu, kulit dan tulang binatang, daun, dan sebagainya (Ari
Hendri: 2008), kini tak hanya kertas tetapi juga di ruang cyber. Tak hanya Alquran, tetapi juga berbagai tulisan lain, baik artikel, makalah, maupun buku.
Ada berbagai buku nonfiksi dan fiksi bernafas keagamaan bisa diunduh gratis
lewat internet, meski ada pula yang dikomersialkan. Aktivis dakwah kerap
“mengangkat pena” dengan menyebar tulisan bernuansa dakwah melalui media di
internet, seperti blog dan facebook.
Selain itu, kehadiran citizen journalism juga dapat menopang dakwah. Sebaiknya pengelolaan jurnalisme warga itu melalui proses editing. Siapa pun
pewarta warga hanya mengirim tulisan dan diseleksi layak atau tidak dimuat oleh
pengelola. Aktivis dakwah bisa memanfaatkan citizen journalism untuk
memublikasikan artikel dan berita kegiatan.
Dampaknya jelas positif karena memantapkan syiar Islam. Jika mengirim
keterangan pers ke media cetak konvensional belum tentu dimuat, peluang dimuat
lewat citizen journalism lebih besar.
Ditelusuri lebih jauh, teknologi informasi
yang berkembang kini tak selamanya berdampak positif ataupun negatif.
- Hal yang perlu dihindari dan yang sebaiknya dilakukan:
Dengan kemudahan
melakukan “pengajian di dunia internet” sisi lainnya dapat mengakibatkan beberapa pengguna internet cendrung tidak sering ke
masjid mengikuti kajian keagamaan. Dengan alasan
praktis, banyak orang lebih suka mengunduh berbagai artikel keagamaan lewat
internet ketimbang tekun menghadiri kajian di masjid.
Kemudahan itu juga berdampak kurang baik karena belajar agama tanpa guru.
Membaca artikel dan makalah soal agama secara mandiri tidak dilarang, namun tak
bisa bertanya jika ada persoalan pelik dan membingungkan. Yang meresahkan,
artikel yang diunduh dari internet tak seluruhnya baik bagi masyarakat yang
masih awam mendalami agama. Oleh sebab itu pengguna Internet haruslah bijak menyelaraskan antara pengetahuan yang didapat di internet dengan belajar langsung di majelis ilmu agama Islam melalui bimbingan guru/ustadz-ustadzah. Para pengelola internet pun sebaiknya menerbitkan artikel pesan-pesan perdamaian yang menyejukkan semangat beribadah dan semangat persatuan bangsa.
Dampak negatif teknologi informasi berupa
internet adalah bisa dimanfaatkan pihak tertentu untuk jalan keburukan. Situs berbau
pornografi, misalnya, bertebaran. Inilah tantangan dakwah di internet agar dapat membuat masyarakat pengguna internet lebih tertarik untuk membaca informasi yang bersifat keagamaan yang dapat mencerahkan fikiran dan meningkatkan semangat untuk akhlakul kharimah (budi pekerti yang baik).
-Kesimpulan:
Di tengah segi buruk internet, segi
positif perkembangan teknologi informasi bagi keberlangsungan dan pergerakan
dakwah tetap perlu disyukuri. Implementasi rasa syukur itu menghendaki siapa
pun dan organisasi Islam mana pun kuasa memanfaatkannya sebagai sarana dakwah.
Segi negatif teknologi informasi memang
ada. Namun bukan berarti menyalahkan teknologi informasi. Bagaimanapun
teknologi informasi bersifat netral. Tinggal siapa dan pihak mana menggunakan.
Internet bisa digunakan sebagai sarana kebaikan sekaligus keburukan.
Pertimbangan kemaslahatan justru menghendaki segenap pegiat dakwah mampu
mendayagunakan internet untuk mencerahkan dan mendidik masyarakat. Yang perlu
disadari, pilar pendidikan tak hanya keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pilar
pendidikan lain adalah tempat ibadah dan media massa. Media massa, dalam hal
ini internet, juga berperan membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang
beriman dan takwa serta berilmu pengetahuan dan teknologi.
Akhirnya, semoga kebaikan bisa diinspirasikan dan didorong dari segala penjuru.
Perkembangan teknologi informasi perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
membangun kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang berjati diri, berkarakter,
dan bermartabat. Dakwah melalui internet bisa dilakukan siapa pun. Pada
dasarnya, kewajiban dakwah diamanatkan kepada setiap orang. Tak harus menguasai
segala hal, satu kebaikan pun bisa disampaikan dan bernilai dakwah. Dengan
internet, kita berharap dakwah secara bijak bisa berkembang luas. Dakwah bijak
yang menenteramkan dan mampu menggerakkan perubahan positif.
Wallahua'lam.
(Oleh Dokumen Pemuda TQN Suryalaya, sumber tulisan : http://www.suaramerdeka.com/)
Posting Komentar
Posting Komentar