Sambungan dari bagian V~
Seorang
pemuda menemui Al-Junaid. Dai sedang membicarakan suara bathin manusia,
kemudian menyampaikannya kepada Al-Junaid.
"Apa
yang disebutkan orang ini tentang kamu ?" Tanya Al-Junaid.
"Percayalah pada sesuatu".
"Engkau percaya ?"
"Saya
percaya demikian…demikian..". tegasnya kemudian.
"tidak,
tapi percayalah yang ke dua". kata al-Junaid.
Dia
melakukannya kemudian mengatakan,"Saya mempercayai
demikian..demikian..".
"Bukan
demikian, percayalah yang ke tiga".
Imam
AL-Junaid kembali mengatakan seperti semula.
"ini
sangat mengherankan, engkau benar dan saya tahu hati saya." Jawab pemuda
itu akhirnya.
"Engkau
memang sudah benar. Dalam perkara yang pertama dan kedua dan ketiga engkau
benar. Saya melakukan yang demikian hanya untuk mengujimu, apakah hatimu
berubah". Jelas Al-Junaid.
Ibrahim,
seorang sufi terkenal jatuh sakit. Lalu dibawakan kepadanya segelas obat. Dia
mengambil gelas itu dan hanya memandangnya.
"Hari ini sedang terjadi peristiwa penting di kerajaan. Saya tidak akan
makan dan minum sampai saya mengetahuinya." Dai mengungkapkan firasatnya.
Beberapa
hari kemudian datang kabar kepadanya bahwa imam AL-Qurtubi pada hari itu (saat
ia membuka firasatnya) masuk kota mekah dan terbunuh dalam peperangan tersebut.
Anas
bin Malik mengatakan, "saya mampir ke rumah Utsman bin Affan. Dari rumahnya
saya melihat seorang wanita yang tengah berjalan. Saya berfikir tentang
kecantikan tubuhnya. Utsman tersenyum lantas menyindir saya, "Sedang
bertamu kepada saya seseorang dari kamu sekalian, sementara pengaruh zina
nampak di kedua matanya.' Saya penasaran, lalu saya bertanya, 'Apakah itu wahyu
setelah RasuluLloh SAWW ?'
Dia
menjawab, "Tidak, akan tetapi penglihatan, bukti dan firasat adalah
kebenaran.'"
Ahmad
Al-Kharaz berkata, "saya masuk Masjidil Haram dan saya melihat seorang
fakir yang pakaiannya ada dua sobekan sedang meminta sesuatu. Saya berkata
dalam hati, 'Seperti inikah kemiskinan yang menimpa manusia ?'. tiba tiba mata
orang fakir itu memandng saya. Pandangannya menembus sampai ke ulu hati saya.
Dia menyindir saya dengan menyitir sebuah ayat :
واعلمواأنّ الله يعلم مافي انفسكم فاحذروْه
""Dan
ketahuilah bahwasanya Alloh mengetahui apa yang ada di dalam hatimu maka
takutlah kepada-Nya'. (QS Al-Baqarah 235)
Kemudian
saya mengatakan, 'saya memohonkan ampun rahasia saya.' Dia diam lalu memanggil
saya seraya mengutip sebuah ayat lain :
وهوالذي يقبل التوبة عن عباده ويعفو عن السيّئات
'Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.(QS
Asy-Syura :25)
Bersambung ke Bagian VII
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar