Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat
Allah Swt., yang telah memberikan kesehatan lahir batin dan kekuatan, sehingga
pada pagi hari yang cerah ini kita dapat duduk bersimpuh dengan hati yang
tenang, bisa bertemu kembali dengan Hari Raya ‘Idul Adha atau ‘Idul Qurban
tahun ini. Dengan syi’ar Allah, hari Raya ‘Idul Adha tahun ini masih tetap
bergemuruh dikumandangkan kalimat-kalimat Takbir, Tahmid dan Tahlil oleh ummat
Muslim diseluruh belahan bumi ini, sebagai ungkapan rasa syukur yang paling
mendalam atas segala nikmat karunia Allah yang senantiasa dilimpahkan kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman dan ikhlas beramal dan berjuang guna memperoleh
Ridho-Nya, khususnya bagi saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah
Haji ke Tanah Suci atau Baitullah tahun ini, kita doakan semoga mereka dapat
meraih predikat Haji Mabrur. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Shalawat dan Salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar
Muhammad Saw., kepada keluarganya, seluruh sahabat Beliau, untuk para
wali-walinya dan seluruh ummatnya yang setia melaksanakan sunnahnya hingga
akhir zaman.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Walillahilhamd
Hadirin Kaum Muslimin Wal Muslimat Yang Dimuliakan Allah Swt
Sejak fajar menyingsing dipagi hari ini, sampai
terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah nanti atau yang dinamakan
hari-hari Tasyrik selama 4 hari berturut-turut kita berada dalam suasana ’Idul
Adha, ’Id yang agung dalam Islam, ’Id yang menggambarkan dan membayangkan
betapa besar dan agungnya jiwa ummat Islam yang telah bertaqwa kepada Allah
Swt.
Pada pagi hari ini kita diperintahkan bershalat ’Idul Adha dan menyembelih
hewan Qurban, sebagaimana firman Allah Swt., dalam Al-Qur’an :
”Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
nikmat yang banyak. Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.
Sesungguhnya orang- orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS.
Al-Kautsar : 1-3)
Semoga Shalat ’Id yang baru saja kita laksanakan
bersama-sama senantiasa diterima oleh Allah Yang Maha Esa serta memberi kesan
yang mendalam untuk ketentraman jiwa dan kekuatan Iman didalam menempuh segala
perjuangan demi kejayaan Agama, Nusa dan Bangsa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Saudara-saudara Kaum Muslimin Wal Muslimat Yang Berbahagi
Sesudah Shalat ’Id ini kita diperintahkan oleh
Allah Swt., melaksanakan Syariat Qurban bagi yang mampu, yakni dengan
menyembelih hewan seperti lembu atau kambing.
Qurban pada mulanya berasal dari Syariat Nabi Ibrahim As., berpuncak kepada
kerelaan akan menyembelih anaknya Ismail, untuk memenuhi perintah Allah Swt.
Nabi Ibrahim diuji, apakah cinta dan sayangnya terhadap anaknya melebihi dari
cinta dan Imannya kepada Allah Swt., yang disembahnya.
Rupanya Nabi Ibrahim rela berpisah dengan anak kandungnya sendiri, asal saja
perintah Allah Swt., dapat dijunjung dan ditaati. Perintah penyembelihan ini
diterimanya sejak tiga malam berturut-turut, yaitu tanggal 8, 9, 10 Dzulhijjah.
Perintah penyembelihan ini disampaikan kepada putranya, sebagaimana disebutkan
dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaffat ayat 102 :
”Bertanya Ibrahim : Wahai anakku yang kusayang !
Sesungguhnya aku melihat (bermimpi) didalam tidurku. Aku diperintahkan
menyembelih engkau; bagaimana barangkali pertimbanganmu ?
Dalam kelanjutan ayat ini dijelaskan bahwasanya
Ismail dengan segera menjawab pertanyaan ayahnya, sebagaimana bunyi ayatnya :
”Wahai ayah yang kucintai ! laksanakanlah
apa-apa yang diperintahkan Allah kepada ayah, ayah akan mendapati aku Insya
Allah dalam ketabahan dan kesabaran”
Nabi Ibrahim pun segera melaksanakan perintah
yang menyedihkan, mengerikan dan luar biasa ini dengan tulus ikhlas. Nabi
Ismail dengan tangan terikat, mata tertutup, badan terbaring siap sedia
menyerahkan dirinya untuk disembelih sebagai bakti qurban kepada Allah Swt.
Dengan pisau terhunus lagi tajam Nabi Ibrahim As., berlutut sambil meletakkan
pisau ke leher Ismail anaknya yang sangat disayanginya, dengan mengucapkan :
BISMILLAHI ALLAHU AKBAR, lalu pisau itupun digesekkan ke leher Nabi Ismail As.
Tetapi Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana; keteguhan Iman yang suci murni yang
tersemai didada Ismail mematuhi kehendak ayahnya untuk menghampirkan diri
kepada Allah diterima-Nya, lalu diselamatkanlah Ismail dari ancaman maut yakni
dengan menggantinya dengan seekor kambing sembelihan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Walillahilhamd
Saudara-saudara Kaum Muslimin Wal Muslimat Yang Berbahagia
Penyembelihan hewan Qurban menjadi Syariat Islam
yang abadi sampai akhir zaman. Rasulullah Saw., bersabda :
”Qurban itu, untuk yang membuatnya
(melaksanakannya) dibalas Allah dengan pahala setiap helai bulunya satu
kebaikan” (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut memberikan gambaran betapa besar
pahala amal qurban. Oleh sebab itu, marilah kita gunakan kesempatan yang baik
ini bagi orang-orang yang mampu dan berharta agar melaksanakan amal qurban ini.
Ingatlah hidup pasti mati, harta kekayaan akan ditinggal begitu saja dan hanya
amal jugalah yang akan dibawa kealam baqa. Alangkah baiknya sekiranya umur
masih ada, kita hendaknya mengumpulkan bekal untuk kelak diakhirat yakni dengan
amal-amal kebajikan termasuk qurban ini.
Didalam Islam, qurban itu penting bagi orang itu sendiri yang melakukan qurban,
yang dengan itu orang sanggup mengurbankan hidupnya dan mengurbankan
kepentingannya demi mencapai kebenaran. Penyembelihan hewan qurban itu pada
hakikatnya merupakan tindakan simbolis dari tekat yang kuat untuk menyembelih
atau memotong sifat kebinatangan atau sifat-sifat hewaniah yang ada pada diri
kita, dengan kata lain menundukkan nafsu-nafsu hewaniah ( nafsu kebinatangan)
yang ada pada setiap diri manusia, yang sering mendorong manusia kearah
perbuatan beringas, bengis, keji dan munkar bahkan pembangkangan kepada
perintah Allah Swt., dan Rasul-Nya. Dengan berqurban, manusia yang menyadari
siapa dirinya akan dapat menjauhkan diri dari rasa tamak, bakhil / kikir,
materialistis (budaya menumpuk harta), sombong / takabur, membangga-banggakan
kekayaan, ilmu / kepintaran yang dimilikinya dan sifat-sifat buruk lainnya.
Memang dunia ini adalah hanya rentetan pengorbanan. Orang tua berqorban untuk
anak, pemimpin berqorban untuk rakyatnya dan tiap makhluk berkorban untuk
lainnya sesuai dengan kodrat dan sifatnya. Demikian juga pengorbanan berupa
diri kita, Allah akan mengganti pengorbanan itu dengan sesuatu yang jauh lebih
berharga.
Demikianlah ringkasan kisah atau cerita tentang pengorbanan yang dilakukan Nabi
Ibrahim As., dan putranya Nabi Ismail As., mudah-mudahan kita mampu
meneladaninya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Walillahilhamd
Saudara-saudara Kaum Muslimin Wal Muslimat Yang Berbahagia
Dalam melaksanakan Shalat ’Idul Adha ini
kenangan kita terbang ke Tanah Suci dimana seluruh kaum Muslimin dan Muslimat
yang berkesempatan menunaikan Rukun Islam yang kelima yaitu naik haji, hari ini
sedang melaksanakan ibadah haji di Mina, sesudahnya berwukuf di Padang Arafah
kemarin tanggal 9 Djulhijjah. Harapan kita semoga semuanya menadapat kemuliaan
di dunia dan di akhirat, jiwa dan raganya menjadi suci kembali bagaikan anak
bayi yang baru dilahirkan, dan harapan yang paling utama adalah menadapat Ridho
Allah dan ampunan Allah, karena hanya harapan inilah yang akan mengantarkan
hamba-Nya kepada khalik-Nya.
Bagi bapak dan ibu Haji, harus dapat mempertahankan kehajiannya dan harus dapat
memperatahankan kemuliaannya sebagai seseorang yang sudah bersetatus haji,
jangan sampai dicemoohkan orang karena akhlak yang tidak senonoh, karena sifat
kikir, sifat sombong, sifat iri, sifat hasud, sifat jelek sangka, sifat
memfitnah, dan lain-lain sebagainya. Apabila sifat-sifat buruk ini tidak bisa
dihilangkan sudah tentu menjadi comoohan orang, maka dari itu peredikat haji
itu harus dipertahankan, jauh-jauh pergi menunaikan ibadah haji tapi tidak bisa
merubah sifat buruk atau jelek menjadi baik hal itu amat sangat disayangkan.
Orang tidak menjadi heran apabila ada orang yang mampu pergi ke luar negeri
tapi masuk neraka, tapi orang akan heran apabila ada haji masuk neraka, padahal
dia itu telah pergi ketanah suci, tapi tidak mampu mensucikan dirinya, tidak
mampu menghaji-kan dirinya. Seharusnya sepulangnya dari Tanah Suci itu membawa
bekal kemuliaan bagi dirinya, seharusnya kembali dari Tanah Suci itu dirinya
suci bersih bagaikan anak baru lahir, asal suci kembali kepada kesucian, semoga
hal ini tidak terjadi pada diri kaum Muslimin dan Muslimat yang selalu ingat
kepada Allah atau yang banyak berdzikrullah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Walillahilhamd
Akhirnya sampailah kita pada kesimpulan dari khutbah
’Idul Adha hari ini sebagai berikut :
Bahwa sebagai Ummat Nabi Muhammad Saw., maka wajiblah kita bersyukur menjadi
ummat pewaris dan penerus dari sunnah atau ajaran-ajaran Nabi Ibrahim As., yang
taat dan konsekwen. Akan tetapi kita harus sadar sepenuhnya bahwa sebagai
konsekwensinya kita wajib menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim itu, kita harus mau
dan mampu menyediakan diri kita untuk memasuki ujian Iman sebagaimana yang
dialami oleh Nabi Ibrahim As., atau putranya Nabi Ismail As.
Hanya saja kepada kita tidak diuji dan diminta pengorbanan yang berat seperti
yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan putranya. Karena peristiwa qurban yang
menggemparkan itu hanya terjadi sekali saja dalam sejarah dan tidak akan
terulang lagi.
Kepada kita hanya diminta keikhlasan beramal dan berkurban dengan sebagian
kecil saja dari harta, tenaga, waktu dan fikiran atau kesenangan yang ada pada
diri kita masing-masing guna memenuhi panggilan Allah Swt. Kepada kita hanya
diminta pengakuan didalam hidup ini, apakah tujuan hidup kita ini akan lebih
mengutamakan panggilan Allah Swt., ataukah kita akan mengutamakan panggilan
syaitan. Dengan kata lain apakah kita ini akan menjadi hamba Mukmin dan Muslim
yang selalu taat dan patuh kepada Allah Swt, ataukah menjadi hamba hawa nafsu
serakah atau hamba nafsu sifat kebinatangan atau sifat-sifat hewaniyah yang
akan mengabdi kepada syaitan. Jadi kepada kita hanya dituntut untuk menentukan
sikap hidup, apa mau memilih jalan Allah Swt., dan Rasul-Nya atau memilih jalan
syaitan.
Kita berdoa semoga Allah Swt., senantiasa akan melimpahkan Taufik dan
Hidayahnya, memberikan bimbingan serta petunjuknya dalam setiap langkah dan
aktivitas hidup kita, sehingga hidup dan kehidupan kita selalu didalam Ridho
Allah Swt., dan memperoleh keselamatan dan kebahagiaan hidup didunia dan di
akhirat.
Sebelum diakhiri khutbah dalam rangka Hari Raya ’Idul Adha tahun ini, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah Swt., semoga doa kita
senantiasa diijabah dan diridhoi oleh Allah Swt. Amiin, amiin, amiin Ya Mujibas
Sa-ilin...!
(Sumber tulisan: Status di Grup Facebook Pemuda TQN Suryalaya)
Posting Komentar
Posting Komentar