(DOK.237 STATUS USTADZ AGUS SAYAP MERPATI SURYALAYA DI FACEBOOK PEMUDA TQN SURYALAYA)
(Ustadz Uje' Silaturahmi ke Abah Anom) |
Hadhrotu Syaikh Mursyid Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin q.s
[Abah Anom] mempunyai pandangan yang luas tentang peran sosial tasawuf. Beliau
mengkritik orientalis Barat, dan sebagian orang Islam sendiri, yang melakukan
penelitian tasawuf hanya untuk mencari kelemahan. Menurut Abah Anom, tasawuf
adalah bidang kajian yang sulit dan tidak dapat disentuh secara utuh oleh
mereka yang tidak sepenuhnya mengenal dan memahami Islam pada umumnya dan
tradisi-tradisi keruhanian pada khususnya. Hal-hal seperti riyadah, hal, maqam,
zawq, dan sebagainya akan sulit, jika tidak boleh dikatakan mustahil, untuk
dipahami secara komprehensif dan tepat oleh mereka yang tidak mempraktikkannya,
apalagi oleh mereka yang bukan Muslim. Sebagian pandangan Abah Anom tentang
ibadah Islam pada umumnya dan asas-asas tarekat pada khususnya ditulis dalam
kitabnya yang diberi judul Miftah al-Shudur (Kunci Pembuka Dada), sedangkan
penjelasan praktik ritualnya dituangkan dalam kitab Uqud al-Jum’an. Dalam
masalah sosial masyarakat dan kenegaraan beliau senantiasa berpegang pada
prinsip Tanbih dan Asas Tujuan TQN yang diwasiatkan oleh ayahandanya (lihat
ABDULLAH MUBAROK IBN NUR MUHAMMAD). Walau demikian, beliau berpendapat bahwa
TQN bukan satu-satunya sarana (wasilah) untuk mencapai ma’rifatullah, sebab
beliau juga menghormati tarekat-tarekat lain, yang juga kerap dirujuknya dalam
berbagai ceramah, khotbah dan tulisannya, seperti Syadiziliyyah, Kubrawiyyah,
dan sebagainya. Dalam praktik ritualnya, Abah Anom terkesan lebih “moderat”
dibandingkan beberapa tarekat lain. Beliau memodifikasi beberapa ritual
tarekat, sehingga apa yang diamalkan ikhwan (murid) tarekat awam agak berbeda
dengan Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah dalam jalur otoritas lain.
Misalnya, tidak ada ketentuan hitungan jumlah zikir khafi, hanya disebut
“sebanyak-banyaknya.” (Dalam otoritas lain ada ketentuan, seperti 5,000 kali
setiap hari, atau 25,000 setiap hari. Tetapi bagi lingkaran ikhwan yang lebih
dalam dan serius, Abah Anom memberlakukan aturan yang lebih serius dan ketat,
terutama bagi mereka yang benar-benar ingin melakukan suluk.
Kitab Miftah as-Shudur adalah risalah utama Abah
Anom tentang dasar-dasar teoritis dan amalan TQN dalam tradisi Suryalaya, yang
aslinya ditulis dalam bahasa Arab, dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia (oleh Profesor Abu Bakar Aceh), Inggris dan Melayu. Kitab ini terbagi
menjadi dua juz (bagian) dengan struktur: (1) pendahuluan, pentingnya zikir
secara umum; (2) inti sari konsep nafy wa itsbat dalam zikir; (3) kaifiyyah
(tata cara) zikir jahr (dengan suara keras); (4) dasar dan asal-usul talqin
(inisiasi atau ba’iat) dan al-ahad (kesetiaan); (5) kewajiban menyebut silsilah
tarekat; [bagian 2] (6) muqadimmah, ditulis oleh Abu Bakar Aceh; (7) membahas
pentingnya ingat kepada Tuhan dan dampaknya bagi pendidikan agama; dan (8) cara
melemahkan kekuatan setan dengan amalam zikir. Kitab Uqud al-Jum’an adalah
keterangan amalan yang dibagi menjadi tiga bagian utama: wiridan, khataman dan
silsilah TQN. Karya lainnya adalah Akhlaqul karimah/Akhlaqul Mahmudah
Berdasarkan Mudaawamah Dzikriilah. Sedangkan Kitab Kurikulum Inabah menjelaskan
sistematika pedoman kegiatan ibadah dari sejak bangun tidur hingga tidur
kembali.
Sebagai Syekh Mursyid yang kamil-mukammil, Abah
Anom memiliki wawasan yang cukup luas tentang aspek-aspek penting dalam ajaran
Islam pada umumnya, dan tasawuf dan tarekat pada khususnya. Menurut Abah Anom,
ma’rifat adalah bagian dari konsep ru’yat Allah (melihat Allah). Ma’rifat
terdiri dari beberapa peringkat. Secara berurutan, peringkat tersebut adalah:
ma’rifat al-asma’ (mengenal Asma Allah); ma’rifat al-shifat (mengenal Sifat
Allah); ma’rifat a;-af’al (mengenal perbuatan Allah); dan ma’rifat al-dzat (makrifat
tertinggi, mengenal Dzat Allah). Tetapi sebelum sampai kepada makrifat yang
hakiki, menurut Abah Anom, seseorang harus mencapai tingkat mahabbah (cinta
kepada Allah). Mengenai mahabbah, menurut Abah Anom, merupakan jembatan emas
untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat. Karenanya, seorang mukmin dituntut
meningkatkan rasa cintanya terus-meneris, agar tercapai kondisi di mana
cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri
atau makhluk-Nya. Teknik penumbuhan rasa cinta ini, menurut Abah Anom, antara
lain seperti ditunjukkan oleh Nabi Muhammad saw kepada Sayyidina Ali bin Abi
Thalib Kwj. "Ciri-ciri cinta kepada Allah adalah lebih dulu cinta kepada
zikir kepada Allah.” Teknik zikir inilah yang kemudian dijabarkan dan dipraktikkan
dalam tarekat. Tujuan ini tercermin dalam doa TQN yang artinya, “Ilahi,
Engkaulah yang kutuju, ridho-Mulah yang kuharapkan, karuniai daku dengan cinta
dan ma’rifat kepada-Mu."
Wanaiba Rosulillahi shollallahu 'alaihi wa
sallam Sulthan al-auliya' fii haadza zaman Syaikh mursyid Ahmad Shohibul Wafa'
Tajul 'Arifin Qoddasallohu sirrohu AL-Fatihah.
dokumen pemuda tqn suryalaya news
dokumen pemuda tqn suryalaya news
Posting Komentar
Posting Komentar