الحمد لله
الذى
غمر
صفوة
عباده
بلطائف
التخصيص
طولا
وامتنانا.
والف
بين
قلوبهم
فأصبحوا
بنعمته
إخوانا.
أشهد
ان
لا
اله
الا
الله
وحده
لا
شريك
له
شهادة
عبد
لم
يكن
معاندا
ولا
عصى.
واشهد
أن
محمدا
عبده
ورسوله
الذى
صار
بالشفاعة
العظمى
مختصا.
فصلوات
الله
وسلامه
عليه
صلاة
وسلاما
دائمين
متلازمين
الى
يوم
اللقاء
.
Ilmu laduni adalah ilmu yang di berikan langsung oleh Allah kepada hamba-Nya
yang shalih, bertakwa dan selalu berusaha membersihkan hatinya dari nafsu dan
sifat-sifat tercela. Ilmu laduni juga
bisa di peroleh melalui wasilah barakah karomah guru mursyid dan melalui bimbingan guru yang jelas sanad keilmuannya dalam memahami al-Qur'an, Sunnah maupun kitab-kitab ulama yang shalih.
Ilmu laduni juga dapat di sebut ilmu mukasyafah, ilmu wahbi, ilmu ilham dan
ilmu ilahi.
Dalam Al-Qur ’an Surat al-Kahfi ayat 65 disebutkan:
وَعَلَّمْنَاهُ
مِنْ
لَدُنَّا
عِلْمًا
“ Dan Kami ajarkan padanya (Nabi Khidhir) ilmu dari sisi kami”
Ayat ini menerangkan Nabi Khidhir meperoleh ilmu laduni dari Allah.
Ilmu laduni dalam literatur kitab-kitab salaf tidak hanya di peroleh Nabi
Khidhir saja, bahkan selain para Nabi, baik seorang wali atau shufi juga bisa
memperolehnya. Bahkan Nabi Musa as. pun ingin belajar dari Nabi Khidhir as.
Dalam keterangan kitab-kitab tafsir di lingkungan Ahlussunnah wal Jama ’ah,
ilmu laduni tersebut bisa diperoleh oleh seorang hamba yang taat dan hatinya
bersih. Dan ketetapan ini sudah sangat masyhur serta banyak para wali atau shufi yang mendapatkannya.
Ibnu Hajar al-Haitami menyampaikan bahwa dalam Risalah al-Qusyairiyyah dan
Awarif al-Awarif (as-Suhrawardi) tentang wali yang mendapatkan khabar ghaib
sangat banyak .
Ibnu Hajar al-Haitami juga menuturkan bahwa mengetahui ilmu ghaib adalah bagian
dari karamah. Mereka dapat memperoleh dengan cara di khithab-i (sabda) secara
langsung, di bukakannya hijab (kasyf) dan di bukakan kepadanya lauh mahfuzh sehingga dapat mengetahuinya .
(Fatawi
Haditsiyyah hlm. 222)
Adapun dalil dan bukti bahwa ilmu tersebut bisa diperoleh oleh hamba yang taat
dan bersih qolbunya serta istiqomah dalam laku suluknya adalah:
Ayat al-Qur'an surat an-Nisa' :113 tentang Nabi Muhammad S.A.W. yang menerima ilmu
yang berkaitan dengan hukum-hukum dan hal ghaib.
وَعَلَّمَكَ
مَالَمْ
تَكُنْ
تَعْلَمُ
"Dan (Allah) telah mengajari dirimu ilmu yang engkau tidak
mengetahuinya"
Ayat al-Qur'an surat Yusuf : 68 tentang Nabi Ya'qub yang menerima ilham dari
Allah:
وَإِنَّهُ
لَذُوْعِلْمٍ
لِمَاعَلَّمْناَهُ
"Sungguh Dia (Ya'qub) adalah orang yang mempunyai ilmu, karena Kami telah
mengajarinya"
Hadits riwayat Muslim dalam Shahih-nya:
عَنْ
النَّبِيِّ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
أَنَّهُ
كَانَ
يَقُولُ
قَدْ
كَانَ
يَكُونُ
فِي
الْأُمَمِ
قَبْلَكُمْ
مُحَدَّثُونَ
فَإِنْ
يَكُنْ
فِي
أُمَّتِي
مِنْهُمْ
أَحَدٌ
فَإِنَّ
عُمَرَ
بْنَ
الْخَطَّابِ
مِنْهُمْ
قَالَ
ابْنُ
وَهْبٍ
تَفْسِيرُ
مُحَدَّثُونَ
مُلْهَمُونَ
“ Dari Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau bersabda: ‘Di dalam umat-umat sebelum
kalian ada para muhaddatsun, maka jika ada satu dari umatku yang termasuk di
dalamnya, maka sesungguhnya ‘Umar bin Khaththab adalah salah satu dari mereka. Ibnu Wahb mengatakan: ‘Tafsir
Muhaddatsun adalah orang-orang yang diberi ilham.”
Hadits ini mengantarkan kepada satu pemahaman bahwa ilmu ilham bisa didapatkan
oleh selain Nabi Khidhir, seperti Sayyidina ‘Umar dan lain-lain.
Hadits Rasulallah S.A.W. riwayat at-Tirmidzi dari Muadz bin Jabal ra. bahwa Rasulallah S.A.W. bersabda: "Aku melihat Allah, azza wa jalla menempelkan telapak-Nya di
antara bahuku, kemudian aku merasakan dinginnya jari-jari-Nya di antara putingku dan kemudian tajalli-lah setiap sesuatu kepadaku dan aku
mengetahuinya sehingga aku dapat mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi dan apa yang terjadi antara tanah timur (masyriq) dan tanah barat (maghrib)" hadits ini di shahih-kan oleh
al-Bukhari, at-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan lain-lain.
Hadits Riwayat Ibnul Jauzi dalam Manaqib Umar tentang Sayyidina Umar yang
mengatahui tentaranya yang sedang berperang padahal beliau sedang berkhuthbah.
Hadits ini hasan sebagaimana di katakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar.
Riwayat tentang Sayyidana Abu Bakar ra. dengan izin ALlah SWT. yang pernah menebak kandungan istrinya
bahwa bayinya laki-laki. Dan itu ternyata benar adanya.
Hadits riwayat Abu Nu’iam al-Ashfahani dalam Hilyah al-Auliya’ dari Anas :
مَنْ
عَمِلَ
بِمَا
عَلِمَ
وَرَثَهُ
اللهُ
تَعَالَى
عِلْمَ
مَا
لَمْ
يَعْلَمْ
“ Siapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, maka Allah akan memberinya ilmu
yang dia tidak ketahui.” ( Ash-Shawi dalam Hasyiyah Tafsir al-Jalalain 1/182
menisbatkan ucapan tersebut kepada Imam Malik )
Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang hadits ini dan beliau menjawab,
"Sesuai apa yang dikatakan oleh Izzuddin bin Abdissalam bahwa sesungguhnya
orang yang mau mengamalkan apa yang dia ketahui baik wajib syar ’i, atau sunah atau menjauhi makruh dan haram, maka Allah akan
memberinya ilmu ilahi yang sebelumnya dia tidak mengetahuinya"
(Fatawi
Haditsiyyah hlm. 203-204, Darul Fikr. )
Ucapan Ali al-Kisa’i
قَالَ
الدَّمِيرِيُّ
: وَهَذِهِ
الْمَسْأَلَةُ
الَّتِي
سَأَلَ
عَنْهَا
أَبُو
يُوسُفَ
الْكِسَائِيُّ
لَمَّا
ادَّعَى
أَنَّ
مَنْ
تَبَحَّرَ
فِي
عِلْمٍ
اهْتَدَى
بِهِ
إلَى
سَائِرِ
الْعُلُومِ
،
فَقَالَ
لَهُ
: أَنْتَ
إمَامٌ
فِي
النَّحْوِ
وَالْأَدَبِ
فَهَلْ
تَهْتَدِي
إلَى
الْفِقْهِ
؟
فَقَالَ
: سَلْ
مَا
شِئْتَ
،
فَقَالَ
: لَوْ
سَجَدَ
سُجُودَ
السَّهْوِ
ثَلاَثًا
هَلْ
يَلْزَمُهُ
أَنْ
يَسْجُدَ
؟
قَالَ
: لاَ
؛
لِأَنَّ
الْمُصَغَّرَ
لاَ
يُصَغَّرُ
“Ad-Damiri berkata: ‘Masalah ini adalah masalah yang pernah ditanyakan oleh Abu
Yusuf (Hanafiyyah) kepada Ali al-Kisa’i ketika al-Kisa’i pernah mendakwahkan
bahwa siapa yang dalam satu ilmu luas layaknya
samudera maka dia akan bisa pada ilmu-ilmu yang lain. Abu Yusuf bertanya: ‘Anda
adalah imam dalam bidang nahwu dan sastra, apakah Anda bisa fiqh juga?
Al-Kisa’i menjawab: ‘Tanyalah yang Anda suka!’
Kemudian Abu Yusuf bertanya: ‘Andai ada orang yang sudah melakukan sujud sahwi
tiga kali, apakah dia wajib bersujud untuk kedua kali?’ Al-Kisa’i menjawab:
‘Tidak, karena sesuatu yang sudah diperkecil (tashghir)
tidak boleh diperkecil lagi.” ( Disebutkan dalam kitab-kitab Fiqh Syafi’iyyah
dalam bab sujud sahwi. )
Ucapan al-Kisa’i tersebut menunjukkan bahwa siapa yang dalam satu disiplin ilmu
agama luas bak samudera, maka dia akan mendapat ilmu laduni dengan bisa
menguasai ilmu-ilmu yang lain.
Kisah yang diceritakan oleh al-Habib Abdullah Alawi al-Haddad tentang seseorang
yang semula bodoh kemudian menjadi alim lewat ilmu wahb dan ilmu ilahi (ilmu
laduni) di bidang ushuluddin dan cabang-cabangnya.
Mereka adalah Sa ‘id bin ‘Isa al-Amudi, Ahmad ash-Shayyad, Ali al-Ahdal dan
Abul Ghaits.
Dengan keterangan-keterangan ini pernyataan dan syubhat-syubhat mereka yang
tidak pernah di dukung dalil sudah terbantahkan.
Lebih lengkap tentang dalil-dalil ilmu laduni yang dapat di peroleh selain Nabi
Khidhir, lihat Fatawi Haditsiyyah halaman 222 dan Majmu' Fatawi wa Rasail
halaman 202 pembahasan tentang ilham.
والله
أعلم
بالصواب
Sumber: as-salafiyyah.com
Posting Komentar
Posting Komentar