Hong Kong merupakan salah satu negara terfavorit untuk tujuan wisata
dunia. Dan, di negeri ini, pariwisata merupakan tonggak utama perekonomian Hong
Kong dengan jumlah wisatawan mencapai 21,81 juta orang tahun 2004. Bahkan,
hampir setiap tahun, jumlah wisatawan terus meningkat rata-rata 11,1 persen per
tahun.
Negara yang memiliki luas wilayah sekitar 1.100 kilometer
persegi ini, dihuni oleh sekitar 6.880.000 jiwa berdasarkan sensus penduduk
tahun 2006 dengan kepadatan penduduk mencapai 6.254 per kilometer persegi.
Di negara yang resmi diserahkan pada pemerintahan Republik
Rakyat Cina (RRC) 1 Juli 1997 itu, didiami oleh berbagai komunitas agama,
seperti Konghucu, Buddha, Kristen, Hindu, Katholik, dan Islam.
Dari sekitar 6,8 juta jiwa itu, sekitar 120 ribu penduduk
Hong Kong menganut agama Islam. Sisanya terbagi atas Konghucu, Buddha, Kristen,
Hindu, dan Katholik.
Kendati jumlah penganut Islam minoritas, namun kegiatan
keagamaan di negeri ini terus menggeliat. Bahkan, dukungan dan kehadiran
sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (mereka lebih senang disebut dengan Buruh
Migran Indonesia, BMI) di negara ini, membuat syiar Islam makin semarak.
Dan, di beberapa distrik (kota) tersibuk di Hong Kong, syiar
Islam terus berdenyut. Terdapat lima masjid yang menjadi pusat aktivitas
keislaman di negeri bagian Cina ini.
Yang tertua adalah Masjid Jamia yang terletak di Shelley
Street, yang dibangun pada 1890-an dan kemudian dibangun kembali pada 1905.
Masjid Kowloon dan Pusat Islam di Nathan Road, dibuka pada 1984. Masjid Ammar
dan Pusat Islam di Oi Kwan Road di Wan Chai dibuka pada September 1981.
Pekuburan Muslim Cape Collinson turut mempunyai masjid. Selain itu, juga ada
Masjid Stanley.
Azan mengalun indah di kawasan sibuk aktivitas Nathan Road,
Hong Kong. Muazinnya adalah Ahmed Cheung Wong Yee--kini dikenal sebagai Imam
Cheung --yang merupakan imam masjid tersebut. Sementara, kerumunan manusia
terus bergerak sampai akhirnya berhenti di keset tenunan sebelum masuk masjid,
mereka bersiap shalat Jumat.
Pada jam itu, semua perhatian seolah tersedot ke masjid. Para
pria seperti sepakat berhenti sejenak dari pekerjaannya, berganti 'kostum',
lalu bergerak ke masjid. Di bagian lain, seorang wanita berdiam seperti patung.
Mulutnya berucap perlahan, melafalkan ayat-ayat Alquran. Begitu Imam Cheung
menyudahi iqamat-nya, shalat berjamaah pun dimulai.
Aktivitas di atas merupakan sekelumit kehidupan komunitas
Muslim di Hong Kong. Kota yang padat aktivitas dan memiliki kehidupan yang
tidak pernah berhenti, menyisakan sebagian ruang heningnya bagi para pemeluk
agama untuk beribadah. Meski bukan mayoritas, namun umat Islam di sana
menikmati kebebasan menjalankan ibadah mereka.
Berdasarkan data statistik tahun 2007, jumlah warga Muslim di
Hong Kong tercatat ada sekitar 120 ribu orang. Mereka saling berbagi wilayah
bersama komunitas Kristen, Buddha, dan Hindu. Karena itu, mereka sangat
berhati-hati untuk tidak saling mengganggu satu sama lain. Itu sebabnya, azan
hanya boleh dilakukan terbatas di masjid.
Meski demikian, Imam Cheung menyebut pemerintahan Hong Kong
cukup akomodatif terhadap kepentingan kelompok Muslim. ''Mereka telah
memberikan daging yang disembelih sesuai hukum Islam,'' ujarnya seperti dikutip
dari situs IslamOnline.
Selain itu, masjid dan pusat kegiatan Islam cukup berkembang
di kota ini. Setiap Jumat, Imam Cheung melayani jamaahnya di masjid Kowloon
yang banyak didatangi umat Islam dari berbagai etnis. Sebagian dari mereka
merupakan komunitas Cina, sisanya terbagi atas Muslim Asia Tenggara, Timur
Tengah, Pakistan, India, dan Afrika.
-Islam ada di Cina sejak lebih Seribu tahun lalu:
Komunitas Muslim telah ada di Cina sejak lebih seribu tahun lalu.
Dibawa oleh komunitas pedagang Arab yang membawa barang-barangnya berjualan
melintasi jalur perdagangan yang dikenal sebagai 'jalur sutra', yang
menghubungkan Cina dengan dunia Barat.
Sementara di Hong Kong, perkembangan agama Islam mencapai
puncaknya pada saat kedatangan Muslim Pakistan dan India yang dipekerjakan
tentara Inggris untuk menjaga kawasan ini. Hong Kong dulunya merupakan koloni
Inggris sebelum diserahkan kembali ke Cina pada 1 Juli 1997.
Jumlah penganut Islam semakin berkembang pesat dengan
banyaknya komunitas Cina minoritas yang masuk Islam. Kelompok Cina minoritas
ini kemudian dikenal dengan nama 'Hui'.
Imam Cheung merupakan salah satu imam yang mengurusi masjid
di Hong Kong. Ia memberikan kontribusi besar bagi pengembangan ajaran Islam di
kota yang dulunya merupakan koloni Inggris ini.
Ia dibesarkan dan belajar di kawasan Cina Selatan dekat
pelabuhan Guangzhou, atau yang dikenal sebagai Canton. Ia menjadi imam
mengikuti jejak ayah dan kakeknya yang juga seorang imam dan kini dimakamkan di
sana. Hingga di usianya yang lanjut, Imam Cheung masih saja tetap menjalankan
tugasnya sebagai imam Masjid. Ia juga menyebarkan ajaran Islam dan mengajarkan
sejarah kehidupan Rasulullah SAW.
Sejarah mencatat, perkembangan Islam di Cina sudah
berlangsung sejak berabad-abad lalu. Dimulai saat Rasulullah mengirimkan tiga
sahabatnya untuk mendatangi negeri Cina untuk menyebarkan ajaran Islam. Dua di
antaranya meninggal di perjalanan, sementara satu orang lainnya tiba dan membangun
tiga buah masjid, yang salah satunya ada di Guangzhou. Hingga kini, masjid yang
dibuat pada 627 M ini masih berdiri di Guangzhou.
Dikisahkan pada 1942, saat usianya menginjak 27 tahun, Imam
Cheung diundang ke Hong Kong, berbarengan dengan pendudukan Jepang di wilayah
itu. Ia kewalahan mengurusi jenazah prajurit Muslim karena keterbatasan kain
dan kayu untuk peti. Bertahun-tahun kemudian, sang Imam masih menjalankan
profesinya. Melayani umat Islam yang terus berdatangan ke Hong Kong.
Komunitas Muslim di Hong Kong lebih dari setengahnya
merupakan orang Cina asli, dan sisanya merupakan pendatang, seperti orang
Pakistan, Malaysia, Indonesia, Filipina, Arab, dan Afrika. Sampai saat ini,
belum diketahui secara pasti bagaimana komunitas Muslim asli Hong Kong bisa
terbentuk.
Namun, keberadaan komunitas Muslim Hong Kong semakin jelas
sejak Hong Kong berada di bawah pemerintahan Inggris pada pertengahan abad
ke-19. Inggris membawa tentara-tentara Muslimnya dari India. Datang pula
bersama mereka atribut-atribut keislamannya.
Setelah itu, jumlah penganut Islam semakin banyak di Hong
Kong sehingga kemudian terbentuklah komunitas Muslim. Melihat hal tersebut,
pemerintah Hong Kong kemudian mengalokasikan lahan bagi komunitas Muslim ini
untuk membangun masjid dan kuburan. Bertahun-tahun kemudian, lebih banyak lagi
orang Islam yang datang ke Hong Kong dan menetap. Di antara mereka adalah
Muslim Cina yang datang dari Cina daratan.
Salah satu komunitas Muslim yang berkembang di Hong Kong
adalah mereka yang berasal dari kelompok Syiah. Mereka berjumlah 500 orang,
namun mereka merupakan kelompok yang sangat kuat dan aktif menggelar dakwah
Islam di wilayah itu.
(Sumber: republika online 14 Juli 2009)
Posting Komentar
Posting Komentar