Wanita
sufi Rabiah Al Adawiyah, sedang berlayar bersama para penumpang lain menuju
sebuah pulau kecil. Tiba-tiba badai berhembus dan ombak pun menggila di tengah
samudera.
(Pemuda di kapal) |
Semua cemas, karena maut sudah berada di depan mata. Tetapi ada
seorang anak muda berambut sampai ke telinga, terlihat cuma diam seraya
bertafakkur. Padahal perahu sudah oleng ke kiri dan ke kanan, air telah
menggenang hingga ke mata kaki. Seorang lelaki tua menegur marah, ”Hai, anak
muda, tulikah telingamu, butakah matamu? Perahu hampir karam, kamu hanya diam.
Berdoalah untuk memperkuat permohonan kami kepada Tuhan.” Dengan tenang pemuda
itu menggumam, ”Tiada seorang hamba pun mampu menghalangi kehendak Sang
Mahakuasa. ”Lalu ia menunduk kembali, tak ada yang dilakukan kecuali menekurkan
kepala dengan khusuk, seraya mengangkat tangan seolah memberi aba-aba agar
badai berhenti. Betul, tak lama kemudian, lautan yang ganas menjadi jinak,
angin lantas bertiup sepoi-sepoi, dan perahu melaju tanpa goncangan.
Rabiah bertanya takjub, ”Hai anak muda, demi Allah, kekuatan apa yang kau
miliki sampai badai dapat kautundukkan dan gelombang bisa kautaklukkan?” Pemuda
itu menjawab ramah, ”Kalian orang-orang beriman. Bukankah kita hanya makhluk
yang fana? Apa wewenang kita menolak kemauan Tuhan? Apa kekuatan kita menantang
kekuasaanNya? Seharusnya, bersabarlah menahan diri dari segala keinginan kita
karena Dia, nanti Dia berkenan menahan diri dari keinginan-Nya untuk kita.
Jangan mengancam Dia dengan kebiasaan kita, nanti Dia menghancurkan kita dengan
kedahsyatan kekuasaanNya.” Jawaban itu tak hanya membuat Rabiah terhenyak dan
para penumpang lain tertegun, bahkan perjalanan zaman seakan merekamnya melalui
bencana demi bencana yang datang silih berganti. Lihatlah, ilmu siapa yang
mampu membungkam gunung kalau hendak meletus, kehebatan bangsa mana yang dapat
meredam gempa kalau sudah saatnya harus melanda? Lalu, apakah doa dapat
menangkal bencana? Menurut Tuhan, bisa. Alquran menandaskan, ”Bermohonlah
kepada-Ku, pasti Kukabulkan bagimu.” (Q. S. 40: 60).
Sayangnya, manusia acapkali berdoa tanpa kesungguhan dan keyakinan akan
manfaatnya. Memang mengangkat tangan sambil mengumandangkan rangkaian kata yang
indah terdengar seperti doa. Padahal itu cuma upacara, hanya formalitas.
Apalagi kalau dibaca di depan pejabat atau para orang besar. Pada hakikatnya
getaran hati tatkala seorang hamba tengah mengangkat tangan seraya bermunajat
dengan tulus dan pasrah, itulah kekuatan sakral yang mampu mengoyak batas
antara makhluk dan Sang Pencipta.
(Sumber dari status di Facebook Pemuda TQN Suryalaya)
Posting Komentar
Posting Komentar