REPUBLIKA ONLINE,
JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Amidhan mengatakan semua
kegiatan memeringati Maulid Nabi adalah untuk menambah cinta kepada Nabi
Muhammad SAW.
"Dalam perayaan itu kita mendapat ilmu dan
pencerahan untuk semakin mencintai Nabi Besar Muhammad SAW," kata Amidhan
kepada Republika Online, Selasa
(22/1/2013).
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah bentuk
perayaan memeringati hari kelahiran Rasulullah SAW. Ini adalah untuk lebih
menghormati dan mencintai umat muslim pada Nabinya.
Sosok paling berpengaruh di dunia. Setiap
perayaan Maulid Nabi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Umat muslim biasa
menggelar zikir bersama, ceramah-ceramah, sampai pada tradisi pedesaan yaitu
'perjanjen' atau berjanji.
Kiai Amidhan menjelaskan kegiatan dengan zikir
untuk memeringati Maulid Nabi, harus diimbangi dengan ceramah atau seminar.
Dari situlah kita semakin mengenal sosok paling berpengaruh di dunia itu, sebut
dia.
Menurut Kiai Amidhan, tanpa ada ceramah dan
penjelasan siapa Muhammad, zikir tidak akan cukup untuk membuat umat sadar
betapa besarnya Nabi pengusung risalah Islam tersebut.
-Peringatan kelahiran
Nabi Muhammad S.A.W bermakna besar bagi pembentukan pribadi serta keimanan
seorang muslim.
"Dengan Maulid Nabi, marilah kita segarkan
kembali spirit keagamaan kita sehingga keagungan dan keindahan Islam akan terus
memancar bagi kehidupan dalam spektrum yang luas," harap pengasuh Ponpes
Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka KH Maman Imanulhaq, Selasa (22/1).
Kiai muda Nahdlatul Ulama asal Cirebon ini
memaparkan sejarah peringatannya. Hal ini, kata dia, supaya kelak pelaksanaan
selanjutnya oleh umat Islam tak berlebihan.
Menurut Ibn Hajar Al-Asqalanî, asal dari Maulid
tidak ditemukan dari para Salaf sejak kurun abad ketiga. Peringatan kelahiran
Rasulullah SAW sejatinya bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal. Sementara dalam
hitungan Masehi, Rasulullah terlahir tanggal 21 April 571 Masehi atau lebih
dikenal dengan Tahun Gajah.
Hal itu mengilhami Raja Arballes Mosul Irak, Abu
Sa‘îd Muzhaffar, dan panglima perang Islam dalam Perang Salib, Salahuddîn
Al-‘Ayyubî, untuk mengadakan seremonial Maulid. Cara ini sebagai upaya
membangkitkan ketahanan mental yang tinggi serta membangkitkan semangat
perjuangan dakwah Islam yang bertujuan membebaskan manusia dari kezaliman
menuju cahaya.
"Maulid Nabi seyogyanya mengukuhkan
kesadaran umat untuk meneruskan perjuangan Nabi, yakni menyebarkan dakwah Islam
yang mengajarkan prinsip keimanan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Misalnya dengan aktivitas yang baik dan bermanfaat," terangnya.
Seperti peringatan yang bakal diisinya pada Ahad
(3/2/2013) mendatang dalam Peringatan Maulid di halaman Masjid Jami Akrimuddin
Gumulunglebak, Greged, Cirebon, diperkirakan menyedot ribuan massa. Namun,
sebut Maman, harus dipastikan tidak ada pihak-pihak lain yang terganggu dalam
pelaksanaannya, lantaran dilakukan di area internal.
(Sumber: republika.co.id)
Posting Komentar
Posting Komentar