Al-Ghazali-
Perlu Anda ketahui, manakala
dalam diri Anda dikehendaki rindu bertemu Allah, dan berhasrat untuk mengetahui
keagunganNya; suatu kerinduan dan kecintaan yang lebih dibandingkan dengan
hasrat seksual dan makan, maka Anda akan mendapatkan pengaruh surga
kema’rifatan dan taman-tamannya. Lebih dari surga yang dijanjikan dengan
hasrat-hasrat empiris.
Hasrat kema’rifatan seperti itu
tercipta bagi orang-orang arif, dan bukan bagi Anda yang senantiasa berpikir
pada hasrat fisik. Misalnya, Anda tercipta untuk berhasrat pada kedudukan atau
pangkat. Namun hasrat seperti ini tidak ada dalam benak anak-anak kecil.
Anak-anak hanya punya hasrat bermain belaka. Anda pun heran, terhadap pola
pikir anak-anak kecil itu yang begitu asyik dengan permainan-permainannya. Yang
sama sekali tiada pernah berhasrat pada kedudukan sebagaimana yang ada dalam
benak Anda. Orang-orang arif pun heran terhadap diri Anda, karena keasyikan
Anda pada hasrat kedudukan dan pangkat, sementara dunia dengan
keanekaragamannya bagi orang-orang arif hanyalah permainan dan senda-gurau
belaka.
Hasrat yang demikian memang
diciptakan bagi orang-orang arif (kepada Allah) dengan orientasi puncak
kenikmatannya pada ma’rifat itu sendiri menurut ukuran hasratnya. Hasrat
tersebut juga tidak akan bertemu dengan hasrat empirik. Hasrat ma’rifat itu
sendiri tidak pernah sirna dan membosankan. Bahkan semakin bertambah dan
berlipat ganda, manakaIa kerinduan dan ma’rifat itu sendiri bertambah. Berbeda
dengan sejumlah hasrat syahwat (seksual) yang biasanya muncul setelah anak
menjadi dewasa. Kalaupun ada anak remaja yang tidak memiliki hasrat seksual,
bisa jadi karena mereka masih di bawah umur atau mengalami impotensi.
Sementara orang-orang arif
ketika diberi karunia hasrat ma‘rifat dan puncak kenikmatan memandang Keagungan
Allah Swt. Maka, mereka senantiasa memandang keindahan hadirah (hadirat)
Ketuhanan di surga yang seluas langit dan bumi. Bahkan lebih luas lagi. Yakni
surga yang tinggi yang buah-buahnya begitu dekat dan senda-gurau kesenangannya
adalah sifat-sifat dzat mereka, tidak pernah putus dan terhalangi. Karena
memang tidak ada kesempitan sama sekali dalam dada orang-orang ma’rifat itu.
Sumber: sufinews.com
Posting Komentar
Posting Komentar