Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Marilah kita renungkan dialog yang terjadi antara Allah SWT. dan para malaikat seperti yang dapat dibaca dalam Al-Qur'an.
Allah SWT. menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan maksud agar manusia tersebut beribadah kepadaNya.
Firman Allah dalam AL-Qur'an:
"Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku." (Adz Dzaariyaat ayat 56)
Dalam AL-Qur'an dapat kita ikuti riwayat penciptaan manusia melalui dialog antara Allah Maha Pencipta dengan para malaikat:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka (malaikat) berkata:
Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi ini manusia yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji Engkau? 
Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Manusia diberikan potensi oleh Tuhan untuk mampu menerima ajaran atau ajaranNya, sehingga dapa menetralisir kecendrungannya untuk berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, seperti yang diperlihatkan oleh Tuhan kepada para Malaikat dengan cara mengajari Adam untuk mengenali benda-benda sebagai pengajaran dariNya.

Dengan adanya kecendrungan manusia kepada hal-hal negatif dan juga sebaliknya diberi potensi untuk mampu menerima Petunjuk dariNya inilah maka Tuhan memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik sesuai dengan PetunjukNya, dan kemudian Tuhan akan memberikan balasan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, dan menjauhkan segala yang dilarangNya, karena menurut Tuhan segala sesuatu  perbuatan yang dilarangNya akan menyebabkan penderitaan dan kepedihan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Kedua sifat yang berupa kecendrungan kepada hal yang negatif pada satu sisi dan potensi untuk menerima petunjuk di sisi lain dan keduanya dilekatkan Tuhan kepada manusia dengan sedemikian rupa sehingga akan dapat saling mempengaruhi dan mengalahkan, yang kemudian akan menentukan  terhadap fikiran dan ingatan serta keinginan atau kehendak dari manusia, maka pada akhirnya akan mewujud dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku jasmani dan lahiriah manusia tersebut, dimana perbuatannya itu berupa kebaikan atau malah sebaliknya.

Adanya sifat-sifat atau potensi yang melekat pada manusia itu menunjukkan adanya tempat dimana sifat-sifat atau potensi tersebut berada pada diri manusia. Karena sifat-sifat atau potensi tersebut bentuknya abstrak atau gaib maka tempatnya pun bersifat gaib pula yaitu pada jiwa atau bathin atau ruh manusia.

Jadi selain tubuh kasar berupa jasmani, maka Tuhanpun memberikan kepada manusia tubuh halus berupa ruhani atau jiwa atau ruh. Semua yang diuraikan di atas menunjukkan kepada kita betapa sempurnanya karunia Tuhan dalam menciptakan manusia.

Ulama tasawuf menyebut ilmu yang memperlihatkan sikap batin berupa fikiran atau ingatan dan keinginan atau kehendak manusia sekaligus dengan memperhatikan sikap lahirnya, sebagai Ilmu Tasawuf.

Selain dari ilmu Tasawuf itu maka agama Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah S.A.W. memiliki petunjuk tentang bagaimana tata cara pelaksanaan beribadah seorang muslim baik berupa ibadah yang langsung kepada Tuhan seperti puasa, dan ibadah haji, maupun ibadah kepada Tuhan melalui perbuatan baik kepada sesama manusia seperti membayar zakat, memberikan sedekah,ifak, melaksanakan pernikahan, mengadakan perniagaan, mengatur warisan, menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim, menghindari perzinahan, pembunuhan, dan lainnya.

(Sumber: Majalah Sinthoris, hal.35-36 Edisi 34 Mei-Juni 2007)


Posting Komentar

 
Top