-Oleh: Ajengan KH.Zezen ZA. Bazul Asyhab- |
Kita diciptakan oleh Allah sebagai makhluk termulia, sebagaimana
difirmankan Allah dalam surat Al-Isro ayat 70 : ”Dan sesungguhnya telah kami
muliakan anak-anak Adam “. Dalam ayat lain disebutkan : “Sungguh telah kami
ciptakan manusia itu dalam bentuk yang terbaik”. (At-Tin : 4). Akan tetapi
dibalik keberuntungan dan kebanggaan kita diciptakan sebagai manusia, kita
jangan sombong (Ojo Dumeh).
Ingatlah ! bahwa mulianya manusia bukan disebabkan dijadikan
sebagai manusia, namun mulianya manusia itu dikarenakan diberi tugas yang
mulia, yaitu ibadah dan taqwa kepada Allah SWT.
Oleh karena itu ayat Surat At-Tin tersebut dilanjutkan : “Kemudian kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”.
Tafsir syariat derajat rendah itu adalah kehinaan, karena semua
manusia diancam dengan neraka. Pernyataan Allah : “Sesungguhnya manusia itu
dalam kerugian”. Dalam Tafsir Tasawuf maksud derajat rendah itu adalah manusia
dikembalikan kepada awal penciptaannya. Sering disampaikan dari Kitab ‘Sirrul
Asror’ bahwa manusia itu asal mulanya diciptakan di Alam Lahut, lalu
diturunkan ke alam rendah yang kedua, yaitu alam Jabarut. Ini perlu
dibahas agar kaum muslimin tidak asing dan mengetahui tentang alam asalnya
serta tidak bingung. Apakah ada yang bisa diangkat lagi ? Ada, yaitu
orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, pasti akan diberi pahala yang
tidak putus-putusnya.
Santri PP. Suryalaya diberikan berbagai ilmu dan tidak ada ilmu yang ditolak
selama bermanfaat. Seperti : Aqidah atau Tauhidnya berdasarkan Ahli Sunnah Wal
Jamaah. Ciri utamanya adalah Aqoid yang 50. Para santri diajarkan kitabnya
sejak dari Tijan sampai Ummul Barohim, sehingga memahami baik Dalil Aql atau
Dalil Naqlnya. Selanjutnya ilmu yang kedua adalah ilmu Fiqh yang terdiri dari 4
Madzhab Besar, silahkan pilih salah satunya. Agar jelas memahaminya, minimalnya
membaca ‘Mizanul Qubro’.
Bagaimana PP. Suryalaya ? Mayoritas muslim di Indonesia adalah
penganut Imam Syafei, dan PP. Suryalaya juga mendidik Ibadah Dhohirnya dengan
Madzhab Imam Syafei. Disamping itu PP. Suryalaya mendidik para santrinya dengan
Ilmu Tasawuf. Dan Tasawuf di PP. Suryalaya bukan Tasawuf yang macam-macam,
sehingga harus meninggalkan duniawi. Silahkan bekerja sesuai dengan profesinya.
Ini sebagaimana diterangkan oleh Para
Ulama : “Barang siapa yang memperdalam Fiqh dan tidak mau mendalami Tasawuf,
maka orang itu fasiq. Sebaliknya orang yang bertasawuf tetapi tidak mau
mendalami Fiqh, maka orang itu akan zindiq. Dan barang siapa berfiqh dan
bertasawuf, maka dialah yang haq”. Untuk mengerjakan itu semuanya (Ibadah
kepada Allah) memerlukan keikhlasan agar diterima oleh Allah. Ikhlas inilah
yang sangat sulit direalisasikan.
PP. Suryalaya disamping mendidik Aqidah dan Fiqh, lebih spesifik lagi adalah
mendidik Tasawufnya. Keikhlasan diatas adalah bersihnya hati dari semua
penyakit hati. Dan untuk membahas ikhlas adalah Ilmu Tasawuf, tetapi untuk
menghasilkan ikhlas tidak cukup dengan ilmunya. Keikhlasan adalah hasil dari
pengalaman.
Syaikh Ibnu Athoillah pernah berwasiat : “Bagaimana hati
seseorang akan Isyrot atau terbuka dan bercahaya, sedangkan hatinya masih
terbalut dengan duniawi? Dan bagaimana
dia berangkat menuju Allah sedang dia dibelenggu oleh syahwatnya. Dan bagaimana
dia bisa masuk kepada Allah sedang dia belum membersihkan diri dari kejunuban
rupa hatinya. Dan bagaiman dia bisa memahami hakekat-hakekat (rahasia-rahasia)
semua perkara sedang dia belum taubat daripada kotoran-kotoran hatinya”.
Dalam kitab Miftahus-Shudur, Pangersa Abah mengatakan
bahwa Syaikh Abdul Qodir al-Zaelani berkata : ” penyebab butanya hati
adalah karena buta terhadap hakekat ketuhanan. Dan penyebab butanya hati
disebabkan banyaknya penyakit hati, seperti : sombong, dendam, dengki, hasad,
bakhil dan lainnya”. Semua penyakit itu hanya mampu dihilangkan dengan dzikrullah Laa
Ilaaha Illallah.
(Sumber: www.suryalaya.org)
Posting Komentar
Posting Komentar