Menu

TQN PP.Suryalaya

 


Diriwayatkan dari Ibrahim bin Syaiban. Dia mengatakan, “Saya tidak pernah tidur di bawah atap dan tidak pula di suatu tempat yang terkunci selama empat puluh tahun. Beberapa waktu lalu perutku terasa kenyang dengan memakan kacang adas. Setelah itu saya tidak pernah memakannya. Selang beberapa waktu saya tinggal di Syam. Wadah yang berisi kacang adas berada di hadapanku dan saya ambil kemudian saya makan. Setelah itu saya keluar. Saya melihat lampu-lampu bergantungan. Di alamnya menyerupai bentuk model. Saya menduga hal itu adalah cuka. Seseorang bertanya kepadaku, “Apa yang kamu lihat di dalam bentuk model khamar ini ?”. Saya menjawab, ‘Ini adalah bagian dari kewajibanku’. Lantas saya masuk ke kedai keledai. Saya menginginkan barang antik itu. Dia menduga bahwakeinginanku karena ada perintah dari Raja. Ketika tahu, dia membawaku ke hadapan Ibnu Thulun. Dia memberikan perintah agar memukulku dengan dua ratus kayu dan menjebloskan diriku ke penjara selama satu masa. Suatu saat Abu AbdiLlah Al-Maghribi, guruku berkunjung ke kota itu dan menolongku. Ketika ia memandangku, ia bertanya, ‘Apa yang engkau peroleh ?” Saya menjawab, ‘Kenyang memakan kacang adas dan duaratus pukulan kayu’. Dia mengatakan kepadaku, ‘Engkau masih beruntung tidak mendapatkan siksaan di akhirat’.
Suatu saat Abu AbdiLlah Al-Maghribi, guruku berkunjung ke kota itu dan menolongku. Ketika ia memandangku, ia bertanya, ‘Apa yang engkau peroleh ?” Saya menjawab, ‘Kenyang memakan kacang adas dan duaratus pukulan kayu’. Dia mengatakan kepadaku, ‘Engkau masih beruntung tidak mendapatkan siksaan di akhirat’.
Sariy mengatakan, “Selama tigapuluh atau empatpuluh tahun nafsuku menuntut agar memakan manisan pohon anggur tetapi asya tidak memakannya. “ Saya (Syaikh Abul Qasim) telah mendengar Abul Abas All Baghdadi mengatakan, “Saya telah mendengar kakekku mengatakan, ‘penyakit seorang hamba adalah rela terhadap nafsu dan yang terkandung di dalamnya’”. 
Isham bin Yusuf Al-Balkhi memberi sesuatu kepada Hatim AL-Asham. Dia lantas menciumnya.
“Mengapa barang itu kau cium ?”
“Jika saya mengambilnya, maka saya adalah hina dan ia (barang itu) adalah mulia. Apabila saya tolak, maka saya adalah mulia dan ia adalah hina. Oleh karena itu kemuliaannya akan sirnya di atas kemuliaanku, dan kehinaannya akan sirna di atas kehinaanku”.

Sebagian ulama perenah ditanya, “Saya hendak melaksanakan ibadah haji sendirian.” Dia menjawab, “Pertama hatimu harus kau sendirikan dari kelupaan, dirimu dari permainan, mulutmu dari kesia-siaan, kemudian tempuhlah apa yang engkau kehendaki”. Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Barang siapa yang berbuat baik di waktu malam, maka ia akan dicukupi di waktu siang. Barang siapa yang berbuat baik di waktu siang, maka dia akan dicukupi di waktu malam. Barang siapa meninggalkan syahwat, maka ia akan dicukupi biaya hidupnya. Allah akan memuliakan orang yang menyiksa hatinya dengan meninggalkan syahwat karena mengharapkan pahala”.
Allah Ta’alamenurunkan wahyu kepada Nabi Dawud AS, “Wahai Dawud, peringatilah teman-temanmu agar menghindarkan diri dari syahwat. Hati yang selalu berhubungan dengan syahwat dalam memperoleh kesenangan dunia maka akal pikiraqnnya akan terhalang”.
Seorang laki-laki duduk di atas udara di tanya, “Dengan apa engkau memperoleh ini ?”
“Saya meninggalkan keinginan dunia. Oleh karena itu udara tunduk kepadaku”.
Dalam suatu riwayat diceritakan, seandainya ditampakkan kepada seorang mukmin seribu syahwat, pasti dia akan mengeluarkannya dengan perasaan takut /khauf. Ada yang mengatakan, “Jika pemimpin engkau dudukkan dalam kekuasaan hawa nafsu, maka dia akan membawamu kepada kelaliman”. Yusuf bin Atsbat mengatakan, “Tidak ada yang mampu menghilangkan syahwat dari hait kecuali takut yang dibingungkan dan rindu yang digoncangkan”.
Ibrahim AL Khawas mengatakan, barang siapa yang meninggalkan syahwat, tetapi dia tidak menemukan pengganti di dalam hati, maka dia adalah bohong. Ja’far bin Nashr mengatakan, “Al-Junaid pernah memberikan satu dirham kepadaku dania mengatakan, ‘Belikanlah buah tin waziri untukku’. Saya lantas membelikannya. Ketika dia berbuka, ia mengambil satu dan meletakkannya ke dalam mulutnya, kemudian ia memuntahkan seraya menangis. ‘Bawalah buah tin ini’. Apa yang dia perintahkan maka saya laksanakan. Pada waktu ia mengatakan, ‘Hatif memanggilku dan mengatakan : Apakah engkau tidak malu terhadap syahwat yang telah engkau tinggalkan, lantas engkau akan kembali kepadanya”. 

Sumber:manakib.wordpress.com

Posting Komentar

 
Top