Oleh
Dr.H.Harry Mulya Zein~
Tidak
terasa umat islam kembali memasuki tahun baru Hijriah
1435 H. Rasanya peringatan tahun baru hijriah ini kurang
diingat, khususnya bagi umat muslim. Sesungguhnya momentum pergantian tahun ini
sudah sepantasnya memberikan makna semangat baru untuk berbuat amal kebajikan,
untuk bekal menghadap sang Ilahi.
Selain
itu peringatan tahun baru ini memberikan keyakinan bahwa waktu merupakan
merefleksikan diri dalam kehidupan dunia yang akan dipertangungjawabkan di
akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Quran yang berbunyi
artinya, “Adalah orang yang merugi jika hari ini sama dengan hari kemarin dan
hari esok lebih buruk dengan hari ini. Dan kamu akan termasuk kaum yang
beruntung jika hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik
dari hari ini.”
Pemahaman
itu memberikan keyakinan bagi kita bahwa waktu bukan sekadar kumpulan
angka-angka yang tertera pada jarum jam atau di kalender. Tetapi waktu adalah
sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT, Sang Pemilik
Zaman.
(Foto: Salah satu kegiatan pemuda TQN Suryalaya, dzikir dan berdoa bersama dalam menyambut Tahun Baru 1435 Hijriyah di Padepokan Ustadz Asep,Tangga Takat,Palembang) |
Memaknai
pergantian tahun itu sebagai momentum perubahan budaya secara individual (ibda’
binafsih), keluarga dan masyarakat yang selama tahun sebelumnya mungkin masih
ada kekurangan atau kealpaan, diarah lebih baik di masa mendatang. Perubahan
ini bisa terjadi apabila setiap jiwa umat Islam mampu ‘menghijrahkan’ seluruh
kekuatannya (pemikiran dan tindakannya) bagi kemajuan dalam kehidupan secara
pribadi.
Perubahan
yang dimulai dari rumah tangga dan dilanjutkan melalui lembaga pendidikan
akan membawa dampak positif sejalan dengan perkembangan. Semua itu harus
dimulai dari sekarang sebagai menciptakan generasi muda Islami yang
mampu melakukan perubahan dalam kehidupan. Sebab sudah digariskan dalam Islam
bahwa“Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri
yang akan mengubahnya”.
Karena
itu ada tidaknya perubahan dalam kehidupan seseorang atau kelompok masyarakat
sangat tergantung pada individu atau kelompok tersebut. Itu langkah minimal
yang sejatinya dilakukan setiap muslim dalam memaknai pergantian tahun
ini.
Intinya,
Islam juga mengajarkan, bahwa hari-hari yang dilalui hendaknya selalu lebih
baik dari hari-hari sebelumnya. Setiap Muslim dituntut untuk selalu berprestasi,
yaitu menjadi lebih baik dari hari ke hari, begitu seterusnya.
Dengan
keyakinan itu, maka orientasi kerja-kerja keduniaan yang selama ini kita
lakukan patut kiranya di tahun 1435 H kita rubah berdasarkan pada nilai-nilai
kebajikan (ma’rufat) dan membersihkannya dari pelbagai kejahatan (munkarat).
Dalam
hal ini, ma’rufat mencakup segala kebajikan (virtues) dan seluruh
kebaikan (good qualities) yang diterima oleh manusia sepanjang masa,
sedangkan munkarat menunjuk pada segenap kejahatan dan keburukuan yang
selalu bertentangan dengan nurani manusia.
Nilai
kebaikan bisa diejawantahakn dengan bekerja berprinsip nilai kejujuran dan
profesionalitas. Sikap jujur sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW agar
dapat berperilaku yang baik dengan “menjauhi dusta karena dusta akan
membawa kepada dosa dan dosa membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur
karena jujur akan membawamu kepada kebajikan dan membawamu ke surga.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Pribadi
yang jujur merupakan roh kehidupan yang teramat fundamental, karena setiap
penyimpangan dari prinsip kejujuran pada hakikatnya akan berbenturan dengan
suara hati nurani. Seperti contoh, para penyelenggara negara pada
setiap aktivitas dalam rangka melayani masyarakat tentunya tidak menanggalkan
prinsip kejujuran.
Dengan
pemahaman itu, maka sepatutnya pergantian tahun baru Hijriah
1435 ini kita jadikan sebagai momentum mengubah diri menuju
perubahan dalam segala bidang sebagai upaya penyatuan umat Islam Indonesia.
Momentum hijriyah ini dinilai tepat untuk mengukit prestasi secara individu
serta kelompok.
Sumber: republika.co.id
Posting Komentar
Posting Komentar