Menu

TQN PP.Suryalaya

 

 Sambungan dari bagian V~
  
Abul Hasan AL-Kurafi berkata, "Saya mengunjungi Abul Khair, kemudian berpamitan pulang dan dia keluar mengantarkan saya sampai di depan pintu masjid. 'Hai Abul Hasan' panggilnya. 'Saya tahu kamu tidak membawa apa-apa. Karena itu bawalah dua apel ini'. Sayapun mengambilnya dan memasukkan nya ke dalam kantong baju lalu pergi melanjutkan perjalanan, dan tidak membukanya sampai tiga hari. Saya kemudian mengambil satu buah dan memakannya, dan ketika hendak mengambil yang sebuah lagi, tiba-tiba kedua buah itu kembali di dalam kantong baju saya. Saya memakan sebuah dan keduanya kembali lagi seperti semula sampai saya tiba di sebuah pintu. Saya berbisik, 'Kedua apel ini merusak kondisi tawakal saya'. Ketika saya mengeluarkan kedua apel itu dari kantong, tiba-tiba saya melihat seorang miskin yang berselimut kain mantel. 'Saya ingin apel'. Pintanya. Sayapun memberikan keduanya kepadanya. Ketika saya melanjutkan perjalanan, saya faham bahwa sebenarnya syaikh mengirimkan kedau apel tersebut kepada orang miskin tadi. Ketika itu saya berada di kerumunan orang yang berada di jalanan. Sayapun berbalik menemui orang miskin tadi akan tetapi tidak menemukannya.'

    Seorang pemuda menemui Al-Junaid. Dai sedang membicarakan suara bathin manusia, kemudian menyampaikannya kepada Al-Junaid. 
    "Apa yang disebutkan orang ini tentang kamu ?" Tanya Al-Junaid.

    "Percayalah pada sesuatu".
    "Engkau percaya ?"

    "Saya percaya demikian…demikian..". tegasnya kemudian.
"tidak, tapi percayalah yang ke dua". kata al-Junaid.
Dia melakukannya kemudian mengatakan,"Saya mempercayai demikian..demikian..".
"Bukan demikian, percayalah yang ke tiga".
Imam AL-Junaid kembali mengatakan seperti semula.
    "ini sangat mengherankan, engkau benar dan saya tahu hati saya." Jawab pemuda itu akhirnya.
"Engkau memang sudah benar. Dalam perkara yang pertama dan kedua dan ketiga engkau benar. Saya melakukan yang demikian hanya untuk mengujimu, apakah hatimu berubah". Jelas Al-Junaid.

Ibrahim, seorang sufi terkenal jatuh sakit. Lalu dibawakan kepadanya segelas obat. Dia mengambil gelas itu dan hanya memandangnya.

"Hari ini sedang terjadi peristiwa penting di kerajaan. Saya tidak akan makan dan minum sampai saya mengetahuinya." Dai mengungkapkan firasatnya.

Beberapa hari kemudian datang kabar kepadanya bahwa imam AL-Qurtubi pada hari itu (saat ia membuka firasatnya) masuk kota mekah dan terbunuh dalam peperangan tersebut.
Anas bin Malik mengatakan, "saya mampir ke rumah Utsman bin Affan. Dari rumahnya saya melihat seorang wanita yang tengah berjalan. Saya berfikir tentang kecantikan tubuhnya. Utsman tersenyum lantas menyindir saya, "Sedang bertamu kepada saya seseorang dari kamu sekalian, sementara pengaruh zina nampak di kedua matanya.' Saya penasaran, lalu saya bertanya, 'Apakah itu wahyu setelah RasuluLloh SAWW ?'
Dia menjawab, "Tidak, akan tetapi penglihatan, bukti dan firasat adalah kebenaran.'"

Ahmad Al-Kharaz berkata, "saya masuk Masjidil Haram dan saya melihat seorang fakir yang pakaiannya ada dua sobekan sedang meminta sesuatu. Saya berkata dalam hati, 'Seperti inikah kemiskinan yang menimpa manusia ?'. tiba tiba mata orang fakir itu memandng saya. Pandangannya menembus sampai ke ulu hati saya. Dia menyindir saya dengan menyitir sebuah ayat :
واعلمواأنّ الله يعلم مافي انفسكم فاحذروْه
""Dan ketahuilah bahwasanya Alloh mengetahui apa yang ada di dalam hatimu maka takutlah kepada-Nya'. (QS Al-Baqarah 235)
Kemudian saya mengatakan, 'saya memohonkan ampun rahasia saya.' Dia diam lalu memanggil saya seraya mengutip sebuah ayat lain :

وهوالذي يقبل التوبة عن عباده ويعفو عن السيّئات

'Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.(QS Asy-Syura :25)

Bersambung ke Bagian VII

Sumber: manakib.wordpress.com

Posting Komentar

 
Top