Syekh Jalaluddin Arrumi.- |
Seekor beo melihat bayangannya sendiri,di dalam cermin,
berhadapan
dengannya.
Sang Guru
tersembunyi di balik cermin:
Pemilik yang
sangat berpengetahuan dan fasih itulah yang sebenarnya berbicara.
Si beo kecil
mengira bahwa kata yang disampaikan perlahan itu diucapkan oleh beo dalam
cermin.
Demikianlah, dia
belajar ucapan bahasa manusia dari'sejenisnya sendiri';
tanpa menyadari
yang sebenarnya terjadi.
(Sang Pemilik)
mengajarinya dari balik cermin;
jika tidak
demikian, si beo tidak pernah bercakap,
dia tidak mau
belajar kecuali dari yang sejenis dengannya.
Sebenarnya dia
belajar bercakap dari seorang yang berpengetahuan,
tapi dia tidak
paham cara dan rahasia dibaliknya.
Dia mendengar
ucapan, kata demi kata,dari sang Lelaki Pemilik;
tapi apa ada
cara belajar lain, bagi seekor beo kecil?
Seperti itulah,
murid yang masih mementingkan diri sendiri,
tak melihat
dalam cermin raga Sang Guru,kecuali dirinya sendiri.
Bagaimana
mungkin dia melihat Akal Sejati di balik cermin,
ketika diberi
nasehat dan pengajian?
Dia mengira
pembicaraan Lelaki itu suatu hal biasa saja;
sedangkan
mengenai hal satunya lagi, Akal Sejati,tidaklah diketahuinya.
Dia belajar
tentang kata-kata,sedangkan tentang rahasia abadi,
tidaklah dapat
diketahuinya;karena dia seekor beo,bukan seorang sahabat jalan sejati.
Begitu pula,
sebagian orang dapat bersiul bagaikan burung,
karena itu hanya
soal keterampilan lidah dan tenggorokan.
Tetapi mereka
tidak paham makna bahasa burung,
kecuali Sulaiman
yang agung, sang pemilik 'bashirah.'
Banyak yang
belajar istilah-istilah Sufi,
dan tampak
kemilau mempesona di mimbar dan majelis.
Tiada sedikit
pun anugerah bagi mereka, kecualibasa-basi duniawi;
sampai dengan
datang rahmat Ilahiah yang menunjukkan jalan yang sebenarnya.
(J.Rumi:
Matsnavi, V no 1430 - 1444, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson,
terjemahan ke bahasa Indonesia oleh mas Herman Soetomo.)
-Dari Dokumen
No.315 Di Facebook Pemuda TQN Suryalaya)
Posting Komentar
Posting Komentar