Data ini berdasarkan laporan transparansi
sejumlah situs online yang
dioperasikan oleh Google. Situs ini mengukur lalu lintas situs yang diakses
melalui Google ke seluruh negara dunia. Mesin pencarian Google dan Google Mail
(Gmail) yang terimbas paling signifikan.
Hubungan raksasa internet ini dengan pemerintah
Cina akhir-akhir ini kian memburuk. "Kami sudah memeriksa apa kesalahan
yang mungkin diperbuat. Tapi, tidak ada yang salah dari pihak kami," kata
juru bicara Google seperti dilansir The Guardian, Ahad (11/11/2012).
Layanan video Youtube yang diakses lewat Google
mulai bisa diakses di Cina sejak 2009 lalu. Namun, Google kesulitan untuk
mengakses internet Cina untuk dimasukkan ke dalam program Google. "Mereka
memblokir internetnya secara sporadis," kata juru bicara Google.
Mei lalu, Google mengubah metode layanan pencarian
di Cina. Nantinya, jika seseorang mengakses sebuah web, maka akan keluar
peringatan jika web yang diakses termasuk ke dalam daftar web yang dilarang.
UPAYA PEMBOBOLAN GMAIL OLEH HACKER DI CHINA:
Raksasa pencarian, Google pada tahun lau
(02/6/2011) itu mengatakan hacker berupaya membobol ratusan akun email,
termasuk milik pejabat pemerintah AS, aktivis dan jurnalis Cina.
Google kembali menghadapi upaya pembobolan, kali
ini giliran sistem Gmail yang diserang. Atas insiden itu, Google menuding para
hacker di Cina sebagai biang keladi.
Pelaku yang belum diidentifikasi, diduga berasal
dari Jinan berupaya masuk paksa dengan mencuri kata sandi. Namun Google
berhasil mengendus dan menghadang upaya pembobolan tersebut.
Insiden tersebut muncul setelah setahun Google
mengungkap serangan dari dunia maya terhadap sistemnya. Berdasar pelacakan,
perusahaan menyatakan serangan berasal dari Cina, dan sekaligus mengisyaratkan
peristiwa itu dapat memperburuk hubungan yang telah tegang antara raksasa web
itu dengan Beijing.
Serangan itu lagi-lagi memicu debat lama seputar
penyensoran dan kontrol ketat negeri tirai bambu itu terhadap internet
"Semua orang, terutama investor ingin tahu
bagaimana Google menyiasati bisnis di Cina dan ikut meraup pertumbuhan ekonomi
negara itu," ujar seorang pengamat dari Cowen and Co, Jim Friedland
"Sudah menjadi hubungan sulit sejak pertama
kali dan peristiwa kali ini kian menyoroti bahwa Google dan Cina akan terus
memiliki hubungan sulit."
Serangan Serius
"Kami beru-baru ini menemukan serangan
dengan cara mengumpulkan kata sandi pengguna," ujar Google dalam blog
perusahaan, Selasa (2/5). "Tujuannya untuk memantau lalu lintas konten
email-email yang ditarget."
Google menyatakan serangan cenderung menyasar
email-email pribadi di antaranya milik pejabat senior AS, aktivis politik Cina,
pejabat di beberapa negara ASIA--terutama Korea Selatan, pejabat militer dan
para kuli tinta.
Insiden tidak hanya memperparah hubungan Google
dan Cina, tetapi juga Washington dan Beijing dengan sengketa seputar hak asasi
manusia dan perdagangan.
Serangan yang terungkap pada Rabu lalu juga
menarget sejumah korporat besar di Barat. AS mengingatkan serangan berbasis
komputer itu diperkirakan serius dan membahayakan--bahkan berpotensi
memunculkan balasan militer di dunia maya. Meski, para pengamat menyatakan bisa
jadi sulit melacak keakuratan sumber aslinya.
Perusahaan penyedia teknologi informasi
pemerintah AS terbanyak, Lockheed Martin, pekan lalu juga menyatakan perusahaan
baru-baru ini telah menggagalkan serangan nyata cukup berbahaya yang mencoba
membobol sistem jaringan mereka. Namun, Lockheed menyatakan tak ada tanda bahwa
serangan berasal dari Cina.
Menanggapi itu, Gedung Putih menyatakan sedang
memeriksa insiden tersebut. "Kami tengah mempelajari laporan dan mengumpulkan
fakta-fakta," ujar jurubicara Gedung Putih, Tommy Vietor. "Kami tak
bisa langsung mempercayai bahwa ada satu pun email pejabat pemerintah AS yang
diakses."
Serangan yang Umum Terjadi
Serangan dunia maya dari Cina, menurut Kepala
divisi keamanan teknologi di perusahaan telekomunikasi BT, Bruce Schneier,
bukan hal baru. Bahkan, imbuhnya, serangan itu kerap terjadi dalam beberapa
tahun terakhir,
"Bukan hanya hanya dari pemerintah Cina,
namun aktor independen di dalam Cina yang beoperasi dibawah restu pemerintah,"
ujarnya.
Tahun lalu, para hacker menarget infrastruktur
Google. Kali ini, mereka mencoba mengakses email dengan mencuri kata sandi.
Menurut raksasa web itu, si pelaku mengubah
pengaturan sistem foward dalam
email pengguna. Google menduga dengan cara itu, hacker kemudian mengirim email
pribadi si korban ke penerima lain.
Bruce tidak heran dengan insiden terbaru itu.
"Selama lima tahun terakhir sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Cina
melakukan praktek mata-mata melalui internet," ujarnya.
Ia malah mempertanyakan, jika praktek macam itu
dilakukan sejak dulu, mengapa baru sekarang Google mengungkap ada serangan.
Bahkan Google juga mengungkap sosok-sosok pemilik email yang ditarget.
ALAT POLITIK :
Masih pada bulan Juni tahun
lalu sebagaimana yang dikutip dikutip Reuters (06/06/20) Google
sudah menjadi "alat politik" untuk menjelekkan pemerintah China,
demikian laporan sebuah surat kabar resmi China seperti .
Koran ini juga memperingatkan bahwa pernyataan
raksasa internet Amerika Serikat mengenai serangan peretasan yang ditudingkan
kepada China bisa merugikan bisnis perusahaan itu.
Peringatan keras itu terbit di edisi luar negeri
Harian Rakyat, surat kabar terdepan Partai Komunis yang berkuasa di
China. Peringatan itu mengindikasikan bahwa ketegangan politik antara
Amerika Serikat dan China atas keamanan internet bisa berkepanjangan.
Minggu lalu, Google mengatakan mereka berhasil
menggagalkan usaha pencurian kata sandi milik ratusan pemilik akun
email Google, termasuk pejabat pemerintah AS, pembela hak asasi manusia dan
para jurnalis. Mereka mengatakan tampaknya serangan itu datang dari China.
Kementerian Luar Negeri China menolak tuduhan
itu, sementara surat kabar Partai Komunis itu memperingatkan Google tengah
memainkan permainan politik berbahaya.
Dengan mengatakan bahwa para aktivis HAM juga
menjadi target peretasan, Google "sengaja menjadi kaki tangan untuk
menciptakan persepsi negatif Barat terhadap China, dan benar-benar
mengisyaratkan bahwa serangan peretas merupakan kerja pemerintah China,"
demikian ulasan halaman pertama Harian Rakyat dalam edisi luar negerinya.
"Tuduhan Google kepada China itu palsu,
memiliki motif-motif tersembunyi, dan bermaksud memfitnah," demikian
ulasan yang ditulis seorang editor surat kabar itu.
"Google tidak harus menjadi terlalu jauh
terlibat dalam pertarungan politik internasional dengan berperan sebagai alat
politik," tambah surat kabar itu.
"Pada saat angin internasional berganti
arah, Google bisa menjadi korban politik dan akan ditolak oleh pasar,"
kata surat kabar itu, tanpa menjelaskan bagaimana bisnis Google akan rugi.
Perselisihan terakhir dengan Google bisa membawa
kebijakan internet kembali menjadi fokus hubungan AS-China, sekaligus
mengulangi ketegangan tahun lalu saat pemerintahan Obama menanggapi keluhan
Google mengenai peretas dan sensor dari China.
Google sebagian menarik diri dari China setelah
perselisihan itu. Sejak itu, mereka kehilangan lebih banyak sahamnya dari
pesaing mereka Baidu Inc di pasar China, yang merupakan terbesar di dunia dalam
jumlah pengguna dengan lebih dari 350 juta pengguna.
Minggu lalu Google mengatakan bahwa serangan
tampaknya datang dari Jinan, ibukota provinsi Shandong di timur China dan rumah
bagi dinas intelejen Tentara Pembebasan Rakyat (angkatan bersenjata China).
Menteri Pertahanan AS Robert Gates sepanjang
akhir pekan lalu memperingatkan bahwa Washington disiapkan untuk menggunakan
kekuatan melawan serangan cyber yang dianggap sebagai aksi perang.
Pada Februari, situs-situs China di luar negeri
yang terinspirasi oleh demonstrasi anti-otoriter di dunia Arab, telah
menyerukan demonstrasi di seluruh China. Seruan ini mendorong China
meningkatkan sensor internet.
Dan China sudah memblokir situs jejaring sosial
utama seperti Facebook dan Twitter.
Posting Komentar
Posting Komentar