Menu

TQN PP.Suryalaya

 

(Sambungan dari Bagian II)


Zuhud itu di dalam qalbu.-
Imam As-Syadzili mengilustrasikan gaya hidup mewahnya dengan sebuah kisah. Pada suatu hari ada seseorang yang hendak bertemu dengan Imam Abu Hasan Ali Al-Syadzili di rumahnya. Karena belum tahu rumahnya ia bertanya kepada orang lain, orang itu segera menutu ke tempat yang ditunjukkan, begitu sampai ke alamat yang dituju ia tidak jadi masuk ke rumah itu, karena ia mendapatkan sebuah bangunan rumah bagai istana raja yang sangat mewah dan megah. Ia tidak percaya kalau itu rumah itu tempat tinggal imam As-Syadzili yang dicarinya. Dalam hatinya ia yakin bahwa seorang wali tidak akan hidup semewah itu. Seorang wali adalah orang yang hidup sederhana dan pasti mengamalkan zuhud, yaitu sikap menjauhi dunia. Melihat kenyataan itu ia segera pulang tetapi di tengah jalan ia berjumpa dengan seorang pengendara kereta kuda yang mewah mempersilahkan naik bersamanya. Dengan penuh rasa waswas akhirnya ia menerima tawaran tersebut. Dalam pembicaraan di atas kereta diketahui bahwa pengendara kereta itu tidak lain adalah Imam Abu Hasan As-Syadzili sendiri.
Mendengar penuturan tersebut Imam Abu Hasan kemudian memberikannya segelas minuman anggur alami pilihan. Ia sangat kagum karena seumur hidupnya baru kali ini ia melihat dan menikmati anggur seperti itu. Akhirnya semua perhatiannya tertumpu pada gelas anggur tersebut. Ia kuatir jika anggur tersebut tumpah atau gelasnya lepas dari genggamannya sehingga praktis ia tidak menikmati pemandangan dalam perjalanannya dengan kereta tersebut mengelilingi kota yang indah. 
Setelah selesai mengelilingi kota, kereta itu berhenti di halaman rumah Imam tanpa disadari orang tersebut karena ia terus saja memperhatikan anggur tersebut. Ia baru sadar setelah Sang Imam bertanya kepadanya,"Bagaimana pendapatmu mengenai perjalanan tadi apakah kamu bisa menikmati keindahan kota?" Orang itu tidak bisa menjawab apa-apa. 
Sebelum dia menjawab Imam Syadzili melanjutkan kata-katanya,"Nah, antara kamu, keindahan kota dan anggur di tanganmu itu ibarat aku sendiri dengan hartaku dan Allah dalam batinku (qalbuku). Karena perhatianku tertuju hanya kepada Allah, aku tidak pernah peduli apakah kota ini indah atau tidak."
Orang itu baru memahami apa yang dilihat dan didengarnya. Ia bahagia karena mendapatkan arti zuhud yang sesungguhnya dari Sang Imam.

-Ditulis oleh Dokumen Pemuda TQN Suryalaya
-Sumber tulisan Buku : Potret Kehidupan Muslim Ideal,karya Nasiruddin,MM.

Posting Komentar

 
Top