Menu

TQN PP.Suryalaya

 

(OLEH:KH.WAHFIUDIN,SE.,MBA., DI MASJID NURUL ASROR
PP.SURYALAYA  MANAKIB BULAN MEI 2008)

Manqobah ke-36 menceritakan tentang : Syekh Ahmad Kanji adalah pencari kayu bakar untuk memasak roti bagi para faqir. Setelah mengenakan mahkota dari Sayyid 'Abdul Qodir, gurunya (Syekh Abi Ishak Maghribi) berkata : "Sekarang engkau tidak layak mencri kayu bakar sebab kepalamu sudah dimahkotai dengan mahkota yang mulia." Namu Syekh Ahmad Kanji memohon izin dari gurunya untuk mencari kayu bakar. Ujar Gurunya : "Ya kalau begitu, terserah kamu." Ia pun berangkat ke gunung mengumpulkan kayu bakar lalu diikat. Waktu akan dipikul, kayu bakar itu melayang di atas kepala Syekh Ahmad Kanji kira-kira sehasta dari kepalanya. Lantas Syekh Ahmad Kanji pulang ke gurunya. Kayu bakar itu terus melayang mengikuti Syekh Ahmad Kanji. Setibanya di tempat gurunya, gurunya pun berkata : "Nah Syekh Ahmad, apa kataku, kamu tidak pantas lagi memikul kayu bakar, sebab sudah ditempati mahkota dan sorban yang mulia. Mulai sekarang, sudahlah jangan mencari kayu bakar. Engkau oleh Sayyid Abdul Qodir sudah ditunjukkan ke pangkat Rijaalullah."


Apa maksud dari Manqobah tersebut? 
Saya mencoba untuk meminta izin dan petunjuk dari Pangersa Abah Anom, karena Manaqib ini adalah "Panggungnya" Sulthon Auliya, Syekh Abdul Qodir al-Jailani, disinilah kita hadir untuk memuliakannya. 

Maksud dari Manqobah ke-36 itu adalah kita perlu mempercepat kaderisasi. Kita lihat, Pangersa Abah sudah semakin sepuh. Dalam tugas kesehariannya, beliau di bantu oleh keluarga yang mengelola pesantren, dibantu oleh Yayasan dan korwilnya di daerah serta dibantu oleh para Wakil Talqin dan para da'inya. 
Ketiga unsur inilah yang terlihat seperti TRIPOD harus bekerja sama antara satu dengan yang lainnya memaksimalkan kerja. Karena kita dihadapkan dengan tantangan dunia yang semakin besar yaitu : Harga komoditas yang semakin meningkat, krisis pangan dan global warming (pemanasan global) sehingga terjadi perubahan iklim, maka kinerja kita harus ditingkatkan. Untuk para Da'i, kita tidak bisa menggunakan cara-cara biasa dalam berdakwah karena zaman yang sedang kita hadapi berbeda dengan zaman dulu. 
Baik para wakil talqin atau da'i, dakwah harus dilakukan lebih sistematis. 
Sedangkan khusus untuk para Wakil Talqin, jangan sampai tugas baru yang sudah diberikan oleh Pangersa Abah dijadikan alat untuk "memperkaya diri", sehingga lupa dengan tujuan kita : Ilaahi Anta Maqshuudii, waridhooka mathluubii, a'thinii mahabbataka wa ma'rifataka. Jangan sampai kita yang sudah ditalqin oleh Pangersa Abah, kemudian meletakkan hal tersebut di bawah kepentingan pribadi kita yang bersifat duniawi yang pada akhirnya akan memecah belah ikhwan.

Oleh karena itu mari kita hadapi tantangan zaman yang semakin besar ini dengan terus Taqorub ilallaah (mendekatkan diri kepada Allah) melalui amaliah Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya. Keadaan zaman yang seperti ini, mengingatkan kepada kita akan sudah dekatnya hari kiamat. Beberapa hadits Nabi Muhammad SAW. menyebutkan bahwa :"Jarak waktu antara aku diutus dengan hari kiamat ini adalah seperti ini (nabi menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya)." Dalam hadits lain beliau bersabda : "Jarak antara umatku dengan hari kiamat seperti jarak waktu antara Ashar dan Maghrib". Kalau kita melihat sejarah umat Islam, maka umat ini telah berjaya pada tahun seribu hijriah yang lalu dan akan melemah selama 500 tahun kemudian. 
Saat ini, kita berada di tahun 1429 H. Dan seperti inilah kondisi umat Islam di dunia. Apakah setelah tahun 1500 H kita akan berjaya seperti masa lampau? Wallohu 'alam. Perkiraan tersebut didasarkan pada Hadits Nabi dan Qur'an. Kata Nabi, "Di saat umatku istiqomah, mereka akan berjaya dalam satu hari. Di saat umatku tidak istiqomah, mereka akan melemah selama setengah hari". Satu hari yang mana? 
Satu hari tersebut adalah hari-hari Allah. Dalam surat al-Hajj ayat 47 : "... Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu"

Kalau kiamat sudah dekat, apa yang sudah kita persiapkan untuk hari itu? 
Janganlah merasa sombong dengan ibadah yang telah kita lakukan. 
Jangan-jangan, shalat kita ada, tidak khusunya, puasa kita ada yang rusak, atau shodaqoh kita ada dicampuri riya. Kalau begitu, amal apa yang sudah kita kumpulkan. 

Kita hanya berharap, seperti Hadits yang telah beliau sampaikan bahwa : "Di hari kiamat nanti, engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai". 

Semoga kecintaan kita kepada Allah, kecintaan kita kepada Nabi, kecintaan kita kepada para Wali dan kecintaan kita kepada Guru Mursyid akan menjadikan kita bersama mereka di hari kiamat nanti. Selesai shalat kita selalu memohon kepada Allah : Ilaahi Anta Maqshuudii, waridhooka mathluubii, a'thinii mahabbataka wa ma'rifataka. "Tuhanku, hanya Engkaulah yang kumaksud dan keridhoan-Mulah yang kucari, berilah aku kemampuan untuk mencintaimu dan ma'rifat kepada-Mu"

(Terimakasih kepada: www.suryalaya.org)

Posting Komentar

 
Top