“Katakanlah
kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan
shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara
sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari
itu tidak ada jual beli dan persahabatan.” (QS Ibrahim: 31).
Sebab, siapa yang menjadikan hidup ini sebagai senda gurau
dan permainan, tanpa perbekalan berarti—maka Allah pun akan melupakannya di
hari yang sangat berat bagi seluruh makhluk.
“Yaitu orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai
main-main dan senda gurau, kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari
(kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan
mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
Kami.” (QS Al-A’raf: 51).
Di hari kiamat nanti, kita akan bertemu dengan-Nya dalam
keadaan yang berbeda-beda, sesuai dengan amal ibadah kita. Ada yang wajahnya
putih bersinar, ada pula yang wajahnya hitam legam.
Selain itu, Allah juga akan berhujjah kepada beberapa
golongan manusia. Seperti sabda Rasulullah Saw, “Pada hari kiamat nanti, Allah
SWT akan berhujjah dengan empat orang terhadap empat golongan manusia yang
lain, yaitu:
Pertama, Allah berhujjah kepada orang-orang kaya dengan Sulaiman bin Daud. Kedua, Allah berhujjah kepada para hamba sahaya dengan Nabi Yusuf AS. Ketiga, Allah berhujjah kepada orang-orang sakit dengan Nabi Ayyub AS. Keempat, Allah berhujjah kepada orang-orang fakir dengan Nabi Isa AS.”
Maksud hadits di atas, menurut Syekh Nawawi dalam “Nashaih
Ibad”, bahwa Allah SWT akan bertanya kepada orang-orang kaya yang terlena
dengan kekayaannya dan enggan beribadah, “Mengapa kalian tidak beribadah?”
Ketika mereka menjawab, “Karena kami sibuk mengurus harta benda
kami,” maka Allah berfirman, “Siapakah yang lebih besar kerajaannya dan
siapakah yang lebih banyak kekayaannya daripada Sulaiman as.? Tapi mengapa ia
tetap tekun beribadah?”
Kepada para hamba sahaya, Allah akan bertanya, “Mengapa
kalian tidak beribadah?” Jika mereka menjawab, “Karena kami sibuk melayani
majikan-majikan kami,” maka Allah pun berfirman, “Hambaku, Yusuf , adalah
seorang budak di bawah perintah raja Mesir dan istrinya, tapi mengapa ia tetap
tekun beribadah?”
Kepada mereka yang diuji dengan sakit, Allah akan bertanya,
“Mengapa kalian tidak beribadah?” Jika mereka menjawab, “Karena kami tertimpa
sakit,” maka Allah berfirman, “Hambaku, Ayyub, adalah orang yang menderita
sakit parah, tapi mengapa ia tetap tekun beribadah?”
Kepada mereka yang diuji dengan kefakiran, Allah akan
bertanya, “Mengapa kalian tidak beribadah?” Jika mereka menjawab, “Karena kami
sibuk mencari sesuap nasi,” maka Allah berfirman, “Hambaku, Isa, adalah orang
yang terfakir di dunia, dia tidak memiliki kekayaan dunia sedikit pun. Dia
tidak memiliki rumah, harta, maupun istri. Tapi mengapa ia tetap tekun
beribadah?”
Demikianlah, Allah memberikan perumpamaan dari empat golongan
manusia di atas, dengan kesalehan para Nabiyullah. Mereka yang tetap konsisten
menjaga kualitas ibadah dalam kondisi apa pun, maka baginya kenikmatan yang
tiada putusnya.
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan, "Inilah yang pernah diberikan kepada
kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di
dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS
Al-Baqarah: 25).
Sumber : www.republika.co.id
Posting Komentar
Posting Komentar