Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Pada suatu hari, Nasaruddin ingin memasak semur. Sayang, wajan tuanya sudah rusak hingga ia meminjam wajan dari salah seorang tetangganya. Waktu pun berlalu. Nasaruddin lupa untuk mengembalikan wajan tetangganya tersebut. Hingga pada suatu hari, sang tetangga memutuskan untuk meminta kembali wajannya.
“Tok, tok, tok...” seseorang mengetuk pintu rumah Nasarudddin.

Ketika Nasaruddin membuka pintu, tampaklah sosok tetangganya.
“Ada apa, Anwar?” tanya Nasaruddin.
“Nasaruddin, apa kau sudah selesai menggunakan wajanku? Bisa ku ambil kembali? Istriku membutuhkannya hari ini,” jelas Anwar.
“Oh, tentu saja,” jawab Nasaruddin.
“Tunggu sebentar. Akan ku ambilkan.”
Tetangganya menunggu dengan tidak sabar karena Nasaruddin embutuhkan waktu lama untuk mengambil wajan miliknya itu.
“Ini dia,” kata Nasaruddin.
Ketika Nasaruddin kembali dengan wajannya, Anwar menyadari bahwa ada sebuah penggorengan kecil di dalamnya.
“Apa ini?” tanya tetangganya itu.
“Wow, Anwar. Selamat! Wajanmu telah melahirkan sebuah bayi penggorengan,” kata Nasaruddin.
Anwar terbengong-bengong dibuatnya, tapi ia juga merasa bahagia.
“Oh, benarkah? Terima kasih Nasaruddin,” ucapnya.
Ia mengambil wajan dan bayi penggorengan itu, lalu pulang ke rumah.
Beberapa minggu kemudian, Nasaruddin membutuhkan wajan lagi. Ia belum membeli wajan baru, jadi ia ke rumah Anwar lagi dan meminjam wajan miliknya.
“Bisa ku pinjam lagi wajanmu, Anwar?” tanya Nasaruddin.
“Tentu,” jawab Anwar.
Anwar tidak merasa terganggu sedikit pun dan meminjamkan wajannya kepada Nasaruddin dengan gembira.
Namun sekali lagi, Nasaruddin lama sekali mengembalikan wajan miliknya.
“Nasaruddin telah meminjam wajanku lama sekali,” pikir Anwar. “Aku harus ke rumahnya dan mengambilnya.”
“Nasaruddin, sudahkah kau selesai memakai wajanku?” tanya Anwar.
“Ah... Anwar, aku sangat menyesal,” jawab Nasaruddin.
“Menyesal untuk apa?” tanya Anwar bingung.
“Tampaknya wajanmu telah meninggal dunia,” jawab Nasaruddin.
“Nasaruddin, itu mustahil. Sebuah wajan tidak bisa mati,” Anwar menjawab dengan bingung.
Namun, Nasaruddin telah siap dengan jawabannya.
“Wahai, Anwar. Jika kau percaya bahwa sebuah wajan bisa beranak, mana mungkin kau tidak percaya kalau ia bisa mati?”

(dari berbagai sumber)

Posting Komentar

 
Top