Menu

TQN PP.Suryalaya

 

(dari Status Wahyu Pratama)

Tiga Prinsip Penting Dalam Zikir Khafi
Hadhrat Shah Bahauddin Naqshband qs. adalah Imam untuk Tariqat Naqshbandiyah dan seorang Mahaguru Tariqat yang terkemuka. Ia telah memperkuat jalan ini dengan tiga prinsip penting dalam Zikir Khafi sebagai tambahan pada delapan prinsip dasar yang telah dikemukakan oleh Hadhrat Khwajah Khwajahgan Syeikh ‘Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah’ alaih yaitu:

1. Wuquf QALBI
Mengarahkan konsentrasi terhadap hati dan hati pula mengarahkan konsentrasi terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala di setiap waktu dan kondisi. Apakah dalam keadaan berdiri, berbaring, berjalan maupun duduk. Harus bertawajjuh kepada hati dan hati pula tetap bertawajjuh ke Hadhrat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wukuf Qalbi merupakan Persyaratan untuk zikir.Peringkat Qalbi ini adalah pada posisi dua jari di bawah tetek kiri dan posisi ini harus selalu diberikan konsentrasi dan Tawajjuh.Bayangan limpahan Nur dari Allah harus selalu terlihat melimpah pada Qalbi dalam pandangan batin.Ini merupakan suatu metode Zikir Khafi yakni suatu bentuk zikir yang tersembunyi dan tidak diketahui oleh Para Malaikat. Ia merupakan suatu metode zikir yang rahasia.

2. Wuquf ’Adadi
Selalu memperhatikan jumlah ganjil ketika melakukan zikir Nafi Itsbat. Zikir Nafi Itsbat adalah lafaz La ilaha illa Allah dan dilakukan di dalam hati menurut kaifiyatnya. Dalam melakukan dzikir Nafi Itsbat ini, Salik harus selalu mengawasi jumlah zikir Nafi Itsbatnya itu dengan memastikannya dalam jumlah bilangan yang ganjil yaitu 7 atau 9 atau 19 atau 21 atau 23 atau bilangan yang ganjil.Menurut para Masyaikh, bilangan ganjil memiliki rahasia yang tertentu karena Allah adalah Ganjil dan menyukai bilangan yang ganjil dan ia akan menghasilkan ilmu tentang Rahasia Allah Ta’ala.Menurut Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih, “Memelihara bilangan di dalam dzikir adalah langkah pertama dalam memproduksi Ilmu Laduni.”Memelihara jumlah bukanlah untuk jumlahnya semata-mata bahkan ia untuk memelihara hati dari ingatan selain Allah dan sebagai asbab untuk memberikan lebih konsentrasi dalam usahanya untuk menyempurnakan dzikir yang telah diberikan oleh Guru Mursyidnya.

3. Wuquf ZAMANI
Setiap kali setelah menunaikan Shalat, harus bertawajjuh kepada hati dan selalu memastikan hati dalam kondisi bertawajjuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lakukan selama beberapa menit sebelum bangkit dari tempat Shalat. Kemudian setelah selang beberapa jam harus memeriksa kembali kondisi hati untuk memastikannya selalu dalam kondisi mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bila seseorang Murid itu telah naik ke tingkat menengah dalam bidang Keruhanian maka dia harus selalu memeriksa kondisi hatinya sekali pada tiap-tiap satu jam untuk mengetahui apakah dia ingat atau lalai kepada Allah dalam masa-masa tersebut. Jika dia lalai maka harus dia beristighfar dan bertekad untuk menghapus kelalaian itu pada masa akan datang sampai dia mencapai tingkat Dawam Hudhur atau Dawam Agahi yaitu tingkat hati yang selalu hadir dan sadar ke Hadhrat Zat-Nya.Ketiga prinsip ini adalah tambahan dari Hadhrat Shah Bahauddin Naqshband Rahmatullah ‘alaih dalam membimbing sekelian para murid dan pengikutnya dan terus menjadi praktek yang tetap dalam Tariqat Naqshbandiyah.

Sendirian Dalam Keramaian
Maksudnya pada zahir, Salik bergaul dengan manusia dan pada batinnya dia kekal bersama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.Ada dua jenis khalwat yaitu Khalwat eksternal atau disebut sebagai Khalwat Saghir yakni khalwat kecil dan Khalwat Internal atau disebut sebagai Khalwat Kabir yang berarti khalwat besar atau disebut sebagai Jalwat. Khalwat eksternal mengharuskan Salik agar mengasingkan dirinya di tempat yang sunyi dan jauh dari kesibukan manusia. Sendirian Salik berfokus kepada zikirullah dan Muraqabah untuk mencapai kesaksian Kebesaran dan Keagungan Kerajaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bila sudah mencapai fana melalui zikir pikir dan semua indera eksternal difanakan, pada waktu itu indera internal bebas menenjelajahi ke Alam Kebesaran dan Keagungan Kerajaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.Ini berikutnya akan membawa ke Khalwat Internal.Khalwat Internal berarti berkhalwat dalam kesibukan manusia. Hati Salik harus selalu hadir ke Hadhrat Allah dan hilang dari makhluk sedang jasmaninya sedang hadir bersama mereka. Dikatakan bahwa seseorang Salik yang Haq senantiasa sibuk dengan dzikir khafi di dalam hatinya sehingga jika dia masuk ke dalam keramaian manusia, dia tidak mendengar suara mereka. Karena itu ia dinamakan Khalwat Kabir dan Jalwat yakni berzikir dalam kesibukan manusia. Kondisi berzikir itu mengatasi dirinya dan penzahiran Hadhrat Suci Tuhan sedang menariknya membuatnya tidak menghiraukan segala sesuatu yang lain kecuali Tuhannya. Ini merupakan tingkat khalwat yang tertinggi dan dianggap sebagai khalwat yang sebenarnya seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran Surah An-Nur ayat 37:Para pria yang tidak dilalaikan oleh bisnis dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah, dan dari mendirikan shalat, dan dari membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang hati dan penglihatan menjadi goncang.“Rijalun La Tulhihim Tijaratun Wala Bay’un ‘An Zikrillah,” berarti para pria yang tidak dilalaikan oleh bisnis dan jual beli dari mengingat Allah. Inilah merupakan jalan Tariqat Naqshbandiyah.Hadhrat Khwajah Shah Bahauddin Naqshband Qaddasallahu Sirrahu telah ditanyakan orang bahwa apa yang menjadi dasar untuk Tariqatnya?Beliau menjawab, “Berdasarkan Khalwat Dar Anjuman, yakni zahir berada bersama Khalaq dan batin hidup bersama Haq serta menempuh kehidupan dengan menganggap bahwa Khalaq memiliki hubungan dengan Tuhan. Sebagai Salik dia tidak bisa berhenti dari menuju ke maksudnya yang hakiki. ”Sebagaimana mafhum sabdaan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Padaku ada dua sisi. Satu sisiku menghadap ke arah Penciptaku dan satu sisi lagi menghadap ke arah makhluk ciptaan. ”Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata, “Tariqatuna As-Suhbah Wal Khayru Fil jam’iyyat.” Yang berarti, “Jalan Tariqah kami adalah dengan cara bersahabat dan kebaikan itu dalam jemaah Jam’iyat.”Khalwat yang utama di sisi Para Masyaikh Naqshbandiyah adalah Khalwat Dalaman karena mereka selalu berada bersama Tuhan mereka dan pada waktu yang sama mereka berada bersama dengan manusia. Adalah dikatakan bahwa seseorang beriman yang dapat bercampur gaul dengan manusia dan menanggung berbagai masaalah dalam kehidupan adalah lebih baik dari orang beriman yang menghindarkan dirinya dari manusia.Hadhrat Imam Rabbani Rahmatullah ‘alaih telah berkata, “Perlulah diketahui bahwa Salik pada awal jalannya mungkin menggunakan khalwat eksternal untuk memisahkan dirinya dari manusia, beribadah dan bertawajjuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga dia mencapai tingkat derajat yang lebih tinggi. Pada waktu itu dia akan disarankan oleh Syeikhnya seperti kata-kata Sayyid Al-Kharraz Rahmatullah ‘alaih yaitu kesempurnaan bukanlah dalam memamerkan karamah yang hebat-hebat tetapi kesempurnaan yang sebenarnya adalah untuk duduk bersama manusia, berjual beli, jima dan mendapatkan keturunan dan dalam pada itu sekali-kali tidak meninggalkan Kehadiran Allah meskipun sejenak. ”Hadhrat Shah ‘Abdullah Ghulam’ Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih berkata, “Dari masamu, jangan ada suatu waktu pun yang engkau tidak berdzikir dan bertawajjuh dan mengharapkan Kehadiran Allah Ta’ala dan bertemulah dengan manusia dan berzikirlah meskipun berada di dalam keramaian dan selalu berjaga- jaga memperhatikan limpahan Allah. ”Berkata Penyair, “Limpahan Faidhz Al-Haq datang tiba-tiba tetapi hatiku memperhatikan waridnya, Biarpun di waktu sekali kedipan mata namun diriku sekali-kali tidak leka, bisa jadi Dia sedang memperhatikanmu dan dikau tidak memperhatikannya.”Hal kondisi ini dinamakan Khalwat Dar Anjuman yaitu Kainun Haqiqat Wa Bainun Surat yakni hakikat dirinya berzama Zat Tuhan dan tubuh bersama makhluk ciptaan Tuhan. Masyaikh menggelarkannya sebagai Sufi Kain Bain. Kedelapan dasar Tariqat ini diperkenalkan oleh Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih dan menjadi ikutan 40 Tariqat yang lain dan sampai ke hari ini menjadi dasar yang teguh untuk seseorang hamba Allah kembali menuju kepada Tuhannya.Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaihi telah menerima delapan dasar Tariqat ini dari Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani dan beliau telah menambahkan tiga dasar Tariqat yaitu Wukuf Qalbi, Wukuf’ adadi dan Wukuf Zamani menjadi sebelas dasar.Hosh Dar Dam Khalwat Dar Anjuman; Yad kard Yad Dasyat. Nazar Bar Qadam Safar Dar Watan; Baz Gasht Nigah Dasyat.Senantiasa sadar dalam napas ketika berkhalwat bersama khalayak; Kerjakanlah Zikir dan ingatlah Zat-Nya dengan sungguh-sungguh. Perhatikan setiap langkah ketika bersafar di dalam kampung; Sekembalinya dari merayau, perhatikanlah limpahan Ilahi keras.Wukuf Qalbi Wukuf ‘adadi, Wukuf Zamani Bi Dawam Agahi.Ingatlah Allah tetap di hati, jumlah dan waktu dengan selalu sadar pencegahan.

Berjalan Menuju Tuhan
Safar Dar Watan berarti berjalan-jalan dalam kampung dirinya yakni kembali berjalan menuju Tuhan.Seseorang Salik itu harus menjelajah dari dunia ciptaan ke dunia Yang Maha Pencipta.Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda yang artinya, “Daku sedang menuju Tuhanku dari suatu keadaan ke suatu hal kondisi yang lebih baik dan dari satu maqam ke suatu maqam yang lebih baik.”Salik harus berpindah dari kehendak hawa nafsu yang dilarang kepada kehendak untuk berada dalam Kehadiran Zat-Nya. Dia harus berusaha meninggalkan segala sifat-sifat Basyariyah (Kemanusiawian) yang tidak baik dan meningkatkan dirinya dengan sifat-sifat Malakutiyah (Kemalaikatan) yang terdiri dari sepuluh maqam yaitu:
[1] Taubat 
[2] Inabat 
[3] Sabar 
[4] Syukur 
[5] Qana’ah 
[6] Wara ‘
[7] Taqwa 
[8] Taslim 
[9] Tawakkal 
[10] Redha.
Para Masyaikh membagi perjalanan ini kepada dua kategori yaitu sair Afaqi yakni Perjalanan eksternal dan sair Anfusi yakni Perjalanan Internal. 
Perjalanan eksternal adalah perjalanan dari suatu tempat ke suatu tempat mencari seorang pembimbing Ruhani yang sempurna untuk dirinya dan akan menunjukkan jalan ke tempat yang dimaksudkannya. Ini akan memungkinkan untuk memulai Perjalanan Internal.Seseorang Salik ketika dia sudah menemukan seorang pembimbing Ruhani yang sempurna untuk dirinya adalah dilarang dari melakukan Perjalanan eksternal. 
Pada Perjalanan eksternal ini terdapat berbagai kesulitan yang mana seseorang yang baru mengikuti jalan ini tidak dapat tidak, pasti akan terjerumus ke dalam tindakan yang dilarang, karena mereka adalah lemah dalam menunaikan ibadah mereka.Perjalanan yang bersifat internal pula mengkehendakkan agar seseorang Salik itu meninggalkan segala tabiat yang buruk dan membawa adab tertib yang baik ke dalam dirinya dan mengeluarkan dari hatinya segala keinginan Duniawi. Dia akan diangkat dari suatu maqam yang kotor zulmat ke suatu maqam kesucian. Pada waktu itu dia tidak perlu lagi melakukan Perjalanan eksternal. Hatinya telah dibersihkan dan menjadi murni seperti air, jernih seperti kaca, bersih bagaikan cermin lalu menunjukkannya hakikat setiap segala suatu urusan yang penting dalam kehidupan kesehariannya tanpa memerlukan tindakan yang bersifat eksternal atas nama dirinya. Di dalam hatinya akan muncul segala apa yang dibutuhkan olehnya dalam kehidupan ini dan kehidupan mereka yang berada di sampingnya.Hadhrat Maulana Shah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah’ alaih telah berkata, “Ketahuilah bahwa ketika hati tunduk dengan sesuatu selain Allah dan khayalan yang buruk menjadi semakin kuat maka limpahan Faidhz Ilahi menjadi sulit untuk dicapai oleh Batin. 
Justru itu dengan kalimat LA ILAHA harus menafikan segala akhlak yang buruk itu sebagai misalnya untuk penyakit hasad, sewaktu mengucapkan LA ILAHA harus menafikan hasad itu dan saat mengucapkan ILLA ALLAH harus mengikrarkan cinta dan kasih sayang di dalam hati. 
Begitulah ketika melakukan zikir Nafi Itsbat dengan sebanyak-banyaknya lalu menghadap kepada Allah dengan rasa hina dan rendah diri untuk menghapus segala keburukan diri sampai keburukan dirinya itu benar-benar terhapus.
Begitulah juga terhadap segala rintangan Batin, ia harus disingkirkan agar terhasilnya Tasfiyah dan Tazkiyah. Pelatihan ini merupakan salah satu dari maksud Safar Dar Watan. ”

SALAH SATU CARA UNTUK BERDZIKIR KHAFI YANG BENAR YAITU MELALUI METODE BELAJAR DZIKIR DI PONDOK PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA.

Posting Komentar

 
Top