Menu

TQN PP.Suryalaya

 

 ( عليك أيها الأخ بالإستقامة فى التوبة )
Hai saudaraku !, dapatkah kamu melakukan istiqomah yang ada pada perkara taubat kepada Allah SWT ?.
Taubat menurut bahasa berarti kembali. Sedangkan taubat menurut syara, yaitu kembali dan meninggalkan sesuatu perkara yang dibenci oleh agama dan menuju atau melakukan sesuatu perkara yang dipuji oleh agama.
            Taubat itu ada permulaan dan ada pengakhiran.
>      Permulaan Taubat
Permulaan taubat yaitu:
1)     Taubat dari beberapa dosa besar,
2)     Taubat dari beberapa dosa kecil,
3)     Taubat dari beberapa perkara yang di makruhkan,
4)     Taubat dari mengingkari keutamaan,
5)     Taubat dari; ketika melihat dirinya telah merasa melakukan beberapa kebaikan,
6)     Taubat dari; ketika melihat dirinya bahwa sesungguhnya dirinya itu merasa termasuk wali pada zamannya.
7)     Taubat dari; ketika melihat dirinya bahwa sesungguhnya dirinya itu telah merasa benar dalam bertaubat.
8)     Taubat dari setiap buah pikiran (kerentek) hati yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.

>      Pengakhiran Taubat
Adapun pengakhiran taubat yaitu; Taubat kepada Allah SWT ketika hati ini lupa mengingat Allah SWT walaupun sekejab mata (sebentar saja).
            Para ulama ahli Tahqiq dari ahli Thoriqoh menerangkan bahwa orang yang menyesal atas dosa yang dikerjakannya dan mengakui atas dosa tersebut maka taubatnya itu sah (diterima oleh Allah SWT). Karena sesungguhnya Allah SWT tidak menceritakan taubatnya Nabi Adam a.s. kepada kita kecuali pengakuan kesalahan dan penyesalan Nabi Adam a.s.
            Diterangkan kepada kita bahwa ulama berkata:
أن من شرط التوبة الإقلاع ,والعزم أن لايعود.
sesungguhnya sebagian dari syarat taubat itu meninggalkan dosa yang telah dikerjakan dan harus memiliki niat yang kuat tidak akan melakukan dosa lagi.
Karena orang yang menyesal telah melakukan sesuatu perkara, itu harus meninggalkan dosa yang telah dikerjakan, dan harus memiliki niat yang kuat supaya tidak akan melakukan dosa lagi. 
            Salah satu perkara yang sudah maklum, jika seorang hamba itu mau bertaubat maka dengan taubat itu akan diampuni Allah SWT atas dosa menyepelekan hak-hak Allah SWT dan dosa menganiaya pada dirinya sendiri selama hamba itu tidak melakukan dosa syirik kepada Allah SWT. Jika ada hamba yang melakukan syirik kepada Allah maka ia kembali kepada kesesatan dirinya sendiri.
            Sehingga Syekh Abi Ishaq Ibrahim al Matbuli memulai wasiatnya dengan taubat, karena taubat itu merupakan dasar setiap maqom (derajat) yang dinaiki dan diharapkan oleh seorang hamba sampai mati. Ibaratnya; Jika orang tidak memiliki tanah maka orang itu tidak akan memiliki bangunan (rumah). Begitu halnya orang yang tidak mau bertaubat maka orang itu tidak akan memiliki tempat dan derajat.
            Sebagian ulama berkata;
من أحكم مقام توبة حفظه الله تعالى من سائر الشوائب التى فى الأعمال
Barang siapa yang menjaga maqom taubat maka Allah SWT akan menjaganya dari sesuatu yang dapat menyampuri keikhlasan pada amalnya
Taubat itu sama dengan maqom zuhud fid dunya (benci dunia). Orang yang sudah memiliki maqom zuhud akan dijaga dari segala sesuatu yang dapat menutupi hatinya kepada Allah SWT. Zuhud adalah menghilangkan sesuatu perkara yang ada dihati kepada apa yang menjadi urusan duniawi. Sehingga dengan zuhud pikiran dapat menuju kepada sesuatu yang menjadi ridho Allah SWT.
Syekh Abi Ishaq Ibrahim al Matbuli menganjurkan supaya istiqomah dalam perkara taubat. Karena sesungguhnya apabila suatu perkara dalam taubat itu membelok (tidak lurus) maka taubatnya juga ikut membelok. Ibaratnya orang yang membangun bangunan maka akan menjadi bangunan yang mudah roboh. Begitu juga orang yang mau membuat pagar rumah dari bata kering selain tanah.
Sayid Muhammad bin Inan r.a. berkata;
من استقام فى التوبته عن المعاصى إرتقى الى التوبة من كل مالا يعنى ومن لم يستقيم من التوبة عن الفضول رائحة, ولايقدر على رعاية خاطره أبدا, بل تغلب عليه خواطر المعاصى حتى فى صلاته.
"Barang siapa yang istiqomah dalam perkara taubat dari beberapa perkara masiat maka orang itu akan naik kepada taubat dari segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dan barang siapa yang tidak istiqomah pada taubatnya maka orang itu tidak dapat mencium bau (mengetahui) taubatnya dari berbicara yang berlebihan (omong kosong), dan tidak dapat menjaga kerentek (buah pikiran) hati selamanya. Akan tetapi kerentek masiat itu akan mengalahkan  atau masuk dalam shalatnya (dalam menjalankan shalat ada kerentek untuk melakukan masiat)".
Perhatikan firman Allah SWT kepada Nabi yang dijaga dari dosa besar yaitu Nabi Muhammad SAW ;
فاستقيم كما أمرت ومن تاب معك.
Istiqomahlah pada sesuatu yang telah diperintahkan kepadamu, begitu juga kepada orang-orang yang bersamamu.
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW supaya istiqomah dalam perkara taubat, begitu juga kepada orang-orang yang mengikuti dan umat Nabi Muhammad SAW juga diperintah supaya istiqomah dalam perkara taubat.
Syekh Ali al Khawas r.a. berkata;
من استقام فى التوبته, وزهد فى الدنيا فقد انطوى فيه سائر المقامات والاحوال الصالحة.
Barang siapa yang istiqomah dalam perkara taubat dan zuhud urusan duniawi  maka semua maqom-maqomnya toriqoh akan berada pada diri orang itu, begitu juga dengan beberapa tingkah hati yang bagus.  

Peringatan. 
Orang yang menjadi hamba Allah SWT seharusnya pagi dan sore (setiap saat) harus selalu mengoreksi pada anggota badannya baik dhahir atau batin (hati).
·        Apakah anggota badan ini sudah bisa menjaga peraturan-peraturan Allah SWT yang sudah ditentukan oleh Allah SWT atau anggota badan ini malah melanggar peraturan-peraturan Allah SWT ?.
·        Apakah anggota badan ini sudah bisa melaksanaan sesuatu yang telah diperintahkan Allah SWT atau belum ?. seperti;
-          Menjaga mata ketika melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT ?
-          Menjaga lidah ketika berbicara sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT ?
-          Menjaga telinga ketika mendengarkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT ?
-          Menjaga hati dari kerentek (buah pikiran) yang diharamkan oleh Allah SWT ?
-          Dll.
·        Jika anggota badan sudah melaksanakan perintah-perintah Allah apakah sudah ikhlas atau belum ?.
Apabila sudah mengetahui salah satu anggota badan itu sudah bisa ta'at (melaksanakan perintah-perintah) Allah SWT dan bisa syukur kepada Allah SWT, jangan sampai memandang pada diri sendiri bahwa diri ini sudah termasuk orang yang ta'at kepada Allah SWT.
Jika diketahui bahwa diri seorang hamba itu penuh dengan maksiat kepada Allah SWT maka bersegeralah untuk melakukan penyesalan dan mohon ampun kepada Allah SWT, kemudian bersyukurlah kepada Allah SWT bahwa dirinya tidak ditakdirkan Allah SWT untuk melakukan maksiat yang lebih banyak, dan beberapa anggota badan yang telah melakukan meksiat tidak dirusak oleh Allah SWT dengan beberapa penyakit, beberapa luka, dsb. Karena anggota badan yang digunakan untuk melakukan maksiat itu sudah seharusnya mendapat balak dari Allah SWT.
Ketahuilah hai saudaraku !, apa yang sudah saya terangkan di depan. Ingatlah supaya kamu tetap bertaubat kepada Allah SWT dan bencilah kepada dunia (apa yang menjadi kesenangan dunia) untuk mengikuti perintah Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT itu tidak mau melihat kepada apa yang menjadi kesenangan dunia semenjak Allah SWT menciptakannya, sejak itu Allah SWT membencinya.
Diterangkan didalam hadist Nabi Muhammad SAW;
حب المال والسرف ينبتان النفاق فى القلب كما ينبت الماء البقل
 "Cinta kepada harta dan kemuliaan (kedudukan) itu dapat menimbulkan nifaq yang ada dihati sebagaimana air menumbuhkan sayur-sayuran".
Syekh Abu Abdullah Sufyan Ast-Sauri r.a. berkata:
لوان عبدا عبد الله تعالى بجمع المأمورات إلا أنه يحب الدنيا إلا نودى عليه يوم القيامة على رءوس الجمع ألا إن هذا فلان بن فلان قد احب ما أبغض الحق تعالى فيكاد لحم وجهه يسقط.
 "Sekiranya ada seorang hamba yang menjalankan ibadah kepada Allah SWT dengan segala yang telah diperintahkan-Nya tetapi hamba itu cinta kepada dunia, hamba itu kelak di hari kiamat pasti akan dipanggil diatas kepala semua makhluk. Ingatlah sesungguhnya ini fulan bin fulan amat cinta kepada sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT (sesuatu yang menjadi kesenangan hidup didunia), seakan-akan daging dan wajahnya rontok (hancur) karena malu".
Yang dimaksud dengan cinta dunia menurut Syekh Abu Abdullah Sufyan Ats-Sauri r.a. tersebut yaitu perkara yang lebih dari apa yang menjadi kebutuhannya menurut syara'.
Syekh Abu al-Hasan Ali bin al-Muzaiyin r.a. berkata;
لوز كيتم رجلا حتى جعلتموه صديقا لا يعبأ الحق تعالى يه وهو يساكن الدنيا بقلبه, فقيل له فإذا ساكنها لأجل إخوانه وعياله وغيرهم من الملازم لينفقها عليهم ؟ فقال دعونا من هذه الزلقات. والله ماهلك من هلك من اهل الطريق إلا من حلاوة الغنى فى نفسهم, والله الذى لاإله إلا هو إنى لأعرف من يدخل عليه عرض الدنيا فيقسمه على حقوق الله تعالى فيصير ذلك مع براءة ساحته حجابا قاطعا له عن الله تعالى.
" Jika kamu menganggap bagus kepada satu orang laki-laki sehingga kamu menjadikannya sebagai orang yang shadiq (benar), (tetapi dihatinya ada kepentingan dunia). Orang yang seperti itu tidak akan diperdulikan (tidak ada harganya) dihadapan Allah SWT karena laki-laki itu menempatkan kepentingan dunia dihatinya. Ada orang yang bertanya kepada Syekh Abu al-Hasan Ali bin al-Muzaiyin r.a.; Jika laki-laki itu menempatkan urusan dunia karena kepentingan saudaranya, kerabatnya, dan lain sebagainya untuk diinfaqkan kepada mereka (tidak untuk kepentingan diri sendiri), apakah orang seperti itu juga tidak ada harganya dihadapan Allah SWT ?.  Syekh Abu al-Hasan Ali bin al-Muzaiyin r.a. menjawab ; Kamu telah meninggalkan perkara yang dapat menggelincirkan aku. Demi Allah !. لا إله إلا الله , sesungguhnya aku mengetahui orang yang hatinya kemasukan harta dunia, kemudian membagi-bagikannya menurut hak-hak yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Tetapi harta dunia yang masuk dihatinya itu akan menjadi hijab (penghalang) yang dapat memutuskannya dari Allah SWT. Padahal hatinya itu sudah bersih dari apa yang mengotori amal ".
Syekh Abu al-Hasan as-Syadhili r.a. berkata;
لايترقى مريد قط إلا أن صحت له محبة الحق تعالى, ولا يحب الحق تعالى حتى يبغض الدنيا وأهلها, ويزهد فى نعيم الدارين.
" Seorang murid itu tidak akan bias meningkat kedudukannya sama sekali, kecuali murid itu benar-benar dikasihi oleh Allah SWT. Dan Allah tidak akan mengasihinya sehingga ia bisa benci kepada dunia dan orang yang ahli dunia. Dan ia benci kepada kenikmatan yang ada dunia dan akhirat ".
            Dan Syekh Abu al-Hasan as-Syadhili r.a. juga menambahkan;
كل مريد أحب الدنيا فالحق تعالى يكرهه على حسب محبتها له كثيرة وقلة.
" Setiap murid yang cinta kepada dunia maka Allah SWT itu benci kepadanya menurut hitungan kecintaannya kepada dunia baik itu banyak atau sedikit ".
            Maka siapa saja orang yang ingin menjadi murid (orang yang ingin bisa wushul kepada Allah SWT) maka wajib membuang perkara yang menjadi kepentingan dunia, baik dari tangannya maupun dari hatinya ketika permulaan masuk thariqah. Sehingga murid itu bisa menerima nasihat-nasihat dari guru atau diminta kesanggupannya oleh guru. Tetapi jika hati si-murid masih cenderung kepada kepentingan duniawi - seperti harta benda dan kedudukan, maka murid itu pasti akan kembali kebelakang sepertihalnya pertama kali ia menjadi murid, dan murid itu akan dibuang dari thariqah.
            Sesungguhnya sediki-sedikitnya dasar yang harus dibangun oleh murid yang ingin masuk thariqah yaitu benci kepada perkara dunia dari hatinya. Jadi siapa saja yang tidak bisa benci kepada dunia dihatinya maka tidak akan sah usahanya untuk membangun apa yang menjadi kepentingan yang ada di akhirat.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani r.a. berkata;
من أراد الأخرة فعليه بالزهد فى الدنيا, ومن أراد الله تعالى فعليه بالزهد فى الأخرة.
" Barang siapa yang menghendaki urusan akhirat maka ia harus zuhud pada urusan dunia, dan barang siapa yang menghendaki Allah SWT maka ia harus zuhud pada urusan akhirat".
            Selama masih ada didalam hati seorang hamba itu kesenangan dari keinginan perkara dunia atau kenikmatan dari sesuatu, seperti; makanan, pakaian, orang yang dinikahi, menjadi wali, menjadi kepala, atau masih memperhatikan satu macam dari beberapa macam ilmu yang wajib seperti riwayat hadits yang ada pada zaman sekarang ini; bacaan al-qur'an dengan bacaan sab'ah atau ilmu nahwu, ilmu fiqih, dan ilmu fashahah, maka orang seperti itu tidak termasuk orang yang cinta akhirat orang yang cinta dunia orang yang menuruti hawa nafsu.
            Syekh Abu Abdullah al-Maghribi r.a. berkata;
الفقير المجرد عن الدنيا وإن لم يعمل شيئا من أعمال الفضائل أفضل من هؤلاء المتعبدين ومعهم الدنيا, بل ذرة من عمل الفقير المجرد أفضل من الجبال من أعمال أهل الدنيا.
" Orang faqir yang dikosongkan dari perkara dunia walaupun tidak melakukan sesuatu dari sebagian amal yang utama, itu lebih utama dari pada orang yang malakukan ibadah tetapi masih memikirkan perkara dunia. Walapun sekecil semut dari amalnya orang faqir yang disembunyikan, itu lebih baik daripada sebesar gunung dari amalnya orang yang ahli dunia ".
            Syekh Abu Mawahib asy-Syadhili r.a. berkata;
العبادة مع محبة الدنيا شغل قلب وتعب جوارح, فهى وإن كثرت قليلة, وإنما هى كثيرة فى وهم صاحبها, وهى صورة بلا روح وأشباح خالية غير خالية.
" Ibadah yang bersama dengan cinta dunia itu dapat membahayakan hati dan membuat capek anggota badan. Maka ibadah yang seperti itu kelihatannya banyak tetapi kenyataannya sedikit. Dan sesungguhnya ibadah yang kelihatannya banyak itu hanya dalam khayalan orang yang beribadah. Dan ibadah seperti itu ibarat gambar yang tidak bernyawa dan bayangan yang kosong atau tidak kosong.
            Lihatlah !. Banyak orang dari ahli dunia yang sering melakukan puasa, banyak mengerjakan shalat, dan berulang kali menunaikan ibadah haji tetapi tidak ada cahaya zuhud kepadanya dan tidak bisa merasakan manisnya ibadah.
            Hakikatnya zuhud (benci) pada perkara dunia yaitu meninggalkan kecendrungan hati kepada sesuatu yang menjadi kesenangan yang ada di dunia. Jangan sampai hati ini cinta kepada sesuatu yang menjadi kesenangan hidup di dunia.
Tidak mengosongkan tangan dari dunia - karena - tidak adanya larangan syariat  untuk berdagan dan membuat perusahaan yang menjadi sumbernya rizki. Juga tidak ada orang yang berkata seperti itu - bahwa umat Islam dilarang memegang (menjabat) sesuatu yang menjadi kepentingan dunia.
            Sesungguhnya kebanyakan para shahabat dan tabi'in (orang yang mengikuti shahabat) itu mengosongkan tangan dari dunia. Hal itu dimaksudkan supaya orang-orang awam (orang yang tidak mengerti kedudukan pangkat) maka dari itu para shahabat dan tabi'in  menampakkan kezuhudan pada perkara dunia dengan mengosongkan tangan (tidak menyimpan dunia) dan mencegah kepada umat Islam dari memperbanyak memegang dunia.
Para shahabat dan tabi'in itu khawatir jika umat Islam cinta pada sesuatu yang menjadi kesenangan dunia maka jangan sampai umat Islam setelah memperbanyak sesuatu yang menjadi kesenangan hidup di dunia - tidak keluar dari dunia tetapi berebut sesuatu yang menjadi kesenangan dunia.
Sesungguhnya orang yang sempurna itu adalah orang yang tidak akan melalaikan Allah SWT dengan sesuatu yang ada di dunia dan akhirat. Berbeda dengan orang-orang yang lemah iman dan akalnya.
Wahai saudaraku, berserah dirilah !. jika kamu melihat orang yang pakaiannya bagus maka tidak usah diperdulikan atau inkar kepadanya. Kecuali jika kamu takut apabila diikuti oleh pengikutnya yang bodoh dan tidak tahu maksud dan tujuannya, maka boleh jika kamu menjegahnya karena mengkhawatirkan kepada pengikut-pengikutnya. Atau kamu memeritahkan kepadanya supaya menjelaskan kepada pengikutnya supaya jangan mengikuti kepada dirinya dalam urusan bagus pakaiannya, istri-istrinya, dan kendaraan-kendaraannya. Sesungguhnya kalian semua  itu belum saatnya. Jika orang yang memakai pakaian bagus dan kendaraan bagus itu dari harta yang halal. Dan sebaliknya jika pakaian bagus dan kendaraan bagus itu dari harta tidak halal haram maka pengikutnya wajib inkar kepada guru yang seperti itu.

Perkara yang tidak samar jelas yaitu; jika ada orang zuhud (orang yang bisa meninggalkan urusan duniawi) sebenarnya ia tidak ditetapkan oleh Allah SWT berupa sesuatu yang dizuhudi dan yang ditinggalkan itu. Adapun sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT kepadanya maka tidah sah apabila ia meninggalkannya harus mengambil manfaat sesuatu yang sudah menjadi bagiannya. Sekiranya ia tidak bakhil kepada sesuatu yang sudah menjadi bagiannya. Misalnya; diminta oleh orang yang memiliki hak menerima dan ketika mengambil manfaat yang sudah menjadi bagiannya, maka ia tidak rugi dengan apa yang sudah dibagikan tuhannya. Maka dari itu kamu semua harus tahu.

Sumber tulisan : http://mohamad-solichin.blogspot.com/2012/03/istiqomah-dalam-bertaubat.html
Disarikan dari KITAB MINAHUS SANIYAH Tulisan Sayyid Abdul Wahhab Asy-Sya'rani.

Posting Komentar

 
Top