-Oleh Ajengan KH.Wahfiuddin,SE.MBA.- |
Bulan Pebruari
yang lalu, di Medan diselenggarakan sebuah seminar yang dihadiri oleh para
pejabat dan Tokoh Masyarakat dari 14 propinsi juga dari Australia, Singapura
dan Malaysia. Seminar tersebut memang berkaitan dengan Melayu tetapi
dilatarbelakangi oleh hal sebagai berikut : Disebelah Barat (Asia sebelah
barat) terdapat bangsa Arab yang sampai saat ini keberadaannya masih
diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Karena bangsa ini memiliki tradisi
budaya yang kokoh berlandaskan nilai-nilai Islam.
Sementara itu di bagian Timur
ada bangsa Persia yang semenjak 5 abad sebelum Masehi saja sudah berjaya dengan
sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Nebukadnezar. Saat inipun eksistensinya
masih diperhitungkan karena tradisi pemikiran-pemikiran keislamannya seperti
ilmu kalam dan filsafat masih berkembang sampai sekarang. Sedangkan India saat
ini menjadi negara ke-3 yang memiliki pakar-pakar di bidang teknologi
informasi. Padahal kita tahu bahwa agama Hindu merupakan mayoritas di negara
ini. Dan Cina menjadi negara ke-3 terbesar di dunia dalam hal nilai
perdagangannya. Konghucu atau konfusianisme menjadi faham mereka dan
negara-negara ini bulan lalu (Cina, Korea dan Jepang) akan mengikuti bangsa
Eropa untuk bersatu.
Kemudian
orang-orang Melayu menempati daerah yang berada di negara-negara Asia Tenggara.
Sejak dahulu bangsa Melayu ini dikenal dengan kekuatannya di bidang Maritim dan
perdagangannya. Dan kekuatan mereka tumbuh dan berkembang karena didasarkan
pada nilai-nilai keislaman yang sufistik. Persoalan yang timbul kemudian adalah
mengapa bangsa-bangsa yang memiliki kebudayaan yang sudah tua tetapi sampai
saat ini masih berjaya sedangkan bangsa Melayu tidak seperti dahulu, saat ini
dalam pertarungan global seperti kehilangan energi. Tidak ada suatu bangsa yang
besar yang tidak mau mempertahankan dan mewarisi budaya luluhurnya. Dan jika
kita mau melihat sejarah masa lalu maka kerajaan-kerajaan atau kesultanan yang
ada pada waktu itu adalah berbudaya tasawuf. Seperti di Malaysia, Singapura,
Aceh, Sumatera Timur, Kalimantan dan Sulawesi. Raja mereka selalu didampingi
oleh seorang ulama sufi. Maka kesimpulan yang muncul dalam seminar itu adalah
kalau ingin dibuat lagi kebangkitan bangsa Melayu demi mengimbangi
bangsa-bangsa lainnya maka perhatian Bangsa Melayu harus dikembalikan kepada
tasawuf itu sendiri. Itulah beberapa latar belakang diadakannya seminar ini.
Untuk
selanjutnya beberapa tahun yang lalu di Medan diadakan semacam
pelatihan-pelatihan dengan nama Pesantren Qolbu yang diadakan 3 bulan sekali.
Pesertanya Walikota, pejabat, Kepala Dinas malah para camat dan lurah pun ikut.
Pesertanya kurang lebih 80 orang. Setelah selesai pelatihan, malamnya shalat
tahajjud dan langsung ditalqinkan dzikir TQN. Dan sampai sekarang sudah
meluluskan 14 angkatan. Mudah-mudahan hal ini akan bisa mengembalikan kejayaan
bangsa melayu. Amin. Untuk selanjutnya adalah suatu hal yang perlu mendapat
perenungan dari kita semua. Tahun 1926 berdiri organisasi NU. Sebelumnya 1912
berdiri Muhammadiyyah. Dua organisasi keislaman ini merupakan ormas Islam
terbesar di Indonesia. Sementara itu tahun 1905 berdiri Pondok Pesantren
Suryalaya. Dan 5 September 2005 nanti genap seabad. Jadi dari segi usia kita
adalah kakak tertua. Kumudian muncul pertanyaan apa yang telah kita berikan
untuk Bangsa ini? Kalau kita mau membuka kembali sejarah maka para Ulama Sufi
selalu menjadi pelopor pergerakan takkala bangsanya dijajah oleh negara lain.
Oleh karena itu sekarang kita bisa tahu bahwa para penjajah sampai saat inipun
akan terus berusaha untuk menyingkirkan aspek ketasawufan di setiap negara yang
dijajah. Dari sini kiranya ada 3 elemen yaitu pihak keluarga, para wakil
talqin, dan pengurus yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya yang bisa
dijadikan sebagai alat untuk memajukan keberadaan TQN ini. Mari kita galang
kebersamaan dan jauhkan sikap yang akan menimbulkan perpecahan diantara kita.
Karena sekarang
ini sedang hangat-hangatnya tentang pemilu 5 Juli nanti, maka sedikit akan saya
bahas. Bahwa bangsa ini memerlukan seorang pemimpin yang bisa membawa kita
kepada keadaan yang jauh lebih baik. Do'a seorang Mursyid tentunya hanya
diberikan kepada mereka yang mau datang ke Suryalaya bukan untuk kepentingan
sesaat. Karena Abah hanya mengantarkan seseorang untuk bisa dekat kepada Allah.
Oleh karena itu kita sebagai Ikhwan mendukung Guru Mursyid kita dengan penuh
keyakinan bahwa Beliau akan memberikan barokahnya kepada kita sekalian. Marilah
kita tingkatkan amal dan ilmu disamping barokah dari Pangersa Abah, al-Fatihah.
(Sumber
referensi: www.suryalaya.org)
Posting Komentar
Posting Komentar