Tulisan di bawah ini adalah
rekaman ceramah KH. Said Aqiel Siradj pada acara peringatan 10 Muharam di
keraton kasepuhan Cirebon, 07/01/2009, yang dibayang-bayangi tindak intoleransi
dan diskriminasi dari kelompok keagamaan garis keras. Rekaman ini ditranskrip,
dituliskan dan diedit oleh Ali Mursyid
ISLAM BUKAN HANYA AQIDAH DAN SYARIAH
TETAPI PERADABAN DAN ILMU PENGETAHUAN*
Alhamdulillah wa shalatu wa salamu ‘ala maulana wa syafiina wa habibina
rasulillah, Muhammad saw. Wa man tabai’a sunnatahu wa jama’ana ila yaumina
hadza, ila yaumil ba’tsi wa kafa.
Ashabal Fadhilah Sadatana Ahlal Baitil Mushtafa, Habibabana wa hamzakumullah,
Wa ‘ala ru’usihim Assayiid Hasan Alai al-Idrus. Hadratsus Syaikh KH. Mahfudzh,
KH. Hassan Kriyani, Rekan-Rekan Pengurus NU, Wawan Arwani, rekan-rekan pengurus
PMII, pimpinan Forum Umat Islam se wilayah III, Bapak Syaihu, Sadati wa
Sayidati ahlil kubur
Alhamdulillah pada malam hari ini, saya juga merasa berbahagia bisa menghadiri
acara yang sangat mulia dzikra syahadati sebeti rasulillah saw, sayidina wa
imamina Abi Abdillah al-Hussein as. Mudah-mudahan kita semua medapatkan
berkahnya, syafaatnya, sehingga kita menjadi umat yang selamat bahagia dunia
akhirat amin ya rabbal amin.
Soal ada halangan, tempatnya pindah, saya harap kepada seluruh panitia, jangan
marah. Maafkan mereka yang memindahkan tempat acara ini. Maafkan yah, jangan
marah, jangan dendam. Allahummahdihim fainnahum la ya’lamun. Alhamdulillahi
al-ladzi ja’ala a’da’na umaqa.
Hadirin yang saya hormati, setelah al-khalifah al-rasyid yang keempat, al-Imam
Sayyidina Ali bin Abi Thalib dibantai, dibunuh pagi Jum’at 17 Ramadhan th. 40
H. oleh seorang yang bernama Abdurrahman ibn Muljam. Pembunuh Sayyidina Ali ini
orangnya qiyamul lail wa shiyamun nahar, hafidhul Qur’an. Orangnya tiap malam
tahajud, sampai jidatnya hitam, tiap siang puasa, dan hafal al-Qur’an. Mengapa
dia membunuh Sayyidina Ali? Karena menurutnya Sayyidina Ali itu kafir? Apa
Kafir? Keluar dari Islam. Kenapa Ali kafir? Karena menurutnya, Ali menerima
hasil rapat manusia. Hukum atau keputusan rapat manusia. Padahal, la hukma
ilallah (tidak ada hukum selain hukum Allah), wa man lam yahkum bima anzalallah
faulaika humul kafirun (maka barang siapa menggunakan selain hukum Allah, maka
kafir). Ali tidak menggunakan hukum Allah, tetapi menggunakan hukum hasil
kesepakatan rapat di Dummatul Jandal. Kalau kafir, maka harus dibunuh. Eh anak
kemarin sore, mentang-mentang jidatnya hitam dan jenggotnya panjang,
mengkafirkan man aslama min al-shibyan, shihru rasulillah, fatihu khaibar, min
al-sabiqin al-mubasyirun bi al-jannah, bab al-ilm.
Anak kemarin sore berani mengkafirkan remaja yang pertama kali masuk Islam,
yang pertama kali shalat jamaah di masjidil haram. Waktu itu ditertawakan oleh
Abu Jahal dan teman-temannya. Waktu itu yang pertama kali shalat jama’ah di
masjidil haram tiga orang. Saat itu imamnya Rasulillah, makmumnya sayyidah
khadijah al-kubra dan Sayyidina Ali. Tiga orang itulah yang pertama kali shalat
terang-terangan di dunia ini. Dikafirkan oleh anak kemarin sore, maklum pernah
ikut pesantren kilat dua minggu.
Ali adalah shihru rasulillah, menantu rasul. Ia juga dijuluki bab al-ilmu,
sahabat yang intelek dan cerdas. Ali juga adalah min al-sabiqin al-awwalin
al-mubasyirun bi al-jannah, salah satu orang yang sudah dikasih tahu pasti
masuk surga. Di samping sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, Thaha, Zubair,
Abdullah bin Auf, Abu Ubaidah, Amr bin Jarrah, sampai orang sepuluh yang
dikasih tahu pasti masuk surga.
Sayyidina Ali juga dipercaya sebagai Fatihu Khaibar, yang memimpin perang
mengalahkan benteng terakhirnya Yahudi di Khaibar. Dan Imam Ali juga selalu
hadir dan ikut bersama rasul dalam peperangan perjuangan jihad fi sabililillah.
Yang begini dikafirkan oleh anak kemarin sore, bernama Abdurrahman ibn Muljam.
Ini, penyakit seperti ini sudah mulai masuk ke Cirebon. ”Alah baca al-Qur’an
juga plentang-plentong. Ngerti nggak itu asbab al-nuzul? Ngerti nggak itu
tafsir? Negerti nggak itu mushtalah hadits? Shahih, hasan dan dha’if? Ngerti
nggak itu qira’ah sab’ah? Apalagi qira’ah sab’ah, qira’ah yang biasa aja nggak
bener kok! Ngerti nggak ushul fiqh? Ngerti nggak itu ilmu kalam? Tarikhu Tamaddun?
Tarikhu Hadharah wa Tsaqafah? Ngerti nggak itu? Tahu-tahu mudah sekali
mengkafirkan dan menyalah-nyalahkan orang. Alah, Allahummahdi qaumi fainnahum
la ya’lamun, Alhamdulillah al-ladzi ja’ala a’da’na umaqa, juhala. Alah. ”
Setelah Sayyidina Ali terbunuh di Kuffah, maka gubernur Syam, Muawiyah ibn Abi
Sufyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abdi Syams ibn Hasyim merasa plong, tidak ada
saingan. Tidak ada yang diperhitungkan lagi. Maka ia mendeklarasikan diri
sebagai penguasa tunggal. Lalu setelah itu buru-buru ia mengangkat anaknya yang
bernama Yazid, diangkat menjadi putra mahkota, yang akan mewariskan tahta,
artinya kalau ia mati, langsung digantikan anaknya, yang bernama Yazid. Yazid
sendiri adalah anak seorang ibu yang bernama Maesun, orang Badui pedalaman,
yang tidak suka tinggal di istana, dan suka hidup di padang pasir dan suka
tidur di kemah. Yazid sendiri tidak pernah belajar ngaji dan belajar agama, ia
hanya belajar berburu, naik kuda, memanah dan memainkan senjata.
Setelah Muawiyah meninggal, Yazid langsung menjadi penggantinya, penguasa umat
Islam. Waktu itu diutus beberapa utusan berangkat dari Damaskus ke seluruh
provinsi untuk mengambil sumpah setia dari tokoh-tokoh yang ada kepada Yazid.
Utusan-utasan itu berangkat ke Mesir, ke Basrah, ke Kuffah dan juga diantaranya
ke Madinah. Sampai di Madinah, para sahabat besar, seperti Abdullah ibn Umar
dan lain-lainnya mau berbai’at karena dipaksa dan dibawah intimidasi. Meski
yang lain bai’at, Imamuna Sayidina Husein meminta waktu untuk berfikir. ”Nanti
saya fikir dulu malam ini”, katanya.
Lalu Sayyidina Husein pulang ke rumah. Di dalam kegelapan malam, beliau beserta
seluruh keluarganya meninggalkan Madinah al-Munawarah berjalan kaki menuju
Makkah al-Mukarramah. Masuk kota Makkah, ketika orang datang haji, orang-orang
datang ke Minna, beliau beserta keluarganya keluar dari Makkah. Beliau saat itu
sudah sering haji.
Ketika Sayyidina Husein keluar dari Makkah, di tengah jalan ia dinasihati oleh
seorang penasihat, bahwa kalau mau melakukan perjuangan jangan pergi ke Kuffah.
Karena orang Irak mudah berhianat. Sebaiknya kamu ke Yaman, karena orang Yaman
jujur dan mudah tidak hianat.
Ditengah jalan lagi, Sayyidina Husein berjumpa seorang penyair bernama
Farazdaq. Farazdaq bertanya mau kemana wahai yang mulia? Beliau menjawab, saya
mau ke Kuffah, saya menerima lebih dari seratus surat, agar saya hijrah dan
membangun peradaban di sana. Farazdaq berkata; ”Jangan percaya orang Kuffah,
mulutnya bersama kita tetapi hatinya beserta Muawiyah”. Sayyidina Husein menjawab,
saya akan tetap menuju Kuffah. Farrazdaq berkata lagi: ”Kalau begitu, perempuan
dan anak-anak jangan kamu bawa”. Tetapi mereka tetap diajak bersama. Rupanya
Allah sudah menentukan mati syahidnya Husein, sehingga Sayidina Husein tidak
menerima masukan orang lain. Akhirnya beliau tetap berjalan bersama keluarga
dan pengikutnya. Ada bukunya berjudul Ashabu Husein, sedikit sekali, yang
bersenjata hanya berjumlah 54 orang.
Setelah Sayyidina Husein meninggalkan Farrazdaq, lalu ada orang yang bertanya.
”Wahai Farrazdaq, tadi kamu berbicara sama siapa, kok kelihatanya asyik
banget”, tanya orang tersebut. Farrazdaqpun menjawab dengan lantunan bait-bait
syair, yang artinya:
Tadi yang saya ajak ngomong itu, kamu ndak tahu? Kamu ndak tahu?
Dia sudah dikenal seluruh umat manusia
Baik penduduk tanah halal dan tanah haram
Ka’bah pun sudah kenal dia
Siapa dia itu?
Dia adalah anak orang yang paling mulia (Sayyidina Ali)
Dia adalah orang yang bertakwa, bersih dan suci
Kalau kamu ndak tahu? Dia putra Fatimah
Ketika orang Quraish melihatnya
Orang Quraish akan mengatakan, bahwa orang inilah
ujung orang yang mendapat kemuliaan
Dengan kakeknyalah para Rasul dan Nabi di akhiri
Karena kakeknya Nabi yang terakhir
Sayidina Husein beserta rombongan terus melanjutkan perjalanan. Dan sesampainya
di padang Karbala dihadanglah oleh 400 pasukan penunggang kuda yang diperintah
oleh Abdullah ibn Ziyad, yang dipimpin Umar ibn Sa’ad ibn Abd al-Waqas.
Terjadi peperangan yang tidak seimbang, termasuk hampir tentara Husein yang
hanya berjumlah 54 orang. Semua yang ikut Sayidina Husein mati syahid, kecuali
Imam Ali Zainal Abidin, tidak meninggal karena tidak keluar kemah karena sedang
sakit demam. Dan juga istri Sayidina Husein, Fatimah, adiknya juga Sayidah
Zainab dan kakaknya lagi. Kira-kira ada 4 orang yang selamat.
Sebenarnya mudah sekali untuk membunuh dan membantai Sayidina Husein, gampang.
Tetapi tiap orang yang mendekat dan hendak membunuh beliau, maka akan berusaha
menjauh, dan mengatakan kalau bisa jangan saya yang membunuh, tetapi yang lain
saja. Kalau datang waktu adzan, waktu shalat, semuanya berhenti, lalu tidak ada
yang berani menjadi Imam Shalat. Semua sepakat Sayidina Husein yang mengimami
shalat. Jadi yang memusuhi juga makmum ke Sayidina Husein. Habis shalat lalu
bertempur lagi.
Sampai akhirnya seorang yang menjadi jausyan (tentara, algojo), dengan berani
menarik Sayidina Husein dari kudanya. Begitu jatuh, dinaikkin, diinjak, ditebas
lehernya, dipisahkan kepala dan badannya. Badanya diinjak-injak oleh kuda
sampai rata dan menyatu dengan tanah Karbala. Tinggallah kepalanya. Kepalanya
ditancapkan di tombak, dibawa ke Kuffah, diarak keliling kota Kuffah, bersama 4
keluarganya tadi. Dari Kuffah lalu dibawa ke Syiria, Damaskus. Di kereta itu
isinya, istrinya, adiknya, anaknya, dan saudaranya. Luar biasa sekali (kejamnya
red.).
Sampai di Damaskus, kepala itu dipasang di depan istana Yazid. Dan setiap orang
yang lewat diperintahkan oleh tentara untuk memaki-maki dan
menjelek-jelekannya. Setelah kepala itu cukup lama terpajang di depan istana
Yazid, Sayidah Zaynab memberanikan diri agar dizinkan membawa kepala itu pulang
ke Madinah. Yazid mengizinkan. Tetapi di tengah jalan dicegat oleh tentara
Yazid agar kepala tersebut tidak sampai ke Madinah. Karena takut dapat
membangkitkan dan membakar emosi penduduk Madinah. Makanya kemudian kepala
tersebut dibelokkan ke Mesir. Makanya makam Sayidina Husein ada di Kairo di
Mesir. Ali Zainal Abidin, putra beliau, dipulangkan ke Madinah.
Saudara-saudara dan para hadirin sekalian, kenapa saya cerita demikian? Ini
karena ideologi apa pun, agama apa pun, keyakinan apa pun tidak bisa besar
tanpa ada pengorbanan, tanpa ada syahadah (kesyahidan). Ini terlepas dari agama
apa saja. Kristen bisa maju karena banyak pengirbanan. Budha dan Hindu masih
tetap ada karena banyak pengorbanan. Demikian juga Islam, berkembang sampai
sekarang karena pengorbanan syuhada, banyak nyawa yang mengalir, demi
mempertahankan agama Islam.
Pertama kali yang syahid dalam agama Islam adalah perempuan, namanya Sumayah.
Istrinya Yasir, ibunya Amar bin Yasir, yang dibunuh oleh Abu Jahal. Lalu
seminggu kemudian, suaminya dibunuh, Yasir. Seminggu kemudian, Amar akan
dibunuh. Tetapi selamat, karena dalam keadaan terpaksa ia pura-pura murtad.
Begitu pura-pura murtad, langsung menghadap Rasulullah saw, dan menyatakan
bahwa dalam keadaan terpaksa, diancam dibunuh, ia pura-pura murtad, pura-pura
mecaci maki Rasul. Rasul menanyakan, bagaimana isi hati Amar? Amar menjawab,
hatinya tetap beriman. Rasul pun memaafkannya, karena memang dalam keadaan
terpaksa. Jadi yang pertama syahid dalam Islam itu perempuan. Kalau laki-laki
itu biasanya omongnya saja yang besar. Kalau perempuan itu buktinya ada.
Selanjutnya banyak lagi darah pengorbanan para syuhada tercurah demi
mempertahankan Islam. Syuhada Badar, syuhada Uhud. Sayidina Hamzah ibn Abbas,
Sayidina Hmzah ibn Abdi Muthalib, Mus’ab ibn Umay, Sayidina Khalid ibn Walid,
dan yang lainnya. Darah syuhada mengalir demi melanggengkan ajaran Islam.
Syahadah Sayidina Husein tudak akan percuma, tidak sia-sia. Islam bisa sampai
di Indonesia itu antara lain, disebabkan oleh syahadah Sayidina Husein. Bagitu
Sayidina Husein, sebagai ahlu bait yang dibenci penguasa. Sayidina Husein
memiliki putra, Ali Zainal Abidin. Zainal Abidin punya putra Muhammad al-Baqir.
Muhammad al-Baqir punya putra Ja’far al-Shadiq. Ja’far al-Shadiq punya putra
Musa al-Kadzim, Ismail. Musa al-Kadzim punya putra Ali al-Uraifi, yang
kuburannya sekarang kuburannya di Madinah digusur dan dijadikan jalan tol. Imam
al-’Uraifi punya putra namanya, ’Isha. ’Isha punya putra Ahmad. Ahmad hijrah
dari Madinah ke Yaman. Dari Yamanlah Ahmad al-Muhajir punya keturunan sampai ke
Kamboja, sampai ke Cirebon, Gresik. Para wali songo di pulau Jawa ini adalah
kuturunan dari al-’Uraifi. Seandainya ahlu bait itu hidupnya enak, tidak
dikejar-kejar mungkin Islam akan lambat datang ke Indonesia.
Syahadah Sayidina Husein tidak sia-sia. Dengan syahadah Sayidina Husein
mempercepat Islam tersebar ke Timur. Pada malam hari ini kita mengenang
kembali, menghormati pengorbanan cucu Rasul saw. Kita ini bukan saudaranya,
bukan cucunya, bukan besannya, tetapi menghormati saja kok males banget. Malah
ada yang tidak percaya, ”haul itu apa?”, ”kirim doa itu apa?” ”ndak akan
nyampe”, katanya. Coba kalau kita balik doanya, doakan bahwa: ”mudah-mudahan
Bapak sampean masuk neraka”. Nah kalau didoakan seperti ini maka orang itu
marah juga. Berarti percaya bahwa doa itu sampai dong.
Islam yang datang ke Jawa ini adalah Islam ahli sunnah wal jama’ah, Islam yang
selalu menjunjung tinggi tawasuth, berfikir moderat. Tidak ekstrem. Islam yang
dibawah para habaib, sayyid, dan saddah, yang berdakwah dengan cara-cara damai.
Dulu tidak ada para habaib yang galak. Mereka berdakwah dengan cara dan
sarana-sarana kebudayaan yang ramah. Para wali dan Sunan itu kan para habaib,
tidak ada yang galak. Tidak tahu kalau sekarang, dan akhir-akhir ini, apa ada
habib yang galak. Yang jelas dulu tidak ada para habaib kalau berdakwah pakai
cara-cara mengobrak-abrik rumah orang. Saya tidak tahu, kalau sekarang, mungkin
ada habib yang berdakwah secara keras?
Dakwah para dakwah habib itu dengan cara-cara ramah, dan memasukkan bahasa dan
budaya ke sini. Banyak kata dalam bahasa Arab masuk ke bahasa Indonesia. Dulu
para ulama memoles sedemikian rupa, melalui cara-cara budaya, bahasa, yang
damai. Tidak ada paksaan dalam agama. Dan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam
Ada seorang namanya al-Hasyim dari Bani Salim al-Khazraj. Ia musyrik, punya dua
anak beragama Kristen. Sewaktu Nabi masuk Madinah, ia masuk Islam. Ia pun
memaksa dua anaknya agar masuk Islam. Lalu turunlah ayat al-Qur’an yang
berbunyi: ”La ikraha fi al-din” (tidak ada paksaan dalam agama). Jadi asbab
al-nuzul turunya ayat La ikraha fi al-din adalah karena kondisi berikut.
Oleh karena itu, mari kita yang ahli sunnah, dan para ahlu bait, dan para
pecinta keluarga Nabi, kita tunjukkan bahwa kita berakhlak. Kita jauhi segala
tindak kekerasan, kita jauhi cara-cara dakwah syiddah dan ikrah.
Rasulullah ketika Fathu Makkah, begitu masuk Makkah, lalu menyebarkan jargon
bahwa hari ini adalah bukan hari pembalasan tetapi hari kembali membangun kasih
sayang (yaumul marhamah). Dengan demikian sekonyong-konyong para musuh Quraisy
Makkah datang ke Muhammad saw. Maka kemudian turunlah ayat yang menyeru agar
Nabi pun memaafkan mereka dan meminta ampun mereka kepada Allah
Islam bukan hanya agama aqidah dan syariah. Tetapi Islam juga adalah agama
Tamadun dan Tsaqafah, Islam adalah agama peradaban dan pengetahuan. Globalisasi
yang di bawah islam dari timur ke Barat, adalah kemajuan peradaban dan kemajuan
ilmu pengetahuan. Bukan globalisasi fitnah dan fawahisy, yang seperti kita
laksanakan sekarang ini
Oleh karen aitu, agama tidak akan maju, bila tidak dibarengi dengan peradaban.
Agama tidak akan maju bila tidak dibarengi dan diwarnai dengan budaya. Karena
agama itu suci dari langit, akan langgeng bila disosialisasikan, bila dibumikan
secara manusiawi, dan bukan melulu didoktrinkan. Aqidah, Iman dan Shalat serta
Puasa memang dari ajaran langit. Tetapi tidak akan langgeng bila tidak
dibarengi dengan budaya. Kita harus mempertahankan nilai ketuhanan dengan
aktifitas manusia di bumi. Menjadikan peradaban sebuah doktrin.
Dulu kan ada tradisi sesajen, para ulama dan kyai tidak langsung menyatakannya
sebagai syirik. Tetapi menyatakanya bahwa kalau kamu punya uang yah sedekahnya
atau sesajennya jangan cuma di empat pojok. Tetapi ayo menyembelih kambing
saja. Setelah kambing disembelih, lalu orang deramwan itu tanya mau taruh
dipojok mana daging kambing itu? Maka kyai akan menjawab jangan ditaruh tetapi
mari undang para tetangga untuk makan-makan dan doa serta tahlil bersama. Nah
dakwah semacam ini kan ramah. Tidak langsung mengatakan ini itu syirik dan
bid’ah, nanti umat lari.
Jangan sekali-kali menuding ini itu syirik atau bid’ah. Mengerti tidak apa itu
bid’ah itu?. Apa yang tidak dilakukan dan diajarkan Nabi itu bid’ah Kalau tidak
ngerti, diantara contoh bid’ah adalah tulisan Arab yang ada titiknya itu
bid’ah. Nah titik itu ditemukan oleh Abu Aswad al-Dualy pada th. 65 H. Sudah
ada titiknya juga masih banyak yang belum bisa baca al-Qur’an, maka, Imam
Khalil ibn Ahmad al-Farahidi, gurunya Imam Syibawaih, bikin syakal (harakah),
fathah, kasrah dan dhammah.
Sudah ada titik dan syakal, nyatanya masih banyak orang yang tidak bisa baca
al-Qur’an, maka Imam Abu Ubay Qasim ibn Salam w. 242 H menyusun ilmu Tajwid,
agar benar dalam membaca al-Qur’an. Mau bener baca al-Qur’an pakai ilmu Tajwid.
Ilmu Tajwid itu bid’ah, karena memang semua ilmu pengetahuan itu bid’ah. Karena
memang Rasul tidak mengajarkannya.
Contoh lagi, ada seorang gubernur dari Asia Tengah, Amir al-Mahdi kirim surat
pada Muhammad ibn Idris ibn Syafi’i (Imam Syafi’i). Surat itu isinya tanya,
saya kalau baca al-Qur’an dan Hadits, itu isinya nampak bertentangan? Lalu
untuk menjawab ini Imam Syafi’i menyusun kitab Ar-Risalah, yang berisi
kaidah-kaidah Ushul Fiqh. Serta ada Ushul Fiqh baru kemudian ada Ilmu Fiqh.
Lalu kemudian ada penjelasan dalam Ilmu Fiqh mengenai rukun shalat. Kalau mau
shalatnya benar yah mengikuti Ilmu Fiqh, yang susunannya ulama.Kalau Cuma lihat
al-Qur’an dan Hadits tidak akan ketemu
Contoh satu lagi, biar jelas saja. Contohnya ada orang pergi haji, masuk hotel
ambil kamar yang bagus. Begitu tanggal 8 mau ke Arafah, ia mau cari tahu berapa
jarak hotel ke Arafah, ke mana arahnya, naiknya apa? Dia lalu buka al-Qur’an
dan Hadits, yah tidak akan ketemu. Nah sebaiknya bagaimana, yah ikut saja
rombongan yang ke Arafah. Nah ikut saja itu kan bahasa Indonesia, bahasa
Arabnya yah taqlid saja.
Jadi kita tidak bisa melaksanakan ibadah dengan baik tanpa ilmu Fiqh, yang
bukan bikinan Rasul, bukan sahabat Abu Bakar, Utsman dan Ali. Sahabat Husein
juga tidak bikin Ilmu Fiqh. Nah bila ada orang shalatnya bagus sekali, lalu
kita tanya, Bapak kan shalatnya bagus sekali, dari mana belajarnya Pak? Lalu
bila ia jawab, ia belajar dari al-Qur’an dan Hadits, itu bohong. Kalau mau
jujur, ia sebenarnya belajar dari ayah atau gurunya, yang mentok-mentoknya
merujuk pada kitab Safinah. Atau kalau Safinah terlalu besar, yah mentok
merujuk pada Fashalatan, atau minimal buku Petunjuk Shalat Lengkap.
Yang namanya ibadah itu harus dengan ilmu. Sedangkan ilmu itu bukan karangan
Rasul dan para sahabatnya. Ilmu Mushtalah Hadits itu disusun oleh Imam
Syihabuddin Arrahumuruzi atas perintah Umar ibn Abd al-Aziz, setelah mengingat
banyakanya hadits dha’if dan palsu. Jadi Islam itu agama peradaban, akhlak dan
pengetahuan. Bukan hanya doktrin yang sering ditampilkan sangar itu.
Karena itu mari mulai malam hari ini, tingkatkan ahlak kita, tingkatkan ilmu
pengetahuan kita. Pahamilah Islan dengan baik dan benar. Kalau mau memahami
al-Qur’an tidak bisa langsung, polosan. Harus mengerti asbab al-nuzul, ilmu
tafsir, ilmu qira’ah, ilmu bahasa Arab, nahwu sharafnya. Kalau ingin memahami
ilmu hadits maka harus memahami ilmu mushtalah al-hadits.
Pada kesempatan ini, mari kita rayakan jasa para habaib dalam menyebarkan agama
Islam. Seandainya tidak ada habaib dan ahlu bait, mungkin kita akan jauh bisa
meneladani akhlak Rasul saw. Imam Syafii pernah menyatakan, bahwa kalau ada
orang yang mencintai Ahlu Bait, lalu dianggap Syiah, maka OK tidak apa-apa,
silahkan saya dianggap Syiah.
Sesungguhnya, tragedi pembantaian di Karbala yang demikian bukan hanya
tragedinya Syiah, tetapi tragedi kemanusiaan. Seharusnya ini bukan hanya milik
Syiah tetapi yang lain juga. Wallahu Muwafiq Ila Aqwam al-Thariq,
Wassalamu’alaikum wr. wb.
sumber: kangalimursyid.blogspot.com
Posting Komentar
Posting Komentar