Imam Syafi’I, rahimahullah, dengan kebesaran dan
keagungannya duduk bersahabat dengan kaum sufi, lalu beliau ditanya: “Apa yang
engkau dapatkan ketika duduk bersahabat dengan mereka?” Maka beliau menjawab:
Saya mendapatkan dua hal dari mereka, yaitu: Ungkapan mereka, ‘Waktu bagaikan
pedang, bila engkau tidak sanggup memotongnya, maka ia akan memotong engkau,’
dan ungkapan mereka: ‘Bila engkau tidak menyibukkan diri engkau dengan kebaikan
, maka ia akan menyibukkan engkau dengan keburukan’.”
Demikian pula yang dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal,
rahimahullah, yang juga duduk bersahabat dengan Abu Hamzah al-Baghdadi, seorang
sufi yang hidup sezaman dengannya, di mana ketika ia mendapatkan masalah yang
tidak sanggup memecahkannya, maka ia akan bertanya kepada sang sufi Baghdad,
“Bagaimana pendapat engkau, wahai sang sufi?” Ini sudah cukup menjadi catatan
sejarah kaum sufi. Seandainya mereka tidak memiliki kelebihan tersendiri, tentu
saja orang seperti Imam Ahmad tidak akan membutuhkannya.
Sementara itu, Ibnu Aiman dalam kitab “Risalah” Imam Ahmad
mengisahkan bahwa: Pada mulanya Imam Ahmad melarang orang-orang untuk berkumpul
dengan kaum sufi, di mana ia pernah mengatakan, “Apakah pada salah seorang dari
mereka (kaum sufi) ada suatu kelebihan dari apa yang ada pada kita?” Sampai
pada suatu malam ada sebuah jama’ah yang datang memenuhi ruangannya, lalu
mereka bertanya tentang masalah-masalah Syari’at (Hukum Fiqih Islam) yang
membuatnya tidak mampu menjawab. Akhirnya jama’ah itu terbang di angkasa sambil
berkata kepada Imam Ahmad, “Terbanglah bersama kami !” Tapi, Imam Ahmad tidak
mampu terbang. Maka sejak itu ia menganjurkan kepada semua orang untuk
berkumpul bersama kaum sufi dan mengatakan, “Sesungguhnya mereka melebihi kita
dalam mengamalkan apa yang mereka ketahui.”
{Kitab “Lawaqih al-Anwar al-Qudsiyyah fi Ma’rifati Qawa’id
ash-Sufiyyah”, karya Imam Abdul Wahab asy-Sya’rani (wafat 973 H), halaman 51,
cetakan “Darul Fikr”, Beirut – Libanon).
SUMBER: kullubidatin.blogspot.com
Posting Komentar
Posting Komentar