Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Wanita sufi Rabiah Al Adawiyah, sedang berlayar bersama para penumpang lain menuju sebuah pulau kecil. Tiba-tiba badai berhembus dan ombak pun menggila di tengah samudera. 
(Pemuda di kapal)
Semua cemas, karena maut sudah berada di depan mata. Tetapi ada seorang anak muda berambut sampai ke telinga, terlihat cuma diam seraya bertafakkur. Padahal perahu sudah oleng ke kiri dan ke kanan, air telah menggenang hingga ke mata kaki. Seorang lelaki tua menegur marah, ”Hai, anak muda, tulikah telingamu, butakah matamu? Perahu hampir karam, kamu hanya diam. Berdoalah untuk memperkuat permohonan kami kepada Tuhan.” Dengan tenang pemuda itu menggumam, ”Tiada seorang hamba pun mampu menghalangi kehendak Sang Mahakuasa. ”Lalu ia menunduk kembali, tak ada yang dilakukan kecuali menekurkan kepala dengan khusuk, seraya mengangkat tangan seolah memberi aba-aba agar badai berhenti. Betul, tak lama kemudian, lautan yang ganas menjadi jinak, angin lantas bertiup sepoi-sepoi, dan perahu melaju tanpa goncangan.

Rabiah bertanya takjub, ”Hai anak muda, demi Allah, kekuatan apa yang kau miliki sampai badai dapat kautundukkan dan gelombang bisa kautaklukkan?” Pemuda itu menjawab ramah, ”Kalian orang-orang beriman. Bukankah kita hanya makhluk yang fana? Apa wewenang kita menolak kemauan Tuhan? Apa kekuatan kita menantang kekuasaanNya? Seharusnya, bersabarlah menahan diri dari segala keinginan kita karena Dia, nanti Dia berkenan menahan diri dari keinginan-Nya untuk kita. Jangan mengancam Dia dengan kebiasaan kita, nanti Dia menghancurkan kita dengan kedahsyatan kekuasaanNya.” Jawaban itu tak hanya membuat Rabiah terhenyak dan para penumpang lain tertegun, bahkan perjalanan zaman seakan merekamnya melalui bencana demi bencana yang datang silih berganti. Lihatlah, ilmu siapa yang mampu membungkam gunung kalau hendak meletus, kehebatan bangsa mana yang dapat meredam gempa kalau sudah saatnya harus melanda? Lalu, apakah doa dapat menangkal bencana? Menurut Tuhan, bisa. Alquran menandaskan, ”Bermohonlah kepada-Ku, pasti Kukabulkan bagimu.” (Q. S. 40: 60).

Sayangnya, manusia acapkali berdoa tanpa kesungguhan dan keyakinan akan manfaatnya. Memang mengangkat tangan sambil mengumandangkan rangkaian kata yang indah terdengar seperti doa. Padahal itu cuma upacara, hanya formalitas. Apalagi kalau dibaca di depan pejabat atau para orang besar. Pada hakikatnya getaran hati tatkala seorang hamba tengah mengangkat tangan seraya bermunajat dengan tulus dan pasrah, itulah kekuatan sakral yang mampu mengoyak batas antara makhluk dan Sang Pencipta.

(Sumber dari status di Facebook Pemuda TQN Suryalaya)


Posting Komentar

 
Top