(Status Ustadz Agus Sayap Merpati
Suryalaya di Facebook Pemuda TQNS)
بسم الله الر حمن الر حيم
Imam al-Ghazali, dalam Ihya' Ulumuddin, menuturkan bahwa suatu hari Imam 'Ali
Zainal 'Abidin r.a berwudhu hendak sholat. Tubuhnya bergetar. Orang2 bertanya,
"Apa yang menimpa Anda?" Imam menjawab, "Engkau tidak tahu di
hadapan siapa sebentar lagi aku akan berdiri." Hatinya dipenuhi rasa takut
yang luar biasa karena ia akan menemui Alloh SWT. di dalam sholatnya. Wajahnya
menjadi pucat pasi dan hatinya berguncang keras.
Dalam kitab Futuhat Makkiyyah, karya Ibn 'Arabi, juga diceritakan pelbagai kisah tentang orang yang khusyuk. Salah satunya adalah kisah tentang seorang pemuda belia yang mempelajari tasawuf pada gurunya.
"Pada suatu pagi, pemuda itu menemui gurunya dalam keadaan pucat pasi ia berkata, "Semalam aku khatamkan Al-Qur'an dalam sholat malamku." Gurunya berkomentar, "Bagus. Kalau begitu, aku sarankan nanti malam bacalah Al-Qur'an dan hadirkan seakan-akan aku berada di hadapanmu dan mendengarkan bacaanmu!." Esok harinya, pemuda itu mengeluh, "Ya Ustadz, tadi malam aku tidak sanggup menyelesaikan Al-Qur'an lebih dari setengahnya." Gurunya menjawab, "Kalau begitu, nanti malam bacalah Al-Qur'an & hadirkan di hadapanmu para sahabat Nabi yang mendengarkan Al-Qur'an itu langsung dari Rosululloh SAW!." Keesokan harinya, pemuda itu berkata, "Ya Ustad, semalam aku tak sanggup menyelesaikan lebih dari sepertiga Al-Qur'an. "Nanti malam," kata gurunya, "bacalah Al-Qur'an dengan menghadirkan Rosululloh SAW. di hadapanmu, yang kepadanya Al-Qur'an itu diturunkan." Esok paginya pemuda itu bercerita, "Tadi malam aku hanya bisa menyelesaikan satu juz saja. Itu pun dengan susah payah." Sang guru kembali berkata, "Nanti malam, bacalah Al-Qur'an itu dengan menghadirkan Jibril a.s., yang diutus Tuhan untuk menyampaikan Al-Qur'an kepada Rosululloh SAW."
Esoknya pemuda itu bercerita bahwa ia tidak sanggup menyelesaikan satu juz pun dari Al-Qur'an. Gurunya lalu berkata, "Nanti kalau membaca Al-Qur'an, hadirkan Alloh SAW. di hadapanmu. Karena sebetulnya yang mendengar bacaan Al-Qur'an itu adalah Alloh SWT. Dialah yang menurunkan bacaan kepadamu."
Esok harinya, pemuda itu jatuh sakit. Ketika gurunya bertanya, "Apa yang terjadi?" Anak muda itu menjawab, "Aku tidak bisa menyelesaikan bahkan al-Fatihah sekalipun. Ketika hendak kuucapkan iyyaka na'budu, wa iyyaka nasta'in, lidahku kelu. Bibirku tak sanggup melafalkannya, karena aku tahu hatiku tengah berdusta. Dalam mulut, kuucapkan, Tuhan, kepada-Mu aku beribadah,' tapi dalam hatiku aku tahu aku sering memperhatikan selain Dia. Ucapan itu tidak mau keluar dari lidahku. Sampai terbit fajar, aku tak bisa menyelesaikan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" Tiga hari kemudian, anak muda itu meninggal dunia.
Sebetulnya yang diceritakan oleh guru tadi kepada muridnya adalah cara memperoleh hati yang khusyuk. Hati yang khusyuk adalah hati yang sanggup menghadirkan Alloh SWT dihadapan kita. Hal itu membutuhkan olah rohani (riyadhoh) terlebih dahulu. Maka , dapat dipahami mengapa didalam tarekat, seseorang harus menghadirkan guru mursyid didalam doa2 kita, saat memulai dan mengakhiri dzikir. Hal itu sebenarnya sebuah latihan dan jalan karena sangatlah sulit bagi kita untuk menghadirkan Alloh SWT.
Wa'alallohi tawakkalna wa ilaihil mashiir.
Wassalamu 'alaikum warahmatullohi wabarokaatuh
Dalam kitab Futuhat Makkiyyah, karya Ibn 'Arabi, juga diceritakan pelbagai kisah tentang orang yang khusyuk. Salah satunya adalah kisah tentang seorang pemuda belia yang mempelajari tasawuf pada gurunya.
"Pada suatu pagi, pemuda itu menemui gurunya dalam keadaan pucat pasi ia berkata, "Semalam aku khatamkan Al-Qur'an dalam sholat malamku." Gurunya berkomentar, "Bagus. Kalau begitu, aku sarankan nanti malam bacalah Al-Qur'an dan hadirkan seakan-akan aku berada di hadapanmu dan mendengarkan bacaanmu!." Esok harinya, pemuda itu mengeluh, "Ya Ustadz, tadi malam aku tidak sanggup menyelesaikan Al-Qur'an lebih dari setengahnya." Gurunya menjawab, "Kalau begitu, nanti malam bacalah Al-Qur'an & hadirkan di hadapanmu para sahabat Nabi yang mendengarkan Al-Qur'an itu langsung dari Rosululloh SAW!." Keesokan harinya, pemuda itu berkata, "Ya Ustad, semalam aku tak sanggup menyelesaikan lebih dari sepertiga Al-Qur'an. "Nanti malam," kata gurunya, "bacalah Al-Qur'an dengan menghadirkan Rosululloh SAW. di hadapanmu, yang kepadanya Al-Qur'an itu diturunkan." Esok paginya pemuda itu bercerita, "Tadi malam aku hanya bisa menyelesaikan satu juz saja. Itu pun dengan susah payah." Sang guru kembali berkata, "Nanti malam, bacalah Al-Qur'an itu dengan menghadirkan Jibril a.s., yang diutus Tuhan untuk menyampaikan Al-Qur'an kepada Rosululloh SAW."
Esoknya pemuda itu bercerita bahwa ia tidak sanggup menyelesaikan satu juz pun dari Al-Qur'an. Gurunya lalu berkata, "Nanti kalau membaca Al-Qur'an, hadirkan Alloh SAW. di hadapanmu. Karena sebetulnya yang mendengar bacaan Al-Qur'an itu adalah Alloh SWT. Dialah yang menurunkan bacaan kepadamu."
Esok harinya, pemuda itu jatuh sakit. Ketika gurunya bertanya, "Apa yang terjadi?" Anak muda itu menjawab, "Aku tidak bisa menyelesaikan bahkan al-Fatihah sekalipun. Ketika hendak kuucapkan iyyaka na'budu, wa iyyaka nasta'in, lidahku kelu. Bibirku tak sanggup melafalkannya, karena aku tahu hatiku tengah berdusta. Dalam mulut, kuucapkan, Tuhan, kepada-Mu aku beribadah,' tapi dalam hatiku aku tahu aku sering memperhatikan selain Dia. Ucapan itu tidak mau keluar dari lidahku. Sampai terbit fajar, aku tak bisa menyelesaikan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" Tiga hari kemudian, anak muda itu meninggal dunia.
Sebetulnya yang diceritakan oleh guru tadi kepada muridnya adalah cara memperoleh hati yang khusyuk. Hati yang khusyuk adalah hati yang sanggup menghadirkan Alloh SWT dihadapan kita. Hal itu membutuhkan olah rohani (riyadhoh) terlebih dahulu. Maka , dapat dipahami mengapa didalam tarekat, seseorang harus menghadirkan guru mursyid didalam doa2 kita, saat memulai dan mengakhiri dzikir. Hal itu sebenarnya sebuah latihan dan jalan karena sangatlah sulit bagi kita untuk menghadirkan Alloh SWT.
Wa'alallohi tawakkalna wa ilaihil mashiir.
Wassalamu 'alaikum warahmatullohi wabarokaatuh
Posting Komentar
Posting Komentar