3. Dzikrullah sebagai Penopang akhlak yang mulia:
-Bagaimana caranya agar kita dapat selalu mengingat Alloh kapanpun dan dimanapun kita berada selama beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari? Cara dzikrullah seperti ini TIDAK dapat dilakukan dengan bibir melainkan harus dengan qolbu sebab dengan bibir terbatas ruang dan waktu, sedangkan dengan qolbu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, sesuai perintah-Nya:
Sebutlah nama Rab-mu di dalam hatimu dengan khidmat/merendahkan diri serta penuh rasa takut, dan janganlah diucapkan, pada waktu pagi hingga petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (QS Al-Araf: 205).
Jelas perintah ini ditujukan kepada kita untuk selalu berdzikir kepada Rab kita, Alloh Azza wa Jalla di dalam qolbu dengan khidmat, penuh rasa takut, dan rendah diri, serta tidak diucapkan dengan bibir melainkan di dalam qolbu tanpa kata tanpa suara seiring detaknya jantung (dzikir khofi) yang harus diamalkan sejak bangun tidur (pagi) hingga mau tidur lagi (petang). Jika kita tidak mau melaksanakan perintah ini tentu akan digolongkan ke dalam orang-orang lalai, yang mengabaikan perintah Al-Haq.
Pertama kali metode berdzikir khofi disampaikan oleh Rasululloh kepada Abu Bakar As-Siddiq r.a. ketika bersembunyi di Gua Tsur saat dikejar oleh orang-orang kafir. Saat itu Abu Bakar gemetar karena takut persembunyiannya diketahui orang-orang kafir. Abu Bakar r.a berkata: Ya Rasululloh, mohon Anda memberi petunjuk agar hati hamba tentram tidak takut dan bimbang seperti ini. Nabi bersabda: Ucapkanlah olehmu Nama Alloh (IsmuDzat). Bagaimana cara mengucapkannya Ya Rasululloh? Nabi bersabda: Ingatlah kepada Rabmu di dalam hati dengan merendah diri, merasa malu, dan takut, tidak usah diucapkan dengan lisan, cukup dengan getarnya hati dan detaknya jantung. Cara berdzikir seperti itu dari pagi sampai petang serta ingat terus jangan sampai lupa. (Dzikirullah seperti ini haruslah ada gurunya yakni melalui guru Mursyid di Tarekat-tarekat mu'thabaroh red.)
Kewajiban berdzikir kepada Alloh Azza wa Jalla dalam keseharian kita selama beraktifitas (sejak bangun tidur untuk memunaikan sholat subuh hingga mau tidur lagi sehabis sholat ‘isya) ditegaskan dalam ayat berikut: Apabila kamu sudah selesai sholat, maka berdzikirlah kepada Alloh baik dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Jika sudah merasa aman, maka dirikan lagi sholat, karena sesungguhnya sholat itu fardu yang waktunya telah ditentukan bagi orang-orang yang beriman (QS An-Nisa:103). Ayat ini menerangkan bahwa kita harus berdzikir kepada Alloh dari sholat ke sholat berikutnya atau berdzikrulloh setiap saat selama beraktifitas. Mengapa setiap saat? Sebab dalam keseharian kita tidak terlepas dari posisi berdiri, duduk, dan berbaring. Posisi bekerja atau ngobrol biasanya berdiri atau duduk; posisi istirahat biasanya berbaring. Pada dasarnya semua aktivitas kita sehari-hari tidak terlepas dari posisi berdiri, duduk, dan berbaring yang senantiasa harus dibarengi dengan dzikrulloh.
Berdzikir kepada Alloh bukan hanya untuk kalangan tertentu melainkan untuk semua umat manusia yang merasa telah diberi akal. Para ustadz, kiyai, ilmuwan, filosof, dosen, mahasiswa, petani, pebisnis, atau siapapun yang telah diberi akal akan disebut berakal jika dalam mempelajari fenomena alam atau fenomena kehidupan dibarengi dzikrulloh setiap saat karena:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi ulil albab (orang yang berakal), yaitu orang-orang yang berdzikir kepada Alloh baik sambil berdiri, duduk, maupun berbaring seraya mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi…(QS Ali Imran 190-191).
Apabila kita renungkan perjalanan hidup kita ternyata banyak waktu dalam keseharian kita tidak digunakan untuk mengingat Alloh Azza wa Jalla. Sewaktu kita remaja, qolbu kita banyak digunakan untuk mengingat urusan sia-sia, seperti menghayal, melamun, berprasangka jelek, membayangkan keelokan tubuh wanita, dan lainnya. Apalagi ketika kita sedang jatuh cinta, yang diingat dan disebut di dalam qolbu bukannya Nama Alloh melainkan nama sang kekasih, neneng .. neneng … neneeng saja yang ada di hati dan pikiran kita. Setelah menginjak dewasa, bukannya kita bertambah mahabbah kepada Alloh melainkan qolbu dan pikiran kita makin disibukkan oleh urusan keluarga dan pekerjaan, yang ada dalam qolbu dan pikiran kita hanya uang dan uang, pergi ke mana-mana yang dikejar hanya untuk urusan uang, jabatan, keluarga, dan sebagain lelaki adalah perempuan. Kapan kita akan tunduk dan takut kepada Maha Pencipta kita, kapan kawan? Segeralah sebelum pintu taubat ditutup.
{Kita diperintahkan mencari karunia Alloh, bahkan kalau bisa menjadi orang terpandang dan terkaya, tetapi semua kekayaan itu hanya sebatas di tangan jangan dimasukkan ke dalam hati, upayakan hati ini hanya untuk mengingat Alloh}
Mengaku cinta kepada Alloh dan sebagai hamba-Nya tetapi yang diingat dalam qolbu bukannya Ismu Dzat (allah..allah) melainkan makhluk-Nya dan selalu mengikuti nafsu, syahwat, keinginan, serta bisikan syaitan. Padahal yang disebut hamba Alloh adalah mereka yang selalu berdzikir kepada Alloh. Sesungguhnya hamba-Ku yang sebenarnya adalah yang selalu berdzikir kepada-Ku dan menolong kawannya (HR Tarmizi dan Thabrani). Mengaku cinta kepada Rasululloh SAW tetapi yang dilakukan banyak menyimpang dari tuntunannya, padahal beliau bersabda: Barang siapa yang segan mengikuti jejak sunnahku maka tidaklah ia termasuk golonganku (HR Muslim). Jadi pada dasarnya kita masih tergolong orang-orang lalai yang cenderung mempertuhankan nafsu, syahwat, keinginan, dan mengikuti bisikan syaitan yang semua itu tidak memberikan manfaat sedikitpun. Dengan kata lain kita masih durhaka kepada Alloh Azza wa Jalla bahkan syirik kepada-Nya.
Jika keadaan kita masih terus seperti itu wajar perilaku kita masih STMJ, tidak sesuai syariat Islam yang diridhoi Alloh SWT dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Seandainya kita banyak mengingat Alloh, insya-Alloh perilaku kita akan mengikuti jejak Rasululloh SAW bahkan Beliau dijadikan tuntunan sekaligus panutan. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Alloh dan kedatangan kiamat, dan dia banyak mengingat Alloh (QS Al-Ahzab:21).
Berdasarkan pengalaman penulis, ternyata gampang-gampang susah untuk dapat berdzikir kepada Alloh Azza wa Jalla di dalam qolbu ini setiap saat. Gampangnya hanya menyebut Ismu Dzat di dalam hati ini tanpa kata tanpa suara, susahnya lebih banyak lupanya daripada ingat kepada Maha Pencipta. Ingatnya satu menit sedangkan lupanya bisa berjam-jam.Astaghfirullohal-azhiim, ya Alloh ampuni dosa-dosaku yang telah lalai dalam berdzikir kepada-Mu. Semua ini akibat kerasnya qolbu bahkan lebih keras dari baja titania karena selalu dipakani dengan dosa dan cinta dunia (hubbud dunya) yang selalu condong kepada memperturutkan keinginan nafsu, syahwat, dan bisikan syaitan.
Indikator orang yang sudah lembut/halus qolbunya adalah mereka yang mudah menangis ketika ingat dosa-dosanya dan mudah menyebut Nama Alloh Azza wa Jalla di dalam hatinya karena jiwanya sudah terbebas dari kungkungan nafsu dan tidak cinta duniawi. Dengan sentuhan sedikit saja (misalnya membaca satu ayat Al-Qur’an) maka hatinya bergetar dan imannya bertambah, karena Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambahlah iman mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal(QS Al-Anfal:2). Maha Suci Alloh dengan segala firman-Nya.
Analogi qolbu orang-orang yang beriman seperti zat padat meleleh atau menyublim. Partikel-partikel zat padat tidak dapat bergerak (kaku) karena terikat satu sama lain pada posisi kisinya. Tetapi jika meleleh/menyublim, ikatan antar partikel-partikelnya lemah bahkan putus sehingga sedikit saja diberi kalor maka partikel-partikel tersebut akan bervibrasi (bergetar) dan melepaskan diri dari kekangan partikel-partikel yang lain. Demikian juga hati yang lembut, ketika disebut Ismu Dzat di dalam qolbunya bergetarlah si qolbu itu karena begitu cintanya kepada Alloh Azza wa Jalla. Ketika terdengar adzan mereka berbegas untuk menunaikan perintahnya. Fenomena ini mengingatkan saya sewaktu remaja, ketika sedang jatuh cinta, begitu mendengar namanya langsung si qolbu ini dag dig dug, dan apapun permintaannya diusahakan semaksimal mungkin karena saking cintanya kepada si dia.
Bagaimana caranya agar qolbu yang keras dan legam ini dapat berubah menjadi qolbu yang lembut dan halus (bermetamorfosis) sehingga dapat berdzikir khofi setiap saat selama kita beraktifitas di dunia yang penuh dengan bujukan nafsu dan tipu daya syaitan? Metode yang dapat dikembangkan cukup beragam dan multi dimensi sebagaimana diungkapkan di dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beberapa diantaranya diuraikan pada tulisan berikut (Bagian IV).
(bersambung)
(Sumber : Dokumen no.328 di Facebook Pemuda TQN Suryalaya
diposting oleh Wahyu Pratama)
Sumber tulisan : agama.kompasiana.com/2010/10/20/menggapai-marifat-ahlak-mulia-melalui-metode-dzikrulloh/
(bersambung)
(Sumber : Dokumen no.328 di Facebook Pemuda TQN Suryalaya
diposting oleh Wahyu Pratama)
Sumber tulisan : agama.kompasiana.com/2010/10/20/menggapai-marifat-ahlak-mulia-melalui-metode-dzikrulloh/
Posting Komentar
Posting Komentar