SEMARANG -- Keinginan
berkumpul bersama keluarga ketika Lebaran, menjadi alasan dasar para pemudik
rela menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer untuk pergi ke kampung halaman.
Alasan itu juga yang membuat Toni (34 tahun), mudik dari Malang ke Semarang menggunakan
becak.
Mengajak istri dan tiga anaknya, ia mengayuh becak miliknya sendiri. Panas yang
menyengat tidak ia hiraukan asalkan keluarganya dapat berkumpul bersama dengan
kerabat di Semarang. Ia juga tidak peduli betapa lelahnya ia harus mengayuh
becak yang dinaiki tiga anak perempuannya berusia sekitar lima tahun dan
istrinya.
Sudah sekitar sepekan ia mengayuh becaknya. Sabtu (3/8) siang ia telah tiba di
Sleman, Yogyakarta. Toni tetap melaju menuju Semarang meskipun ban roda becak
sebelah kirinya tampak kempes, namun tidak segera ia perbaiki.
Tidak tahu apakah ban roda tersebut bocor atau kehabisan angin. Tetapi, berat
beban penumpang dan jarak yang ditempuh membuat ban roda becak mengempes.
Tiga anak kembar perempuannya yang mengenakan kaos hitam pun tampak senang
bermain dan bercanda di dalam becak yang dikayuh ayahnya. Sedangkan, istrinya
terkadang harus berjalan untuk mengurangi berat beban becak yang dikayuh Toni.
Ketika melintasi Jalan Magelang, pihak kepolisian pun menawarkan bantuannya
untuk mudik menggunakan armada yang telah dipersiapkan. Namun, Toni menolaknya
meskipun ia harus menempuh jalan yang curam dan berkelok-kelok.
Iptu Edwin Natanael, Kepala Biro Operasional Lalulintas Polres Sleman,
menghimbau Toni untuk memperhatikan keselamatan keluarga. "Saya sampaikan
ada bantuan armada untuk membantunya mudik hingga Semarang, namun tetap
ditolaknya," kata Edwin.
Toni pun mengaku, sejak dari Solo ia telah ditawari armada untuk mudik. Namun
ia juga menolaknya. "Mau menyenangkan anak-anak mudik naik becak. Sudah
niat dan tidak ingin merepotkan orang lain," katanya.
Laki-laki yang mengenakan kaos berwarna merah muda itu juga mendadani becaknya
untuk mudik. Becaknya seperti becak lainnya, hanya ditambahi beberapa aksesoris
lainnya seperti bendera merah putih serta kardus bertuliskan 'Semarang-Malang 1
Keluarga Jarak Jauh'.
"Dipasang bendera merah putih agar tidak bahaya ketika di jalan. Karena
banyak kendaraan besar seperti bus," kata Toni yang sedang beristirahat
dengan duduk di teras masjid di Jalan Magelang.
Mudik menggunakan becak ini bukanlah yang pertama kalinya. Ia yang bekerja
sebagai buruh serabutan itu sudah tiga tahun ini mudik menggunakan becak
bersama keluarga. Hanya membawa satu buah tas besar yang berisi perlengkapan
baju anak-anaknya dan tikar, ia nekat berhari-hari berada di jalan.
Ketika tenaganya sudah tidak mampu untuk mengayuh, ia memberhentikan becaknya
di pom bensin maupun di masjid untuk beristirahat dan tidur pada malam hari.
Selama perjalanan mudiknya, Toni mengaku masih tetap menjalankan ibadah puasa
Ramadhan. Ia juga tidak menargetkan berapa hari waktu yang harus ditempuh untuk
menuju Semarang. "Kalau capek ya istirahat. Lihat kondisi anak-anak,"
kata Toni.
Dalam perjalanan menuju ke Semarang, Toni mencari rute jalan yang tidak terlalu
curam dan berbahaya untuk keluarganya. Entah berapa hari lagi ia harus mengayuh
becak menempuh perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh selama empat jam
menggunakan bus.
Sumber: republika.co.id
Posting Komentar
Posting Komentar