Menu

TQN PP.Suryalaya

 


Kesombongan Iblis
Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa Jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari  Nabiyullah Adam AS  . Hal itu disebabkan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan  Nabiyullah Adam AS  hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati  Nabiyullah Adam AS  seperti para makhluk surga yang lain.

Allah SWT ingin menampakkan penghormatan malaikat kepada kepada Nabi Adam AS secara lahir dan batin. Untuk itu, Allah SWT perintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam AS:
 “Sujudlah kepada Adam!” (Al-Baqarah: 34)
Hal ini merupakan penghormatan dan penghargaan kepada Nabi Adam AS dan dalam rangka ibadah, cinta dan taat kepada Allah SWT, serta tunduk kepada perintah-Nya. Segeralah para malaikat itu bersujud.
Namun Iblis yang berada di tengah-tengah mereka yang tentunya ikut serta mendapatkan perintah itu –Iblis itu sendiri bukan dari golongan malaikat melainkan dari golongan jin yang diciptakan dari api– justru menyimpan kekafiran kepada Allah SWT dan kedengkian kepada Nabi Adam AS. Kufur dan rasa dengki itu membuat Iblis enggan sujud kepada Nabi Adam AS. Tak cuma menunjukkan kesombongan, Iblis bahkan menyangkal perintah Allah SWT dan mencela kebijaksanaan-Nya. Katanya:
“Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah.” (Al-A’raf: 12)
Maka Allah SWT katakan:
 “Wahai Iblis, apa yang menghalangimu untuk sujud kepada apa yang telah Kuciptakan dengan dua tangan-Ku? Apakah engkau sombong ataukah engkau (merasa) termasuk orang-orang yang lebih tinggi?” (Shad: 75)
Kekufuran, kesombongan, dan pembangkangan ini merupakan sebab terusirnya dan terlaknatinya Iblis. Allah SWT katakan kepadanya:
 “Turunlah kamu dari jannah karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (Al-A’raf: 13)
Iblis enggan tunduk dan bertaubat kepada Rabbnya, bahkan menentang, meremehkan, dan bertekad bulat untuk memusuhi Adam AS beserta anak cucunya. Ia pun menyiapkan diri saat mengetahui dirinya telah ditetapkan menjadi makhluk yang sengsara selama-lamanya. Ia, dengan ucapan dan perbuatan bersama bala tentaranya, berikrar untuk mengajak anak cucu Adam AS agar menjadi golongan yang telah diputuskan untuk tinggal di rumah kehancuran (neraka). Iblis nyatakan hal itu dengan mengatakan kepada Allah SWT :
 “Wahai Rabbku, berilah aku waktu sampai hari kebangkitan.” (Shad: 79)
Iblis benar-benar meluangkan waktu untuk menebar permusuhan di kalangan Adam AS dan anak cucunya. Maka tatkala hikmah Allah SWT menuntut agar manusia mempunyai tabiat dan akhlak yang berbeda-beda, maka Allah SWT juga menentukan sesuatu yang menyebabkannya. Yaitu berupa cobaan dan ujian, dan yang terbesarnya adalah Iblis diberi kesempatan untuk mengajak anak Adam u kepada semua jenis kejahatan. Maka Allah SWT pun menjawab:
 “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya.” (Shad: 80-81)
Iblis menyambut jawaban itu dengan menegaskan permusuhan kepada Adam AS beserta anak cucunya dan menegaskan maksiatnya kepada Allah SWT, katanya:
“Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 16-17)
Iblis mengucapkan itu berdasarkan sangkaannya, karena ia tahu benar tabiat anak Adam AS.
“Dan Iblis telah membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya kecuali sebagian orang-orang yang beriman.” (Saba`: 20)
Allah SWT berikan Iblis kesempatan untuk melakukan perkara yang telah menjadi niatannya pada Adam AS dan anak cucunya. Allah SWT katakan dalam Surat Al-Isra‘ ayat 63-64:
“Pergilah, siapa yang mengikutimu dari mereka, maka jahannamlah balasan kalian semua sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak.” (Al-Isra`: 63-64)
Yakni jika kamu mampu, jadikanlah mereka orang-orang yang menyeleweng dalam mendidik anak-anak mereka dengan didikan yang rusak dan dalam membelanjakan harta mereka kepada hal-hal yang mudharat, juga dalam mencari harta dari yang tidak baik.
Begitu pula ikut sertalah dengan mereka jika mereka makan, minum, dan berjima’, yakni ketika mereka tidak menyebut nama Allah SWT. Juga perintahkanlah mereka untuk tidak beriman dengan hari kebangkitan dan pembalasan serta agar mereka tidak melakukan kebajikan. Takut-takuti mereka dengan pembantu-pembantumu, berikan kekhawatiran pada mereka dengan kefakiran ketika berinfak yang baik.
Kesempatan yang Allah SWT berikan ini sesungguhnya demi sebuah hikmah dan rahasia yang besar. Sungguh engkau, wahai musuh yang nyata, tidak akan menyisakan sedikitpun dari kemampuanmu dalam menyesatkan mereka. Manusia yang jahat akan nampak kejahatan dan kejelekannya.
Adapun keturunan Adam AS yang terpilih, baik dari kalangan para nabi dan pengikutnya, maupun orang-orang yang sangat jujur dalam beriman, dan para wali-Nya, maka Allah SWT tidak akan menguasakan musuh ini (Iblis) atas mereka. Bahkan Allah SWT menjadikan di sekitar mereka pagar pelindung yang begitu kuat, sebagai perlindungan dari Allah SWT.
Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.

Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada Allah untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

(darii berbagai sumber)

Posting Komentar

 
Top