(Bima Ngaji) |
Ada seorang pejabat tinggi dan kaya raya, tetapi hidupnya selalu resah
dan gelisah.
.
Siapakah dia..., dia adalah seorang bupati dari kabupaten Jodipati
bernama Raden Arya Werkudoro alias si Bima Sena.
.
Hai penonton.....
Ternyata harta dan kedudukannya tidak bisa menjamin kepuasan
hidupnya, lalu sebenarnya apa yang ia cari di dunia ini.
Rupanya si Bima sena menginginkan kebahagiaan yang hakiki,
akhirnya ia pergi ke seorang dukun di daerah Padepokan Sukalima
untuk berguru kepada Pendita Durna charya.
Setelah Bima mengutarakan maksudnya lalu Durna mengajak Bima
keluar ke halaman rumah. Bima bertanya : "kena apa tidak di dalam
saja" Durna menjawab " didalam gelap, kalau diluar lebih terang"
Begini Bima....
Untuk mencapai kebahagiaan hidup ada 2 (dua) syarat yang harus
dipenuhi:
1. Harus bisa mendapatkan kayu Gong susuhing angin yang
adanya di hutan lereng gunung Condromuko
2. Harus minum "tirta prawito sari" (air mineral penyejuk rasa)
yang berada di dasar samudra.
Singkat cerita penonton . . . . .,
Dengan susah payah sang Bima bahkan hampir mati diterkam binatang
buas di hutan belantara, dan ternyata "susuh angin" bukan berada di
hutan melainkan berada didalam hati, maksudnya semua tujuan/
keinginan bergantung pada kebulatan tekad dan bagaimana niatnya.
Dengan kebulatan tekadnya dan niat sungguhan sang Bima menuju
tepian samudera untuk mencari syarat ke 2 yaitu mencari " tirta prawito
sari "
Termangu sang bima di tepian samudera, desis angin dan gemuruh
alunan ombak membuat Bima merinding (setengah takut).
Tiba-tiba terdengar suara dan muncul seorang anak bajang ( bocah
kecil) yang wujudnya menyerupai dirinya memangil-manggil, mahluk
apalagi ini...?, apakah mahluk ini akan membunuh diriku . .?, demikian
prasangka Bima guna membangkitkan jiwa keperkasaannya.
Bocah bajang yang oleh kidalang disebut "Dewaruci" lalu bertanya
kepada Bima
Lagi ngapain kamu Bima ..? ditempat sunyi sepi hanya terbentang
samudra luas dengan ombaknya yang menjulang, dikelilingi hutan
belantara serta gunung-gunung tinggi, disini tidak ada apa-apa, yang
ada hanyalah malapetaka dan bencana, kepada siapa kau Bima jika
ada binatang buas atau bahaya lain yang mengancammu.. .?
Bima nenjawab: Aku hendak nyebur kedasar laut mengambil air meneral
yang sejuk segar, dan dengan kebulatan tekad serta niatkulah yang
dapat mengalahkan segala rintangan.
Dewaruci: Komitmen saja belum cukup Bima. . . ., aku kasihan sekali
melihat tingkahmu yang bego dan dungu, tahukan kau Bima bahwa
pendita Durna itu menyesatkan, ia ingin mencelakakanmu, harapannya
agar kurowo nantinya bisa menang dalam perang Mahabharata .
Bima : Ahh.....,tidak....., aku sudah kukuh pendiriannya, aku akan tetap
patuh dan setia tuhu pada guruku.
Dewaruci : Jika demikian , cepatlah kau masuk dalam telinga kiriku,
selama ini aku tidak pernah mendengar do'a do'a mu karena selalu
sibuk dengan urusan bisnismu, siapa tahu dewo ruci dapat membantu
agar segera terwujud keinginanmu.
Bima : Hai Dewo ruci. . . .bagai mana mungkin, kau hanya bocah
bajang, sedangkan tubuhku tinggi besar, mana mungkin bisa masuk
kedalam telingamu ?.
Dewaruci : Aduh Bima. . . .,harta dan kedudukanmu serta badanmu
yang tinggi besar telah membuat dirimu menjadi sombong, coba kau
renungkan:, tinggi mana tubuhmu dengan gunung yang diatasmu ?,
lebar mana dadamu dengan samudra yang ada didepanmu ?, besar
lebar mana dadamu dengan samudra yang ada didepanmu ?, besar
mana badan/tubuhmu dengan alam jagat ini?, tahukan kau
Bima.....,ikan asin yang setiap hari dimakan kamu baru bayar upah
nelayan dan minyak gorengnya , kamu belum membayar sama yang
empunya, apalah arti dirimu jika dibanding dengan alam semesta
beserta isinya ini.
Bima : Seketika Bima merasa kecil tubuhnya, bergetar hatinya,
perasaan bersalah dan takutpun muncul dalam benaknya
Aduh Dewo ruci....., tiba-tiba penglihatanku menjadi gelap, aku tidak
tahu lagi arah utara selatan, berat sekali cobaan hidup ini, aku bingung
harus bagai mana..??
Dewaruci : sabarlah Bima . . .,.memang berat cobaan hidup ingatlah
pesanku ini senantiasa:
jangan berangkat sebelum tahu tujuanmu, jangan menyuap sebelum
mencicipnya, tahu hanya berawal dari bertanya, bisa berpangkal dari
meniru, sesuatu terwujud hanya dari tindakan
janganlah bagai orang gunung membeli emas, baru mendapat besi
kuning pun puas dikira emas bila tanpa dasar, bakti membuta pun akan
bisa menyesatkan .
Bima : Aduh pukulun....,sebenarnya siapa diriku ini??, apa saja yang
telah aku lakukan..? apa sebenarnya yang sedang aku cari, bunuh saja
aku pukulun.
Dewaruci: Jangan sebut aku pukulun, siapa pukulun itu.?, aku ini Dewo
ruci, aku ini adalah otak kirimu yang berada dialam bawah sadarmu
yang tidak pernah/ jarang kau sentuh
Aku adalah kamu, sehingga aku tahu persis siapa Bima, Bima adalah
anak dari Dewi Kunti dan bapakmu Pandu sedangkan saudara-
saudaramu satu ibu adalah Yudistira dan Arjuna, Nakula, Sadewo (dari
ibu Madrim). Kau adalah hamba yang hidup & matimu, derajat, pangkat
serta kedudukanmu hanyalah milik Allah swt
Nah sekarang coba buka mata hatimu, apa yang terlihat olehmu..?,.
Bima : Ya..ya..aku melihat warna kuning tapi tapi tapi kemudian hilang
dan berganti warna biru, lalu hilang lagi eh eh muncul lagi warna hijau,
merah, putih.
Dewaruci : Cukup Bima. . . .,sekarang keluarlah dari tubuhku, setelah
Bima keluar kembali ke alam nyata terang benderang penglihatannya
dan terbuka mata batinnya.
Dewaruci : Nah...Bima,
Ternyata tirta prawito sari tidak jauh,tidak perlu ke dasar laut atau ke
luar negri tetapi berada dalam qolbumu sendiri.
Jika kau sudah bisa mengjaga hatimu hingga bisa "ngrasuk roso jati"
kemuadian baru kau bisa kenal jati dirimu.
Selamat menyambut hari bahagia.
.
Tok....tok....crek....crek...n
tancep kayon
Posting Komentar
hatur nuhun kangge lakonna menarik sareng seueur hikmahna.mangga di antos lakon salajengna..
hehehe sami2 kang..semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari cerita di atas... terimakasih selalu setia mapir di lapak kami,insyaAlloh kami pun akan sering silaturahmi ke links akang ...hatur nuhuun :)
Posting Komentar