JAKARTA - Umat
Islam kehilangan tokoh besar dengan meninggalnya ulama kharismatik KH Dr
Muhammad Ahmad Sahal Mahfudz, di Pati, Jawa Tengah, Jumat (24/1/2014) dini hari sekitarpukul 01.00 WIB.
"Sepanjang hidupnya dihabiskan untuk berkhidmat pada kepentingan
umat," ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Amidhan di Jakarta, Jumat.
Kiai Sahal menjabat sebagai Ketua MUI selama tiga periode, kemudian Rais Aam
PBNU. Menurutnya, mendiang juga teguh menjunjung prinsip keumatan, misalnya
dalam hubungan umat beragama dan mengedepankan harmonisasi umat beragama.
"Beliau selalu mengeluarkan fatwa yang hakiki dan sangat berhati-hati.
Juga fatwa yang dikeluarkan memberikan solusi," katanya.
Amidhan menjelaskan berbagai fatwa mengenai masalah sosial, lingkungan,
kesehatan didekati melalui pandangan fiqih. "Umat Islam sangat kehilangan
dengan meninggalnya beliau," ujar Amidhan.
Ia berkata, ingin sekali datang ke pemakaman Kiai Sahal. Namun, hal itu sulit
dilakukan karena banjir mengepung jalan dari Semarang ke Pati.
Kiai Sahal meninggal dunia karena sakit komplikasi yang dideritanya. Pengasuh
Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, itu wafat
pada usia 77 tahun.
Kyai Sahal
terlahir dengan nama Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd Salam Alhajaini
dari pasangan Kyai Mahfudz bin Abd Salam Alhafidz dan Hj Badi’ah. Ia lahir di
Desa Kajen, Margoyoso Pati pada tanggal 17 Desember 1937. Kyai Sahal merupakan
anak ketiga dari enam bersaudara.
Dari lahir, ia sudah hidup di pesantren, dibesarkan dalam lingkungan pesantren
dan mengabdi di pesantren. Pada tahun 1968 Kyai Sahal menikah dengan Hj Nafisah
binti KH Abdul Fatah Hasyim, Pengasuh Pesantren Fathimiyah Tambak Beras Jombang
dan memiliki putra bernama Abdul Ghofar Rozin.
Dedikasinya kepada pesantren, masyarakat, dan ilmu fikih tidak pernah
diragukan. Ia menguatkan tradisi dengan ketundukan mutlak pada ketentuan hukum
dalam kitab-kitab fiqih ditambah keserasian dengan akhlak yang diajarkan dari
ulama tradisional. Dalam istilah pesantren semangat tafaqquh (memperdalam
pengetahuan hukum agama) dan semangat tawarru’ (bermoral luhur).
Minat baca Kyai Sahal sangat tinggi. Terbukti beliau punya koleksi 1.800 buku
di rumahnya. Meskipun orang pesantren, bacaannya cukup beragam seperti
tentang psikologi hingga novel detektif. Alhasil, belum genap berusia 40 tahun,
dirinya telah menunjukkan kepandaiannya dalam forum fiqih. Dan pada berbagai
sidang Bahtsu Al-Masail tiga bulanan yang diadakan Syuriah NU Jawa Tengah,
beliau sudah aktif di dalamnya.
Kyai Sahal adalah pemimpin Pesantren Maslakul Huda Putra sejak tahun 1963.
Pesantren di Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, ini didirikan oleh ayahnya,
KH Mahfudz Salam, tahun 1910. Sebagai pemimpin pesantren, Kyai Sahal dikenal
sebagai pendobrak pemikiran tradisional di kalangan NU. Sikapnya yang menonjol
ialah mendorong kemandirian dengan memajukan kehidupan masyarakat di sekitar
pesantrennya melalui pengembangan pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Ia pun pernah bergabung dengan sejumlah institusi salahs satunya yang bergerak
dalam bidang pendidikan, yaitu menjadi anggota BPPN3 selama dua periode dari
tahun 1993-2003.
Ia juga pernah dianugerahi gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dalam
bidang pengembangan ilmu fiqh serta pengembangan pesantren dan masyarakat pada
18 Juni 2003 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam organisasi Kyai Sahal pernah menjabat sebagai Rais Aam Syuriah Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (1999-2009), Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
masa bakti 2000-2010, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti
2005-2010. Pada 26 November 1999, untuk pertama kalinya dia dipercaya menjadi
Rais Aam Syuriah PB NU, mengetuai lembaga yang menentukan arah dan
kebijaksanaan organisasi kemasyarakatan yang beranggotakan lebih 30 juta orang
itu.
KH Sahal yang sebelumnya selama 10 tahun memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Provinsi Jawa Tengah, juga didaulat menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI pada
Juni 2000 sampai tahun 2005. Selain jabatan-jabatan diatas, jabatan lain yang
sekarang masih diemban oleh beliau adalah sebagai Rektor INISNU Jepara, Jawa
Tengah (1989-sekarang) dan pengasuh Pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda,
Kajen, Pati (1963 - Sekarang).
khusus almarhum KH.Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd Salam semoga diampuni dosa-dosanya dan diterima semua amal ibadahnya serta ditempatkan di tempat yang mulia...
ALFATIHAH.... AAMIIN
SUMBER: REPUBLIKA.CO.ID
Posting Komentar
Posting Komentar