Alkisah, Jablah bin Aiham, raja dari
Kerajaan Gassanah melakukan perjalanan ke Madinah. Menurut para sejarawan, ia
datang bersama rombongan ke kota suci kedua bagi umat Islam itu untuk masuk
Islam. Begitu sampai di Madinah, rombongan itu diterima dengan penuh suka cita
oleh Khalifah Umar bin Khathab.
Saat musim haji tiba, Jablah menunaikan haji
bersama Umar. Saat ber-tawaf, sarung raja Gassanah itu terinjak hingga
terlepas. Jablah pun murka dan memukul lelaki yang menginjak sarungnya hingga
berdarah. Pria yang berasal dari suku Fuzarah itu mengadu kepada Umar.
"Mengapa kamu memukul lelaki ini?"
tanya Umar. "Dia telah menginjak sarungku hingga terlepas," jawab
Jablah. Umar berkata, "Bukankah kamu telah menyatakan masuk Islam? Sebagai
balasannya, kamu harus berusaha membuatnya rela atau dia melakukan tindakan
seperti tindakan yang telah kamu lakukan terhadapnya."
Dengan penuh kesombongan, Jablah berkat,
"Apakah hal ini pantas aku lakukan! Aku adalah raja, sedangkan dia adalah
rakyat jelata." Umar dengan tegas berseru, "Islam memandang sama
antara dirimu (raja) dan dirinya (rakyat jelata). Tidak ada hal yang membuatmu
memiliki derajat lebih tinggi daripada dia, selain amal kebaikan."
"Demi Allah, aku masuk Islam dan berharap
dapat menjadi lebih mulia daripada masa jahiliah."
Umar berkata, "Kamu akan seperti itu."
Jablah berkata, "Tangguhkanlah aku sampai besok agar aku dapat berpikir
tentang hal ini, wahai Amirul Mukminin." Umar berkata,
"Silakan."
Namun pada malam hari, Jablah dan rombongannya
malah melarikan diri hingga sampai di Konstantinopel dan bertemu dengan
Heraklius. Ia tak mau bersikap tawadhu dan memilih keluar dari ajaran Islam
yang mengajarkan persamaan derajat.
Kisah yang tercantum dalam Sirah Umar bin
al-Khaththab karya Ahmad at-Taji itu mengandung pesan bahwa Islam mengajarkan
sikap tawadhu seperti dicontohkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Tawadhu adalah sikap tunduk kepada Allah dan
rendah hati serta sayang terhadap hamba-Nya. Insan yang tawadhu adalah
hamba-hamba Allah yang yang berjalan di bumi dengan rendah hati.(QS Al-Furqan [25]:63).
Orang yang tawadhu adalah mereka yang tak pernah
sombong dan bersikap angkuh serta tak pernah menyombongkan diri. Allah SWT
berfirman, "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS asy-Syu'ara [31]:18). Sesunguhnya, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. (QS Al-Hujurat [49]:13).
(Republika Online)
Posting Komentar
Posting Komentar