Menu

TQN PP.Suryalaya

 

(Nabi Muhammad s.a.w.
sebaik-baik contoh teladan)
Dunia mengakui bahwa kepemimpinan yang paling berpengaruh dan menduduki peringkat pertama sampai saat ini adalah kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W. Beliau memiliki kredibilitas dan kapabilitas kepemimpinan yang rahmatan lil-‘âlamîn.
Tidak berlebihan kalau kemudian beberapa tokoh menempatkan sosok beliau di urutan pertama dari sekian tokoh-tokoh paling berpengaruh di dunia (seperti disebutkan Michael H. Hart dalam The 100: A. Ranking of The Most Influential Persons in History, atau Husayn Ahmad Amin dalam Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam).
Prestasi tersebut beliau peroleh berkat kepemimpinannya yang merepresentasikan kepemimpinan komprehensif. Itu tak lepas dari campur tangan Allah SWT yang memilih beliau sebagai manusia pilihan. Allah-lah yang secara langsung mendidik dan menempa kepribadian beliau. Sebagaimana menganugerahinya al-Qur`an sebagai pedoman hidup sekaligus mukjizat terbesar Rasulullah.
Minimal ada tiga fase proses pendidikan yang dilalui Rasulullah. Pertamapembelajaran terhadap fenomena alam melalui aspek-aspek kehidupan dan wahyu itu sendiri sebagai tanda-tanda kebesaran Allah (Qs. al-‘Alaq [96]: 1-5). Artinya, sebagai calon pemimpin, beliau harus memahami betul aspek-aspek yang dibutuhkan kepemimpinannya, diperkokoh oleh keimanan dan ketakwaan.
Keduafase pemantapan jiwa dan kepribadian yang tangguh lewat ibadah atau qiyâmul-lail (Qs. al-Muzammil [73]: 1-6). Menurut interpretasi para pakar tafsir, ayat tersebut menjelaskan beberapa dimensi kemanusiaan, antara lain, ketegaran jiwa, kekuatan fisik Rasulullah, dan kepribadiannya.
Ketigasetelah Rasulullah siap dengan berbekal ilmu pengetahuan dan wawasan kebangsaan yang luas ditopang kepribadian yang tangguh, maka Allah langsung memerintahkan beliau untuk bergerak dan melangkah secara persuasif dan tegas melakukan amar ma’ruf nahi mungkar memberantas kekafiran dan kemusyrikan.
Pada saat bersamaan, beliau berusaha semakin meneguhkan visi dan misi kebangsaan. Untuk itu, beliau selalu utamakan kepentingan umat, bukan kepentingan pribadi atau golongan, serta sabar dan tabah melaksanakan kepemimpinannya (Qs. al-Muddatsir [74]: 1-7).
Demikianlah Allah membentuk karakter dan kepribadian Rasulullah. Karena itu, meneladani sosok kepemimpinan beliau menjadi penting di tengah krisis kepemimpinan yang melanda hampir seluruh negeri kaum Muslim. Kembali ke sosok Rasulullah adalah pilihan utama, kalau negara-negara Islam menginginkan kejayaan kembali.
Perlu dicatat pula, keberhasilan kepemimpinan Rasulullah tak lepas dari bingkai yang membentuk kepemimpinannya, yaitu akhlak karimah. Akhlak karimah ini menjadi titik tolak yang membingkai kepemimpinannya. Dan menjadikan akhlak karimah sebagai bingkai utama kepemimpinan, berarti menyadari sepenuhnya bahwa kepemimpinan adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dirawat, bukan dikhianati.
Di sisi lain, seorang pemimpin akan menyadari sepenuhnya bahwa posisinya sebagai pemimpin tak lebih hanya sebagai ”pelayan” rakyat. Karena itu, melayani segala kebutuhan rakyat harus didahulukan daripada kepentingan lainnya, apalagi kepentingan pribadi.
Kepemimpinan yang berbingkai akhlakul karimah seperti diteladankan pada sosok Rasululullah S.A.W. yang akan menjamin lahirnya baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Sebuah negeri yang damai, aman, tentram, sejahtera, makmur, dan diberkahi Allah. Berikut adalah ciri kepemimpinan Rasulullah SAW yang luar biasa:
  1. Beliau memiliki sifat-sifat yang mulia sejak usia dini. 
  2. Beliau selalu menjadi teladan hidup bagi orang-orang di sekitarnya sejak masih kecil
  3. Beliau selalu bertindak sesuai perintah Allah SWT
  4. Beliau selalu bermusyawarah dengan para sahabat
  5. Beliau mampu menyelesaikan segala perbedaan pendapat dengan bijaksana
  6. Beliau selalu menghormati semua pendapat yang disampaikan kepadanya
  7. Beliau selalu bersama rakyatnya dan sangat memahami perasaan rakyatnya
  8. Jika rakyatnya menderita, beliaulah yang paling merasakan penderitaan itu
  9. Beliau sangat menginginkan rakyatnya sejahtera dan bahagia
  10. Beliau pengasih dan penyayang pada rakyatnya.
  11. Beliau tidak hanya memberi arahan atau membimbing dari balik meja, namun juga terjun langsung ke lapangan
  12. Beliau aktif mengatur strategi dan taktik perjuangan, baik dalam peperangan maupun ketika damai
  13. Kata-kata beliau selalu konsisten. Tidak ada perbedaan antara kata dan perbuatan
  14. Sebelum mengajarkan sesuatu, beliau melakukannya lebih dahulu
  15. Beliau tidak hanya berbicara dengan kata-kata, tapi juga dengan perbuatan dan keteladanan
  16. Beliau disiplin dan adil dalam menegakkan hukum, tanpa pandang bulu
  17. Beliau sangat tegas pada orang yang melanggar hukum Allah, namun sangat lembut dan memaafkan bila ada kesalahan yang menyangkut dirinya sendiri
  18. Keagungan sifat beliau membuat orang lain siap mengorbankan semua milik mereka untuk beliau
  19. Beliau sangat gagah dan pemberani
  20. Beliau memiliki kontrol diri yang penuh atas dirinya sendiri dalam segala situasi
  21. Beliau selalu tenang, percaya diri, dan tidak pernah panik
  22. Beliau tidak pernah menggerutu atau mengeluh dalam kondisi tertekan sekalipun
  23. Beliau selalu memperlakukan lawannya dengan tingkah laku yang terbaik
  24. Beliau selalu memperlakukan orang dengan adil dan jujur
Referensi:
  1. “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At-Taubah: 128)
  2. “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam:4)
  3. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159)
  4. dari berbagai sumber


Posting Komentar

 
Top