Kata
Karomah di telinga orang Indonesia merupakan kata yang sudah akrab bahkan sudah
diadopsi menjadi Bahasa Indonesia. Padahal kata ini berasal dari Bahasa Arab
yang mengandung arti anugerah, kemuliaan, kemurahan hati, perlindungan, dan
pertolongan Alloh kepada salah seorang hamba-Nya.
Para
Sufi yakin bahwa karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan Alloh kepada
para wali (kekasih Alloh) sebagai anugerah Alloh kepada yang dicintai-Nya. Hal
itu diberikan sebagai hiburan atau santunan, atau pembekalan ilmu atau sebagai
ujian. Karomah bisa terjadi pada seorang wali tanpa sebab dan tanpa ada
tantangan dari orang lain, yang semata-mata atas kehendak-Nya.
Karomah
bisa keluar dari seorang wali ketika ia masih hidup atau setelah wafatnya, maka
sampai kapanpun kuburan para wali Alloh akan selalu banyak diziarahi kaum
muslimin dikarenakan keyakinan akan adanya karomah tersebut. Keluarnya karomah
dari seorang wali sudah diterima kebanyakan kaum muslimin dan bisa diterima
baik secara ’aqli maupun naqli. Secara ’aqli (rasio) adalah sangat mungkin
Alloh memberikan karomah kepada kekasih-Nya, sebab karomah hakikatnya datang
dari Alloh seperti halnya mu’jizat yang diberikan kepada para nabi. Tidak ada
satu mazhab pun dalam komunitas Ahlussunnah yang menolak adanya karomah bagi
para wali Alloh tersebut.
Secara
naqli banyak ayat al-Qur’an yang menggambarkan bagaimana suatu karomah
diberikan kepada orang-orang tertentu yang soleh dan menjadi kekasih Alloh,
misalnya, Siti Maryam yang masyhur dengan maidahnya (buah-buahan yang diberikan
bukan pada musimnya), sebagaimana diabadikan kisahnya dalam al-Qur’an surat Ali
Imron 37 yang artinya sebagai berikut:
” Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Alloh". Sesungguhnya Alloh memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”.
” Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Alloh". Sesungguhnya Alloh memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”.
Kisah
terkenal lainnya adalah Asif bin Burkhiya yang memindahkan istana Bilqis
ke tempat Nabi Sulaiman dalam sekejap, sehingga mampu mengalahkan kemampuan jin
Ifrit. Alloh berfirman dalam surat an-Naml ayat 39- 40 yang artinya:
”Berkata
Ifrit dari golongan jin:”aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu, sesungguhnya aku benar-benar
kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu
dari AI Kitab [Maksudnya: ialah Kitab yang diturunkan sebelum nabi Sulaiman
ialah Taurat dan Zabur]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum
matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku
apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang
bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".
Atau
kisah Ashab al-Kahfi yang bisa tidak makan dan tidak minum selama tiga
ratus tahun lebih dikarenakan tertidur sebagai upaya untuk menyelamatkan
aqidahnya dari golongan kaum kafir, dan kekaguman yang nampak dari pembicaraan
anjing yang selalu bersama mereka. Demikian juga ceritera DzulQarnain tentang
kekuatan (kekuasaan) yang diberikan Alloh kepadanya yang belum pernah diberikan
kepada orang lain, sampai kekuasaannya membentang dari ujung Timur sampai ke
Barat. Juga kemampuan seorang Hidir yang mampu memprediksi hal-hal yang akan
terjadi di masa datang dan tentang hal-hal gaib lainnya takkala menjadi guru
Nabi Musa. As dan banyak kisah-kisah lain yang diceriterakan dalam al-Quran.
Kejadian-kejadian
ini merupakan anugerah luar biasa dari Alloh diluar pengalaman lahiriyah
manusia, dikarenakan dekatnya orang tersebut kepada Sang Kholiq. Sehingga
banyak dikatakan oleh komunitas sufi; ”Barangsiapa yang tidak nampak karomahnya
setelah wafatnya seperti ketika hidupnya maka bukanlah ia seorang yang benar
dalam walaya”. Padahal, andaikan seorang wali tidak diperlihatkan karomahnya
sedikitpun di dunia ini, maka hal itu tidak menjatuhkan martabatnya sebagai
wali di sisi Alloh, sebab wali tidak dituntut memproklamirkan dirinya kepada orang
lain, begitu juga tidak perlu memperlihatkan karomahnya. Berbeda dengan
mu’jizat yang wajib ditampakkan sebagai bukti kenabian atau kerasulan mereka.
Sebagian para sufi berkata: ”Sesungguhnya Alloh menugaskan seorang malaikat di atas kuburan wali yang bertugas memenuhi keperluan manusia, meskipun kadang-kadang wali sendiri keluar untuk memenuhi berbagai keperluannya”
Seorang
Wali memang tidak ma’sum, karena yang ma’sum hanyalah para Nabi, tetapi para
wali mahfuz (terjaga) dari melakukan dosa dan kesalahan dalam arti seandainya
ia melakukan ma’siat segera ia menyesal, tobat dengan sempurna, menyadari
kelemahan dirinya, sehingga akhirnya ia disucikan kembali. Sebaliknya orang
yang terus melakukan ma’siat atau banyak melakukan ma’siat tidaklah termasuk kelompok
para wali bahkan tidak termasuk pengikut para wali, malah ia tidak akan pernah
merasakan wanginya berteman dengan pengikut para wali.
Karomah
sangat berbeda dengan sihir, walaupun secara kasat mata, mungkin terlihat sama
dilihat dari kacamata manusia pada umumnya. Tetapi ada perbedaan prinsip antara
karomah dan sihir ini. Sihir acapkali terjadi pada orang-orang fasiq (orang
yang selalu meninggalkan perintah Alloh), orang zindiq (tersesat imannya), dan
orang- orang kafir, dimana tujuannya adalah untuk menyekutukan Alloh atau untuk
membuat kerusakan di muka bumi ini. Sedangkan karomah terjadi pada orang-orang
yang beriman kepada Alloh dan yang selalu sungguh-sungguh melaksanakan segala
perintah Alloh, yang tujuannya untuk kemaslahatan umat manusia. Karomah sudah
pasti mampu mendorong untuk lebih meningkatkan keimanan kepada Alloh serta
dalam upaya menyelamatkan dari tipu daya syeitan dan para sekutunya.
Mengapa
Alloh perlu menganugerahkan karomah kepada para wali (kekasih)-Nya dalam
kehidupan ini ? tidak lain tujuan diberikannya karomah tersebut adalah agar :
1.
Dapat menambah keyakinan kepada Alloh.
2.
Mengokohkan kepercayaan masyarakat kepada seorang wali.
3.
Adanya karomah merupakan bukti anugerah atau derajat yang diberikan Alloh
kepada seorang wali, agar pengabdiannya tetap istiqamah. Dan sebaik-baiknya
karomah adalah istiqomah dalam ketaatan kepada Alloh dalam hidup. Semoga kita
mendapatkan limpahan karomah dari para wali Alloh. Amin.
(sumber tulisan: http://www.inabah.com/2011/11/karomah-seorang-wali.html )
Posting Komentar
Posting Komentar