4. Tatakelola qolbu secara umum:
-Bagaimana caranya agar qolbu yang keras dan hitam berubah menjadi qolbu yang halus dan bening sehingga mudah mengingat Alloh setiap saat? Berdasarkan syariat Islam yang telah dicontohkan oleh Rosululloh SAW ada berbagai metode diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Bertaubat atas segala dosa:
Memohon ampunan atas segala dosa kita, karena kerasnya hati disebabkan oleh dosa yang diserap qolbu setiap hari. Ingat: semua anak adam selalu berbuat dosa, dan sebaik-baiknya mereka yang berdosa adalah yang bertaubat (HR Tirmidzi dan Hakim dari Anas). Bertaubat diperintahkan oleh Alloh Ta‘ala: Hai orang-orang yang beriman! bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang seikhlas-ikhlasnya (QS At-Tahrim:9). Bertaubat juga dicontohkan oleh Nabi SAW: Hai umat manusia, bertaubatlah kepada Rab-mu karena akupun memohon ampunan dan bertaubat kepada-Nya di dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali. Mengapa Nabi mencontohkan demikian, karena Iblis tidak pernah lelah menyesatkan kita selama kita masih hidup, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Sa’id dari Nabi, Beliau bersabda: Iblis berkata ‘Ya Tuhanku demi keagungan-Mu aku akan senantiasa menyesatkan Bani Adam selama ruhnya masih ada dalam jasad mereka‘, kemudian Alloh Ta’ala berfirman: Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka minta ampunan kepada-Ku.
b) Membaca Al-Qur’an:
Sering-seringlah membaca Al-Qur’an sebagaimana yang diperintahkan: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian sebuah peringatan dari Tuhan, juga penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam hati dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS Yunus:57). Demikian juga Nabi bersabda: Sesungguhnya hati itu bisa berkarat, dan sungguh penggosoknya adalah membaca Al-Qur’an, mengingat maut, dan menghadiri majelis-majelis dzikir.
Membaca Al-Qur’an dengan ikhlas akan diberi sebaik-baik pemberian. Barangsiapa disibukkan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku maka Aku berikan kepadanya sebiak-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Alloh atas perkataan lainnya adalah seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya (HR Tirmidzi).
Bagi yang sudah hafidz Al-Qur’an harus disyukuri karena merupakan suatu kenikmatan dan rahmat dari Alloh, dan Alloh pun ridho kepada orang itu sebagaimana Abi Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Penghapal Al-Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karomah (kehormatan), Al-Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karomah. Kemudian Al-Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku, ridhoilah dia, maka Allah SWT meridhoinya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan.
c) Perbanyak bertasbih:
Bertasbihlah kepada Alloh dengan mengucapkan subhanalloh walhamdulillah wa laa ilahaa illalloh wallohu akbar, atau salah satunya. Ketahuilah!! hanya dengan berdzikir, hati menjadi tentram(QS Ar-Radu:28), dan dzikir yang paling utama menurut Rasululloh adalah “Laa ilahaa illalloh” dan doa yang paling utama adalah “Alhamdulillah” (HR Ibnu Majah, Nasa-i, Ibnu Jibban, dan Hakim). Menurut Abu Hurairah, Rasululloh bersabda bahwa: Iman mempunyai tujuh puluh tujuh cabang, yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan, adapun yang paling utama adalah mengucapkan “Laa ilahaa illalloh“ (HR Bukhari, Muslim, dan lainnya).
d) Jauhi perbuatan riya’:
Riya’ adalah melaksanakan ibadah kepada Alloh tetapi dengan maksud diketahui oleh manusia (riya’ sejati) atau ada maksud lain selain kepada Alloh (riya’ tersembunyi). Rasululloh sangat mengkhawatirkan perbuatan riya’, khususnya yang tersembunyi sebagaimana sabdanya: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil, yakni riya’ (HR Ahmad). Mengapa riya’ begitu dikhawatirkan oleh Rasululloh SAW sebab gerilyanya sangat halus alias samar, ibarat semut hitam berjalan di atas batu hitam pada malam gelap gulita.
Biasanya riya’ muncul akibat ada dua daya dorong (drive force) yakni pendorong duniawi dan pendorong ukhrowi. Contoh: ketika seseorang mengerjakan sholat dhuha, sholatnya ibadah untuk kepentingan ukhrowi dan dijalankan dengan niat ikhlas hanya karena Alloh, tetapi kemurnian niat ini terkotori oleh maksud lain, biasanya sering dibarengi dengan niat yang terkait duniawi seperti agar dimudahkan rizkinya. Dua pendorong inilah jalannya riya’ yang paling sukar dihindari. Sejatinya dalam beribadah hanya kepada Alloh semata: …. padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan keta’atan-Nya dalam (menjalankan) agama secara lurus… (QS Al-Bayyinah:5).
Contoh lain, seseorang melakukan amal sholeh menyebabkan dia dipuji oleh masyarakat walaupun dia tidak bermaksud dipuji. Akibat dari pujian itu menimbulkan pencitraan bahwa dirinya sudah ikhlas. Pikiran seperti itu tergolong riya’ juga. Perbuatan riya’ yang lain adalah ketika seseorang akan melakukan amal baik kemudian niatnya urung karena khawatir dilihat oleh manusia. Hal ini pun termasuk riya’ karena meninggalkan ibadah bukan karena Alloh melainkan karena manusia.
e) Jangan menyakiti makhluk:
Sesungguhnya perjalanan bertaqorub kepada Alloh akan terhalang oleh dua perkara, yakni memakan yang tidak toyyib dan menyakiti hati orang lain. Mencegah dari perbuatan yang berpotensi menyakiti orang lain ada dua macam, yakni (a) mencegah dari perbuatan yang dapat menyakiti anggota badannya dan (b) mencegah hati dari potensi yang dapat menyakiti hatinya. Misalnya berprasangka buruk kepada orang lain, sebagaimana sabda Nabi SAW:
Takutlah kalian dari prasangka (buruk) karena prasangka itu sedusta-dustanya omongan(HR Bukhari dan Muslim).
f) Jauhi makanan subhat apalagi haram:
Janganlah kita memakan makanan yang subhat apalagi haram karena akan menyebabkan hati menjadi keras dan menghalangi perolehan ridho Alloh. Sesungguhnya yang halal itu nyata dan yang harampun nyata. Diantara keduanya terdapat subhat dimana kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa takut akan subhat, maka benar-benar dia telah membersihkan agamanya dan dirinya. Barangsiapa terjerumus ke dalam subhat, berarti dia telah terjerumus ke dalam barang haram… (HR Bukhari dan Muslim). Barangsiapa memakan barang yang tidak halal, maka tidak akan terbuka tabir yang menutupi hatinya. Ibadahnya pun, baik sholatnya, puasanya, maupun sedekahnya tidak akan memberikan manfaat sedikitpun. Hal ini seperti burung yang mengerami telur busuk, dia telah memayahkan dirinya karena lamanya diam di tempat padahal tidak satupun yang menetas, melainkan telur itu akan mengeluarkan bau busuk.
g) Buang rasa malu dari watak sombong:
Buang jauh-jauh rasa malu karena watak bukan malu karena Alloh, sebab yang demikian termasuk perilaku sombong. Malu karena watak sombong misalnya malu berdzikir jahar dihadapan orang banyak, malu berjalan bersama orang cacat atau lebih rendah derajatnya, malu pergi ke mesjid untuk sholat berjama’ah karena jarang ke mesjid, dsb. Rasa malu yang timbul dari watak sombong dilarang oleh agama. Akan tetapi malu kepada Alloh adalah termasuk cabangnya iman, karena agama Islam menganjurkan agar setiap umat muslim selalu merasa malu jika meninggalkan perintah Alloh SWT atau melanggar larangan-Nya.
Dalam sebuah hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud, Rasululloh SAW bersabda:
Merasa malulah kalian kepada Alloh dengan sebenar-benar malu. Para sahabat berkata: Wahai Nabiyulloh, sesungguhnya kami telah merasa malu. Beliau bersabda: bukan demikian, akan tetapi barang siapa yang malu kepada Alloh dengan sebenar-benar malu, maka hendaklah ia menjaga kepalanya dan apa yang ada dalam kepalanya, perut dan apa yang ada di dalamnya, kemaluan, kedua tangan, kedua kaki, dan hendaklah ia ingat akan mati serta semua kebinasaan. Barangsiapa yang menghendaki akhirat, maka dia harus meninggalkan kemewahan dunia dan memilih akhirat yang pertama kali. Barangsiapa telah mengamalkan semua itu, maka benar-benar ia telah merasa malu kepada Alloh dengan sebenar-benar malu.
h) Bekerja dengan tangan sendiri dan jangan menipu:
Kita semua diperintahkan untuk bekerja karena kita hidup tidak lepas dari kebutuhan dan kewajiban memberi nafkah anak dan istri, mencukupi kebutuhan sehari-hari sesuai dengan kadar kemampuannya. Bekerjalah secara teliti dan jangan menipu karena menipu berarti telah mengkhianati agama, diri sendiri, dan masyarakat. Dengan bekerja kita akan terhindar dari minta-minta yang dilarang oleh agama. Jadikanlah kampak sebagai tasbih jika bekerja sebagai tukang kayu, pena sebagai tasbih jika bekerja sebagai pnulis, pikiran sebagai tasbih jika bekerja sebagai pemikir. Para Nabi pun bekerja dengan tangannya sendiri:Adalah Nabi Dawud AS tiada makan kecuali dari pekerjaan tangannya sendiri (HR Bukhari). Demikian juga Nabi Zakariya AS bekerja sebagai tukang kayu (HR Muslim).
Dengan demikian, sesungguhnya orang yang makan dari hasil pekerjaannya walaupun kerjanya makruh seperti tukang bekam atau pembuat senjata lebih baik daripada tukang ibadah yang makan dengan menggunakan agamanya. Namun demikian, bekerja untuk tujuan memperbanyak kekayaan atau untuk kesombongan dicela dalam agama, sebagaimana sabda Nabi: Barangsiapa yang mencari keduniaan dengan jalan halal tetapi bertujuan memperbanyak kekayaan atau kesombongan, niscaya dia akan menghadap Alloh (pada hari kiamat) sedang Alloh murka kepadanya (Al-Hadits).
i) Berjihad memerangi nafsu:
Perangilah nafsumu dengan lapar dan dahaga, yaitu melakukan puasa sunnah karena hanya dengan lapar si nafsu akan tunduk. Mengurangi makan merupakan metode untuk melemahkan hawa nafsu, dan ini dilakukan oleh Rasululloh SAW. Dalam riwayat Imam Bukhari ada diceritakan bahwa Abu Hurairah r.a pernah melewati suatu kaum yang sedang bakar kambing (kalau sekarang kambing guling). Oleh kaum itu dia dipersilahkan makan bersama-sama, akan tetapi ajakan itu ditolak secara halus dan berkata: Rasululloh sampai keluar dari dunia ini (wafat) belum pernah beliau kenyang dari roti gandum (HR Bukhari). Jika kita makan hingga kenyang, sementara saudara kita di jalanan kelaparan, apakah tergolong bid’ah?
Kenyang itu bagaikan api sedangkan syahwat bagaikan kayu yang mudah terbakar. Tidak akan mati api dari kayu itu sehingga membakar orang yang memiliki syahwat dan nafsu. Barangsiapa yang menghendaki syaitan berlari dari bayang-bayang kita maka hendaklah kita mampu menundukkan syahwat dengan berpuasa dan berjaga dari tidur malam. Lemahkan nafsu itu dengan menjalankan amalan-amalan berat agar si nafsu ini tunduk kepada kita sehingga mau diajak menjalankan syariat Islam. Kurangilah tidur malam untuk memerangi nafsu karena banyak tidur tidak bermanfaat baik untuk dunia maupun akhirat. Memilih tidur daripada mengerjakan sholat malam sama saja dengan mengikuti nafsu dan tidak bersyukur, sebagaimana sabda Nabi SAW yang dituturkan oleh Aisyah:
Adalah Nabi bangun untuk sholat malam hingga telapak kedua kakinya merekah. Lalu saya berkata kepada beliau: Kenapa engkau berbuat seperti ini, wahai Rasululloh? Padahal dosamu telah diampuni? Beliau kemudian bersabda: Tidakkah selayaknya saya menjadi hamba yang banyak bersyukur kepada Alloh? (HR Bukhari dan Muslim).
j) Jangan melupakan bangun malam:
Jangan tinggalkan bangun malam untuk sholat karena bangun malam merupakan nur (cahaya) bagi orang yang beriman pada hari kiamat. Simak firman Alloh berikut: Dan pada sebagian malam hari sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (QS Al-Isra:79).
Demikian juga Nabi bersabda: Seutama-utama puasa sesudah puasa bulan ramadhan adalah puasa sunnah pada bulan Alloh, muharam. Dan seutama-utama sholat sesudah sholat fardhu adalah sholat sunnah waktu malam (HR Muslim).
(Bersambung)
(Sumber : Dokumen no.328 di Facebook Pemuda TQN Suryalaya
diposting oleh Wahyu Pratama)
Sumber tulisan : agama.kompasiana.com/2010/10/20/menggapai-marifat-ahlak-mulia-melalui-metode-dzikrulloh/
f) Jauhi makanan subhat apalagi haram:
(Sumber : Dokumen no.328 di Facebook Pemuda TQN Suryalaya
diposting oleh Wahyu Pratama)
Sumber tulisan : agama.kompasiana.com/2010/10/20/menggapai-marifat-ahlak-mulia-melalui-metode-dzikrulloh/
Posting Komentar
Posting Komentar