Khidmat Manaqib
November 2007 di Masjid Nurul Asror PP.Suryalaya
KH. R. Ahmad Rohim Mahmud (Cucu Syekh Tolha
Kalisafu Cirebon Ra.)
Di zaman permulaan
Islam di Madinah, Rasulullah Saw. telah mempersaudarakan seorang kaum Muhajirin
dengan seorang kaum Anshar. Ini merupakan salah satu contoh dalam persaudaraan
Islam. Allah Swt. berfirman : "Dan orang-orang yang telah menempati Kota
Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (al-Hasyr : 9).
Banyak kisah-kisah persaudaraan tersebut yang bisa
kita baca. Seperti Ketika mereka (Muhajirin) tiba di kota Madinah Rasulullah
Saw. mempersaudarakan di antara Abdurrahman (bin ‘Auf) dan Sa‘d bin Rabi‘.
(Sa‘d) berkata kepada Abdurrahman: “Sesungguhnya aku adalah golongan Anshar
yang terbanyak harta, maka aku membagi hartaku dua bagian, dan aku mempunyai
dua isteri, lihatlah yang mana engkau lebih tertarik daripada keduanya, lalu
sebutkan namanya kepadaku, maka aku akan menceraikannya. Kemudian jika sudah
habis ‘iddahnya maka nikahilah dia.” Abdurrahman berkata: “Semoga Allah
memberkati keluargamu dan hartamu, (akan tetapi) di manakah pasar kamu?” Mereka
menunjukkannya pasar Bani Qainuqaa‘…” (Hadits riwayat Al-Bukhari). Dan
kisah-kisah lainnya yang menggambarkan ketulusan dan kemurnian persaudaraan di
antara mereka. Dan semua itu tentu saja dilandasai oleh keimanan. Dengan
kesempurnaan iman yang sedemikian rupa, Nabi masih bersabda : Jaddiduu
iimaanakum....Bikatsroti qouli laa ilaaha illallaah. (Perbaharuilah iman
kalian...dengan memperbanyak ucapan Laa ilaaha illallaah). Sampai sekarang ini
kita masih belajar mengamalkannya. Tidak hanya ucapan saja tapi juga amaliah
yang lainnya sehingga orang lainpun bisa mendapatkan hidayah, mau mengikuti
tarekat ini berdasarkan tuntunan dari Guru Mursyid. Dzikrullah ini tidak saja
untuk urusan dunia tapi juga untuk urusan akhirat. Mudah-mudahan kita bisa
sampai kepada Allah bersama Beliau. Amalkan dengan sebaik-baiknya mudah-mudahan
segala permohonan kita dikabulkan oleh Allah Swt. kalau kita sudah kepada-Nya
melalui dzikir yang kita lakukan. Seperti Tuan Syekh 'Abdul Qodir Jaelani Qs.
bermunajat selama 40 hari di depan makam Rasulullah Saw. Berapa lamakah kita
berminajat kepada Allah setiap harinya?
(Sumber dari website : www.suryalaya.org)
Posting Komentar
Posting Komentar