( عليك أيها الأخ بالإستقامة فى التوبة )
Hai
saudaraku !, dapatkah kamu melakukan istiqomah yang ada pada perkara taubat
kepada Allah SWT ?.
Taubat
menurut bahasa berarti kembali. Sedangkan taubat menurut syara’, yaitu kembali dan meninggalkan sesuatu perkara yang
dibenci oleh agama dan menuju atau melakukan sesuatu perkara yang dipuji oleh
agama.
Taubat itu ada permulaan dan ada pengakhiran.
> Permulaan
Taubat
Permulaan
taubat yaitu:
1) Taubat
dari beberapa dosa besar,
2) Taubat
dari beberapa dosa kecil,
3) Taubat
dari beberapa perkara yang di makruhkan,
4) Taubat
dari mengingkari keutamaan,
5) Taubat
dari; ketika melihat dirinya telah merasa melakukan beberapa kebaikan,
6) Taubat
dari; ketika melihat dirinya bahwa sesungguhnya dirinya itu merasa termasuk
wali pada zamannya.
7) Taubat
dari; ketika melihat dirinya bahwa sesungguhnya dirinya itu telah merasa benar
dalam bertaubat.
8) Taubat
dari setiap buah pikiran (kerentek) hati yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.
> Pengakhiran
Taubat
Adapun
pengakhiran taubat yaitu; Taubat kepada Allah SWT ketika hati ini lupa
mengingat Allah SWT walaupun sekejab mata (sebentar saja).
Para ulama’ ahli Tahqiq dari ahli Thoriqoh menerangkan bahwa
orang yang menyesal atas dosa yang dikerjakannya dan mengakui atas dosa
tersebut maka taubatnya itu sah (diterima oleh Allah SWT). Karena sesungguhnya
Allah SWT tidak menceritakan taubatnya Nabi Adam a.s. kepada kita kecuali
pengakuan kesalahan dan penyesalan Nabi Adam a.s.
Diterangkan kepada kita bahwa ulama’ berkata:
أن من شرط التوبة الإقلاع ,والعزم أن لايعود.
“sesungguhnya sebagian dari syarat taubat itu meninggalkan dosa yang
telah dikerjakan dan harus memiliki niat yang kuat tidak akan melakukan dosa
lagi”.
Karena
orang yang menyesal telah melakukan sesuatu perkara, itu harus meninggalkan
dosa yang telah dikerjakan, dan harus memiliki niat yang kuat supaya tidak akan
melakukan dosa lagi.
Salah satu perkara yang sudah maklum, jika seorang hamba itu mau bertaubat maka
dengan taubat itu akan diampuni Allah SWT atas dosa menyepelekan hak-hak Allah
SWT dan dosa menganiaya pada dirinya sendiri selama hamba itu tidak melakukan
dosa syirik kepada Allah SWT. Jika ada hamba yang melakukan syirik kepada Allah
maka ia kembali kepada kesesatan dirinya sendiri.
Sehingga Syekh Abi Ishaq Ibrahim al Matbuli memulai wasiatnya dengan taubat,
karena taubat itu merupakan dasar setiap maqom (derajat) yang dinaiki dan
diharapkan oleh seorang hamba sampai mati. Ibaratnya; Jika orang tidak memiliki
tanah maka orang itu tidak akan memiliki bangunan (rumah). Begitu halnya orang
yang tidak mau bertaubat maka orang itu tidak akan memiliki tempat dan derajat.
Sebagian ulama’ berkata;
من أحكم مقام توبة حفظه الله تعالى من سائر
الشوائب التى فى الأعمال
“ Barang siapa yang menjaga maqom taubat maka Allah SWT akan menjaganya
dari sesuatu yang dapat menyampuri keikhlasan pada amalnya”.
Taubat
itu sama dengan maqom zuhud fid dunya (benci dunia). Orang
yang sudah memiliki maqom zuhud akan dijaga dari segala sesuatu yang dapat
menutupi hatinya kepada Allah SWT. Zuhud adalah menghilangkan sesuatu perkara
yang ada dihati kepada apa yang menjadi urusan duniawi. Sehingga dengan zuhud
pikiran dapat menuju kepada sesuatu yang menjadi ridho Allah SWT.
Syekh Abi
Ishaq Ibrahim al Matbuli menganjurkan supaya istiqomah dalam perkara taubat.
Karena sesungguhnya apabila suatu perkara dalam taubat itu membelok (tidak
lurus) maka taubatnya juga ikut membelok. Ibaratnya orang yang membangun
bangunan maka akan menjadi bangunan yang mudah roboh. Begitu juga orang yang
mau membuat pagar rumah dari bata kering selain tanah.
Sayid
Muhammad bin ‘Inan r.a. berkata;
من استقام فى التوبته عن المعاصى إرتقى الى
التوبة من كل مالا يعنى ومن لم يستقيم من التوبة عن الفضول رائحة, ولايقدر على
رعاية خاطره أبدا, بل تغلب عليه خواطر المعاصى حتى فى صلاته.
"Barang
siapa yang istiqomah dalam perkara taubat dari beberapa perkara ma’siat maka orang itu akan naik kepada taubat dari
segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dan barang siapa yang tidak istiqomah
pada taubatnya maka orang itu tidak dapat mencium bau (mengetahui) taubatnya
dari berbicara yang berlebihan (omong kosong), dan tidak dapat menjaga kerentek
(buah pikiran) hati selamanya. Akan tetapi kerentek ma’siat itu akan mengalahkan atau masuk dalam
shalatnya (dalam menjalankan shalat ada kerentek untuk melakukan ma’siat)".
Perhatikan
firman Allah SWT kepada Nabi yang dijaga dari dosa besar yaitu Nabi Muhammad
SAW ;
فاستقيم كما أمرت ومن تاب معك.
“Istiqomahlah pada sesuatu yang telah diperintahkan kepadamu, begitu juga
kepada orang-orang yang bersamamu”.
Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW supaya istiqomah dalam perkara taubat,
begitu juga kepada orang-orang yang mengikuti dan umat Nabi Muhammad SAW juga
diperintah supaya istiqomah dalam perkara taubat.
Syekh Ali
al Khawas r.a. berkata;
من استقام فى التوبته, وزهد فى الدنيا فقد انطوى
فيه سائر المقامات والاحوال الصالحة.
“Barang siapa yang istiqomah dalam perkara taubat dan zuhud urusan
duniawi maka semua maqom-maqomnya toriqoh akan berada pada diri orang
itu, begitu juga dengan beberapa tingkah hati yang bagus”.
Peringatan.
Orang
yang menjadi hamba Allah SWT seharusnya pagi dan sore (setiap saat) harus
selalu mengoreksi pada anggota badannya baik dhahir atau batin (hati).
· Apakah
anggota badan ini sudah bisa menjaga peraturan-peraturan Allah SWT yang sudah
ditentukan oleh Allah SWT atau anggota badan ini malah melanggar
peraturan-peraturan Allah SWT ?.
· Apakah
anggota badan ini sudah bisa melaksanaan sesuatu yang telah diperintahkan Allah
SWT atau belum ?. seperti;
- Menjaga
mata ketika melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT ?
- Menjaga
lidah ketika berbicara sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT ?
- Menjaga
telinga ketika mendengarkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT ?
- Menjaga
hati dari kerentek (buah pikiran) yang diharamkan oleh Allah
SWT ?
- Dll.
· Jika
anggota badan sudah melaksanakan perintah-perintah Allah apakah sudah ikhlas
atau belum ?.
Apabila
sudah mengetahui salah satu anggota badan itu sudah bisa ta'at (melaksanakan
perintah-perintah) Allah SWT dan bisa syukur kepada Allah SWT, jangan sampai
memandang pada diri sendiri bahwa diri ini sudah termasuk orang yang ta'at
kepada Allah SWT.
Jika
diketahui bahwa diri seorang hamba itu penuh dengan maksiat kepada Allah SWT
maka bersegeralah untuk melakukan penyesalan dan mohon ampun kepada Allah SWT, kemudian
bersyukurlah kepada Allah SWT bahwa dirinya tidak ditakdirkan Allah SWT untuk
melakukan maksiat yang lebih banyak, dan beberapa anggota badan yang telah
melakukan meksiat tidak dirusak oleh Allah SWT dengan beberapa penyakit,
beberapa luka, dsb. Karena anggota badan yang digunakan untuk melakukan maksiat
itu sudah seharusnya mendapat balak dari Allah SWT.
Ketahuilah
hai saudaraku !, apa yang sudah saya terangkan di depan. Ingatlah supaya kamu
tetap bertaubat kepada Allah SWT dan bencilah kepada dunia (apa yang menjadi
kesenangan dunia) untuk mengikuti perintah Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT
itu tidak mau melihat kepada apa yang menjadi kesenangan dunia semenjak Allah
SWT menciptakannya, sejak itu Allah SWT membencinya.
Diterangkan
didalam hadist Nabi Muhammad SAW;
حب المال والسرف ينبتان النفاق فى القلب كما ينبت
الماء البقل
"Cinta kepada harta dan kemuliaan (kedudukan) itu
dapat menimbulkan nifaq yang ada dihati sebagaimana air menumbuhkan
sayur-sayuran".
Syekh Abu Abdullah Sufyan Ast-Sauri r.a. berkata:
لوان عبدا عبد الله تعالى بجمع المأمورات إلا أنه
يحب الدنيا إلا نودى عليه يوم القيامة على رءوس الجمع ألا إن هذا فلان بن فلان قد
احب ما أبغض الحق تعالى فيكاد لحم وجهه يسقط.
"Sekiranya
ada seorang hamba yang menjalankan ibadah kepada Allah SWT dengan segala yang
telah diperintahkan-Nya tetapi hamba itu cinta kepada dunia, hamba itu kelak di
hari kiamat pasti akan dipanggil diatas kepala semua makhluk. Ingatlah
sesungguhnya ini fulan bin fulan amat cinta kepada sesuatu yang dibenci oleh
Allah SWT (sesuatu yang menjadi kesenangan hidup didunia), seakan-akan daging
dan wajahnya rontok (hancur) karena malu".
Yang dimaksud dengan cinta dunia menurut
Syekh Abu Abdullah Sufyan Ats-Sauri r.a. tersebut yaitu perkara yang lebih dari
apa yang menjadi kebutuhannya menurut syara'.
Syekh Abu al-Hasan Ali bin al-Muzaiyin r.a.
berkata;
لوز كيتم رجلا حتى جعلتموه صديقا لا يعبأ الحق
تعالى يه وهو يساكن الدنيا بقلبه, فقيل له فإذا ساكنها لأجل إخوانه وعياله وغيرهم
من الملازم لينفقها عليهم ؟ فقال دعونا من هذه الزلقات. والله ماهلك من هلك من اهل
الطريق إلا من حلاوة الغنى فى نفسهم, والله الذى لاإله إلا هو إنى لأعرف من يدخل
عليه عرض الدنيا فيقسمه على حقوق الله تعالى فيصير ذلك مع براءة ساحته حجابا قاطعا
له عن الله تعالى.
" Jika kamu menganggap bagus
kepada satu orang laki-laki sehingga kamu menjadikannya sebagai orang yang
shadiq (benar), (tetapi dihatinya ada kepentingan dunia). Orang yang seperti
itu tidak akan diperdulikan (tidak ada harganya) dihadapan Allah SWT karena
laki-laki itu menempatkan kepentingan dunia dihatinya. Ada orang yang
bertanya kepada Syekh Abu al-Hasan Ali bin al-Muzaiyin r.a.; Jika laki-laki itu
menempatkan urusan dunia karena kepentingan saudaranya, kerabatnya, dan lain
sebagainya untuk diinfaqkan kepada mereka (tidak untuk kepentingan diri
sendiri), apakah orang seperti itu juga tidak ada harganya dihadapan Allah SWT
?. Syekh Abu al-Hasan Ali bin al-Muzaiyin r.a. menjawab ; Kamu telah
meninggalkan perkara yang dapat menggelincirkan aku. Demi Allah !. لا إله
إلا الله , sesungguhnya aku mengetahui orang
yang hatinya kemasukan harta dunia, kemudian membagi-bagikannya menurut hak-hak
yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Tetapi harta dunia yang masuk dihatinya
itu akan menjadi hijab (penghalang) yang dapat memutuskannya dari Allah SWT.
Padahal hatinya itu sudah bersih dari apa yang mengotori amal ".
Syekh Abu al-Hasan as-Syadhili r.a. berkata;
لايترقى مريد قط إلا أن صحت له محبة الحق تعالى,
ولا يحب الحق تعالى حتى يبغض الدنيا وأهلها, ويزهد فى نعيم الدارين.
" Seorang murid itu tidak
akan bias meningkat kedudukannya sama sekali, kecuali murid itu benar-benar
dikasihi oleh Allah SWT. Dan Allah tidak akan mengasihinya sehingga ia bisa
benci kepada dunia dan orang yang ahli dunia. Dan ia benci kepada kenikmatan yang
ada dunia dan akhirat ".
Dan Syekh Abu al-Hasan as-Syadhili r.a. juga menambahkan;
كل مريد أحب الدنيا فالحق تعالى يكرهه على حسب
محبتها له كثيرة وقلة.
" Setiap murid yang cinta
kepada dunia maka Allah SWT itu benci kepadanya menurut hitungan kecintaannya
kepada dunia baik itu banyak atau sedikit ".
Maka siapa saja orang yang ingin menjadi murid (orang yang ingin bisa wushul
kepada Allah SWT) maka wajib membuang perkara yang menjadi kepentingan dunia,
baik dari tangannya maupun dari hatinya ketika permulaan masuk thariqah.
Sehingga murid itu bisa menerima nasihat-nasihat dari guru atau diminta
kesanggupannya oleh guru. Tetapi jika hati si-murid masih cenderung kepada
kepentingan duniawi - seperti harta benda dan kedudukan, maka murid itu pasti
akan kembali kebelakang sepertihalnya pertama kali ia menjadi murid, dan murid
itu akan dibuang dari thariqah.
Sesungguhnya sediki-sedikitnya dasar yang harus dibangun oleh murid yang ingin
masuk thariqah yaitu benci kepada perkara dunia dari hatinya. Jadi siapa saja
yang tidak bisa benci kepada dunia dihatinya maka tidak akan sah usahanya untuk
membangun apa yang menjadi kepentingan yang ada di akhirat.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani r.a. berkata;
من أراد الأخرة فعليه بالزهد فى الدنيا, ومن أراد
الله تعالى فعليه بالزهد فى الأخرة.
" Barang siapa yang
menghendaki urusan akhirat maka ia harus zuhud pada urusan dunia, dan barang
siapa yang menghendaki Allah SWT maka ia harus zuhud pada urusan akhirat".
Selama masih ada didalam hati seorang hamba itu kesenangan dari keinginan
perkara dunia atau kenikmatan dari sesuatu, seperti; makanan, pakaian, orang
yang dinikahi, menjadi wali, menjadi kepala, atau masih memperhatikan satu
macam dari beberapa macam ilmu yang wajib – seperti riwayat
hadits yang ada pada zaman sekarang ini; bacaan al-qur'an dengan bacaan sab'ah
atau ilmu nahwu, ilmu fiqih, dan ilmu fashahah, maka orang seperti itu tidak
termasuk orang yang cinta akhirat – orang yang cinta dunia – orang yang
menuruti hawa nafsu.
Syekh Abu Abdullah al-Maghribi r.a. berkata;
الفقير المجرد عن الدنيا وإن لم يعمل شيئا من
أعمال الفضائل أفضل من هؤلاء المتعبدين ومعهم الدنيا, بل ذرة من عمل الفقير المجرد
أفضل من الجبال من أعمال أهل الدنيا.
" Orang faqir yang
dikosongkan dari perkara dunia walaupun tidak melakukan sesuatu dari sebagian
amal yang utama, itu lebih utama dari pada orang yang malakukan ibadah tetapi
masih memikirkan perkara dunia. Walapun sekecil semut dari amalnya orang faqir
yang disembunyikan, itu lebih baik daripada sebesar gunung dari amalnya orang
yang ahli dunia ".
Syekh Abu Mawahib asy-Syadhili r.a. berkata;
العبادة مع محبة الدنيا شغل قلب وتعب جوارح, فهى
وإن كثرت قليلة, وإنما هى كثيرة فى وهم صاحبها, وهى صورة بلا روح وأشباح خالية غير
خالية.
" Ibadah yang bersama dengan
cinta dunia itu dapat membahayakan hati dan membuat capek anggota badan. Maka
ibadah yang seperti itu kelihatannya banyak tetapi kenyataannya sedikit. Dan
sesungguhnya ibadah yang kelihatannya banyak itu hanya dalam khayalan orang
yang beribadah. Dan ibadah seperti itu ibarat gambar yang tidak bernyawa dan
bayangan yang kosong atau tidak kosong.
Lihatlah !. Banyak orang dari ahli dunia yang sering melakukan puasa, banyak
mengerjakan shalat, dan berulang kali menunaikan ibadah haji tetapi tidak ada
cahaya zuhud kepadanya dan tidak bisa merasakan manisnya ibadah.
Hakikatnya zuhud (benci) pada perkara dunia yaitu meninggalkan kecendrungan
hati kepada sesuatu yang menjadi kesenangan yang ada di dunia. Jangan sampai
hati ini cinta kepada sesuatu yang menjadi kesenangan hidup di dunia.
Tidak mengosongkan tangan dari dunia - karena
- tidak adanya larangan syariat untuk berdagan dan membuat perusahaan
yang menjadi sumbernya rizki. Juga tidak ada orang yang berkata seperti itu -
bahwa umat Islam dilarang memegang (menjabat) sesuatu yang menjadi kepentingan
dunia.
Sesungguhnya kebanyakan para shahabat dan tabi'in (orang yang mengikuti
shahabat) itu mengosongkan tangan dari dunia. Hal itu dimaksudkan supaya
orang-orang awam (orang yang tidak mengerti kedudukan pangkat) – maka dari itu – para shahabat
dan tabi'in menampakkan kezuhudan pada perkara dunia dengan mengosongkan
tangan (tidak menyimpan dunia) dan mencegah kepada umat Islam dari memperbanyak
memegang dunia.
Para shahabat dan tabi'in itu khawatir jika
umat Islam cinta pada sesuatu yang menjadi kesenangan dunia – maka jangan
sampai –
umat Islam setelah memperbanyak sesuatu yang menjadi kesenangan hidup di dunia
- tidak keluar dari dunia – tetapi berebut sesuatu yang
menjadi kesenangan dunia.
Sesungguhnya orang yang sempurna itu adalah
orang yang tidak akan melalaikan Allah SWT dengan sesuatu yang ada di dunia dan
akhirat. Berbeda dengan orang-orang yang lemah iman dan akalnya.
Wahai saudaraku, berserah dirilah !. jika
kamu melihat orang yang pakaiannya bagus maka tidak usah diperdulikan atau
inkar kepadanya. Kecuali jika kamu takut apabila diikuti oleh pengikutnya yang
bodoh dan tidak tahu maksud dan tujuannya, maka boleh jika kamu menjegahnya
karena mengkhawatirkan kepada pengikut-pengikutnya. Atau kamu memeritahkan
kepadanya supaya menjelaskan kepada pengikutnya supaya jangan mengikuti kepada
dirinya dalam urusan bagus pakaiannya, istri-istrinya, dan
kendaraan-kendaraannya. Sesungguhnya kalian semua itu belum saatnya. Jika
orang yang memakai pakaian bagus dan kendaraan bagus itu dari harta yang halal.
Dan sebaliknya jika pakaian bagus dan kendaraan bagus itu dari harta tidak
halal –
haram –
maka pengikutnya wajib inkar kepada guru yang seperti itu.
Perkara yang tidak samar – jelas – yaitu; jika ada
orang zuhud (orang yang bisa meninggalkan urusan duniawi) sebenarnya ia tidak
ditetapkan oleh Allah SWT berupa sesuatu yang dizuhudi dan yang ditinggalkan
itu. Adapun sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT kepadanya maka tidah
sah apabila ia meninggalkannya – harus mengambil manfaat sesuatu
yang sudah menjadi bagiannya. Sekiranya ia tidak bakhil kepada sesuatu yang
sudah menjadi bagiannya. Misalnya; diminta oleh orang yang memiliki hak
menerima dan ketika mengambil manfaat yang sudah menjadi bagiannya, maka ia
tidak rugi dengan apa yang sudah dibagikan tuhannya. Maka dari itu kamu semua
harus tahu.
Sumber tulisan : http://mohamad-solichin.blogspot.com/2012/03/istiqomah-dalam-bertaubat.html
Disarikan dari KITAB MINAHUS SANIYAH Tulisan Sayyid Abdul Wahhab Asy-Sya'rani.
Posting Komentar
Posting Komentar