Menu

TQN PP.Suryalaya

 


(sumber : Nasehat IMAM JA'FAR SHADIQ Ra)
BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM     
Jika kamu ingin melaksanakan ibadah haji, dengan tekadmu yang kuat itu, kosongkan hatimu karena Allah dari segala yang menyibukannya dengan selain-Nya dan yang menghijabnya. Serahkan seluruh urusan kepada pencipta-Mu. Bertawakkallah pada-Nya dalam segala gerakan dan diammu. Pasrahlah dengan qadha-Nya, ketentuan-Nya dan takdir-Nya. Tinggallkan dunia, kenyamanan dan ciptaan.     
(Hajikan dirimu secara batiniyah dan secara lahiriah)
Sebelum kamu berangkat ke tanah suci, tunaikan dahulu seluruh hak orang  lain yang masih ada dalam tanggunganmu. Jangan sekali-kali menggantungkan hidupmu pada bekal yang kamu bawa, kendaraan yang kamu tumpangi, kawan-kawan seperjalananmu, kekuatan yang kamu miliki, kemudaanmu dan hartamu, sebab mereka itu busa menjadi musuh dan penghalang. Ketahuilah bahwa seseorang tidak memiliki kekuatan dan daya kecuali dengan penjagaan Allah dan Taufik-Nya.      
Persiapkan perjalanmu seakan-akan kamu tidak berharap untuk kembali lagi. Carilah kawan seperjalan yang baik. Jagalah dirimu dalam menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya dan sunnah-sunnah Nabi-Nya tepat pada waktunya. Perhatikan etika-etika umum yang berlaku. Tabahlah dalam menghadapi kesulitan dan bersabarlah atas segala penderitaan. Bersyukurlah atas nikmat-Nya yang di berikan padam. Tanamkan sifat penyayang dan dermawan dalam dirimu serta  mengutamakan kepentingan orang lain dari dirimu. Lalu sucikan dirimu dari dosa-dosamu dengan air tobat yang tulus, kenakanlah pakaian kebenaran, kesucian, kepatuhan dan kekhusukan.       
Ketika kamu mengenakan pakaian ihram, putuskanlah hubunganmu dengan segala sesuatu yang merintangimu dalam mengingat Allah dan yang menghijabimu untuk melaksanakan ketaatan pada-Nya. Kumandangkan talbiyah yang bermakna jawaban yang suci dan tulus untuk Allah Azza wa Jalla dalam seruanmu pada-Nya dengan berpegang teguh kepada pegangan yang kokoh.       
Bertawaflah dengan hatimu bersama para malaikat di sekitar 'Arsy ( Singgasana ) seperti kamu tawaf di Baitullah bersama kaum muslimin.        Ketika berada antara Shafa dan Marwa, lakukanlah Sa'i ( lari-lari kecil ) sebagaimana kamu melarikan diri dari hawa nafsumu dan melepaskan pengakuan dirimu akan semua daya dan kekuatanmu.        Berpalinglah dari segala kelalaian dan ketergelinciranmu saat kamu keluar dari Mekah menuju Mina. Janganlah sekali-kali mengangankan sesuatu yang tidak di halalkan dan bukan hakmu.        
Akuilah segala kesalahanmu ketika berada di Arafah. Perbaharuilah perjanjian pada Wahdaniyah-Nya.        
Saat kamu tiba di Muzdalifah, dekatkanlah dirimu dan bertakwalah pada-Nya. Mi'rajkan ruhmu menuju Al-Mala Al-A'la ( derajat tertinggi ) ketika kamu mendaki gunung di Masy'ar Al- Haram. Sembelihlah leher hawa nafsu dan ketamakanmu ketika kamu menyembelih kurban. Lemparkanlah segala macam kerendahan, syahwat, kesalahanmu dan perbuatan burukmu kala kamu melempar jumrah.        
Pangkaslah semua aibmu, baik yang lahir maupun yang batin ketika kamu mencukur rambutmu. Masuklah ke dalam perlindungan, naungan dan pengawasan Allah dari kejaran hawa nafsumu saat masuk ke dalam Masjidil Haram. Kunjungilah rumah Allah dengan penuh penghormatan kepada Pemilik-Nya dan makrifat akan keagungan dan kekuasaan-Nya. Ciumlah Hajar Aswad dengan keridhaan akan nasib yang telah di tetapkan-Nya padamu dan dengan kerendahan diri menyaksikan kebesaran-Nya. Ucapkanlah selamat tinggal kepada selain-Nya ketika kamu melakukan tawaf perpisahan ( tawaf wada' ). Sucikan ruh dan batinmu untuk bertemu dengan Allah, ketika kamu berdiri di Shafa. Milikilah kepribadian dan kehormatan dengan meleburkan diri kepada Allah, ketika Kamu berada di Marwah. Berpegang teguhlah kepada syarat syarat hajimu dan penuhilah janjimu yang telah kamu ikrarkan pada Tuhanmu dan kamu wajibkan atas dirimu untuk-Nya.        
Ketahuilah bahwa Allah, tidak mewajibkan haji kepada manusia dan tidak mengistimewakannya dari seluruh ketaatan kecuali karena menisbahkan ibadah itu pada diri-Nya dalam firman-Nya, "Walillahi 'alannaasi hijjul bayti manistathoo'a ilayhi sabiila." (QS.ALI 'IMRAN : 97)         Nabi-Nya Muhammad saw tidak menetapkan sunnah dalam manasik haji sesuai urutan yang di syariatkannya melainkan sebagai persiapan dan isyarat pada kematian, kubur, kebangkitan, dan hari kiamat serta untuk membedakan tingkatan-tingkatan penghuni surga atau penghuni neraka. Tentunya, orang-orang yang cerdas dan berakal bisa mengambil pelajaran yang menyingkap hakikat alam akherat, mulai dari kematian hingga akhir perjalanan manusia. 

Posting Komentar

 
Top