-Nabi Muhammad S.A.W. tidak pernah meninggalkan Qunut Subuh hingga Beliau wafat (Hadist Riwayat Daaroquthny), Lihat pula Tafsir AL-Qurthuby Surah AliImron 128 seperti pada gambar di atas- |
A. Hukum Membaca Qunut Subuh
Di dalam madzab syafii sudah disepakati bahwa membaca doa qunut
dalam shalat subuh pada I’tidal rekaat kedua adalah sunnah ab’ad. Sunnah
Ab’ad artinya diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa
mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan sujud syahwi.
Tersebut dalam Al majmu’ syarah muhazzab jilid III/504 sebagai
berikut :
“Dalam madzab syafei disunnatkan qunut pada waktu shalat subuh baik
ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas
ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang
berpendapat demikian adalah Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin
affan, Ali bin abi thalib, Ibnu abbas, Barra’ bin Azib – semoga Allah
meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang
shahih. Banyak pula orang tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat
demikian. Inilah madzabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Shalih, Malik dan Daud.”
Dalam kitab al-umm jilid I/205 disebutkan bahwa Imam syafei berkata :
“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat subuh. Kecuali
jika terjadi bencana, maka boleh qunut pada semua shalat jika imam menyukai”.
Imam Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam kitab Al-Mahalli jilid I/157
:
“Disunnahkan qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat subuh dan
dia adalah “Allahummahdinii fiman hadait….hingga akhirnya”.
Demikian keputusan hokum tentang qunut subuh dalam madzab syafii.
B. Dalil-Dalil Sunnahnya qunut subuh
Berikut ini dikemukakan dalil dalil tentang Sunnahnya qunut subuh
yang diantaranya adalah sebagai berikut :
Hadits dari Anas ra.: “Bahwa Nabi saw. pernah qunut selama satu
bulan sambil mendoakan kecelakaan atas mereka kemudian Nabi
meninggalkannya.Adapun pada shalat subuh, maka Nabi melakukan qunut hingga
beliau meninggal dunia”
Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok huffadz dan mereka juga ikut
meriwayatkannya dan mereka juga ikut menshahihkannya. Diantara ulama yang
mengakui keshahihan hadis ini adalah Hafidz Abu Abdillah Muhammad ali
al-balkhi dan Al-Hakim Abu Abdillah pada beberapa tempat di kitabnya serta
imam Baihaqi. Hadits ini juga turut di riwayatkan oleh Darulquthni dari
beberapa jalan dengan sanad-sanad yang shahih.
حدثنا عمرو بن علي الباهلي ، قال : حدثنا خالد بن يزيد ، قال
: حدثنا أبو جعفر الرازي ، عن الربيع ، قال : سئل أنس عن قنوت (1) النبي صلى الله عليه وسلم : « أنه قنت شهرا » ، فقال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يقنت حتى مات قالوا :
فالقنوت في صلاة الصبح لم يزل من عمل النبي صلى الله عليه وسلم حتى فارق الدنيا ،
قالوا : والذي روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قنت شهرا ثم تركه ،
إنما كان قنوته على من روي عنه أنه دعا عليه من قتلة أصحاب بئر معونة ،
من رعل وذكوان وعصية وأشباههم ، فإنه قنت يدعو عليهم في كل صلاة ،
ثم ترك القنوت عليهم ، فأما في الفجر ، فإنه لم يتركه حتى فارق الدنيا ،
كما روى أنس بن مالك عنه صلى الله عليه وسلم في ذلك وقال آخرون :
لا قنوت في شيء من الصلوات المكتوبات ، وإنما القنوت في الوتر
Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin
Yazid, dikatakan Jakfar Arraziy, dari Arrabi’ berkata : Anas ra ditanya
tentang Qunut Nabi saw bahwa apakah betul beliau saw berqunut sebulan, maka
berkata Anas ra : beliau saw selalu terus berqunut hingga wafat, lalu mereka
mengatakan maka Qunut Nabi saw pada shalat subuh selalu berkesinambungan
hingga beliau saw wafat, dan mereka yg meriwayatkan bahwa Qunut Nabi saw
hanya sebulan kemudian berhenti maka yg dimaksud adalah Qunut setiap shalat
untuk mendoakan kehancuran atas musuh musuh, lalu (setelah sebulan) beliau
saw berhenti, namun Qunut di shalat subuh terus berjalan hingga beliau saw
wafat. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 2 hal 211 Bab Raf’ul yadayn
filqunut, Sunan Imam Baihaqi ALkubra Juz 3 hal 41, Fathul Baari Imam Ibn
Rajab Kitabusshalat Juz 7 hal 178 dan hal 201, Syarh Nawawi Ala shahih Muslim
Bab Dzikr Nida Juz 3 hal 324, dan banyak lagi).
2. Hadits dari Awam Bin Hamzah dimana beliau berkata :
“Aku bertanya kepada Utsman –semoga Allah meridhoinya- tentang
qunut pada Subuh. Beliau berkata : Qunut itu sesudah ruku. Aku bertanya :”
Fatwa siapa?”, Beliau menjawab : “Fatwa Abu Bakar, Umar dan Utsman
Radhiyallahu ‘anhum”.
Hadits ini riwayat imam Baihaqi dan beliau berkata : “Isnadnya
Hasan”. Dan Baihaqi juga meriwayatkan hadits ini dari Umar Ra. Dari beberapa
jalan.
3. Hadits dari Abdullah bin Ma’qil at-Tabi’i
“Ali Ra. Qunut pada shalat subuh”.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits tentang Ali
Ra. Ini shahih lagi masyhur.
4. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh dan
maghrib”. (HR. Muslim).
5. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh”. (HR.
Muslim).
Hadits no. 4 diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dengan tanpa
penyebutan shalat maghrib. Imam Nawawi dalam Majmu’ II/505 mengatakan :
“Tidaklah mengapa meninggalkan qunut pada shalat maghrib karena qunut
bukanlah sesuatu yang wajib atau karena ijma ulama menunjukan bahwa qunut
pada shalat maghrib sudah mansukh hukumnya”.
6. Hadits dari Abi rofi’
“Umar melakukan qunut pada shalat subuh sesudah ruku’ dan mengangkat
kedua tangannya serta membaca doa dengn bersuara”. (HR Baihaqi dan
ia mengatakan hadis ini shahih).
7. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut
pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary
Muslim).
8. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada
rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa :
“Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
9. Hadits dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra.
Beliau berkata :
“Aku diajari oleh rasulullah Saw. beberapa kalimat yang aku ucapkan
pada witir yakni : Allahummah dini fii man hadait ….dan
seterusnya” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan selain mereka dengan
isnad yang shahih)
10. Hadits dari Ibnu Ali bin Thalib ra. (Berkaitan
dengan hadist no. 9 )
Imam Baihaqi meriwayatkan dari Muhammad bin Hanafiah dan beliau
adalah Ibnu Ali bin Thalib ra. Beliau berkata :
“Sesungguhnya doa ini adalah yang dipakai oleh bapakku pada waktu
qunut diwaktu shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
11. Hadist doa qunut subuh dari Ibnu Abbas ra. :
Tentang doa qunut subuh ini, Imam baihaqi juga meriwayatkan dari
beberapa jalan yakni ibnu abbas dan selainnya:
“Bahwasanya Nabi Saw. mengajarkan doa ini (Allahummah dini fii man
hadait ….dan seterusnya) kepada para shahabat agar mereka berdoa dengannya
pada waktu qunut di shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
Demikianlah Beberapa Dalil yang dipakai para ulama-ulama shlusunnah
dari madzab syafiiyah berkaitan dengan fatwa mereka tentang qunut subuh.
Dari sini dapat dilihat keshahihan hadis-hadisnya karena dishahihkan
oleh Imam-imam hadits ahlusunnah yang terpercaya. Hati-hati dengan
orang-orang khalaf akhir zaman yang lemah hafalan hadisnya tetapi mengaku
ahli hadis dan banyak mengacaukan hadis-hadis seperti mendoifkan hadis shahih
dan sebaliknya.
C. Tempat Qunut Subuh dan nazilah adalah Sesudah ruku rekaat
terakhir.
Tersebut dalam Al-majmu Jilid III/506 bahwa : “Tempat qunut itu
adalah sesudah mengangkat kepala dari ruku. Ini adalah ucapan Abu Bakar
as-shidiq, Umar bin Khattab dan Utsman serta Ali ra.hum.
Mengenai Dalil-dalil qunut sesudah ruku :
Hadits dari Abu Hurairah :
“Bahwa Nabi Qunut sesungguhnya sesudah ruku” (HR. Bukhary
muslim).
2. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut
pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary
Muslim).
3. Hadis dari Anas Ra.
“Bahwa Nabi Saw. melakukan qunut selama satu bulan sesudah ruku pada
subuh sambil mendoakan kecelakaan keatas bani ‘ushayyah” (HR. Bukhary
Muslim).
4. Hadits Dari Awam Bin hamzah dan Rofi yang sudah disebutkan pada
dalil 4 dan 5 tentang kesunnatan qunut subuh.
5. Riwayat Dari Ashim al-ahwal dari Anas Ra. :
“Bahwa Anas Ra. Berfatwa tentang qunut sesudah ruku”.
6. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada
rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa :
“Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
7. Hadits Riwayat dari Salim dari Ibnu umar ra.
“Bahwasanya ibnu umar mendengar rasulullah SAW apabila beliau
mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat terakhir shalat subuh, beliau
berkata : “Ya Allah laknatlah sifulan dan si fulan”, sesudah beliau
menucapkan sami’allahu liman hamidah. Maka Allah menurunkan Ayat: “Tidak ada
bagimu sesuatu pun urusan mereka itu atau dari pemberian taubat terhadap mereka
karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dzalim “(HR Bukhary).
Terlihat jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut subuh, dilakukan
setalah ruku. Adapun ada riwayat yang menyatakan sebelum ruku, Imam Baihaqi
mengatkan dalam kita Al-majmu :
“Dan orang-orang yang meriwayatkan qunut sesudah ruku lebih banyak
dan lebih kuat menghafal hadis, maka dialah yang lebih utama dan inilah
jalanya para khalifah yang memperoleh petunjuk – radhiyallahu ‘anhum- pada
sebagian besar riwayat mereka, wallahu a’lam”.
D. Jawaban untuk orang-orang yang membantah sunnahnya qunut
subuh
Ada yang mendatangkan Hadits bahwa Ummu salamah berkata :
“Bahwa Nabi Saw. melarang qunut pada waktu subuh “ (Hadis ini Dhoif).
Jawaban : Hadist ini dhaif karena periwayatan dari Muhammad
bin ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya
dari ummu salamah. Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah
dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu salamah”. Tersebut
dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh Imam Bukhary
bahwa ia banyak menhilangkan hadis. Abu hatim mengatakan ianya matruk”
(Mizanul I’tidal IV/70).
Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Baihaqi hadisnya matruk.
Sedangkan Abdullah adalah orang banyak meriwayatkan hadis mungkar. (Mizanul
I’tidal II/422).
2. Ada yang mengajukan Hadis bahwa Ibnu Abbas ra.
Berkata :
“Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah”
Jawaban : Hadis ini dhaif sekali (daoif jiddan) karena imam
Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan beliau sendiri mengatakan
bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang yang
ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu abbas
sendiri mengatakan :
“Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.
3. Ada juga yang mengetangahkan riwayat Ibnu mas’ud yang
mengatakan :
“Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.
Jawaban : Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al majmu
sangatlah dhoif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as-suhaili yang
ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadis. Tersebut dalam mizanul I’tidal
karangan az-zahaby bahwa Muhammad bin jabir as-suahaimi adalah orang yang
dhoif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i. Imam Bukhary
mengatakan: “ia tidak kuat”. Imam Ibnu Hatim mengatakan : “Ia
dalam waktu akhirnya menjadi pelupa dan kitabnya telah hilang”. (Mizanul
I’tidal III/492).
Dan juga kita dapat menjawab dengan jawaban terdahulu bahwa orang
yang mengatakan“ada” lebih didahulukan daripada yang
mengatakan “tidak ada” berdasarkan kaidah “Al-mutsbit muqaddam
alan naafi”.
4. Ada orang yg berpendapat bahawa Nabi Muhammad saw melakukan
qunut satu bulan shj berdasarkan hadith Anas ra, maksudnya:
“Bahawasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk
sambil mendoakan kecelakaan ke atas beberapa puak Arab kemudian baginda
meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Jawaban : Hadith daripada Anas tersebut kita akui sebagi hadith
yg sahih kerana terdapat dlm kitab Bukhari dan Muslim. Akan tetapi yg menjadi
permasalahan sekarang adalah kata:(thumma tarakahu= Kemudian Nabi
meninggalkannya).
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu?
Meninggalkan qunutkah? Atau meninggalkan berdoa yg mengandungi
kecelakaan ke atas puak-puak Arab?
Untuk menjawab permasalahan ini lah kita perhatikan baik2 penjelasan
Imam Nawawi dlm Al-Majmu’jil.3,hlm.505 maksudnya:
“Adapun jawapan terhadap hadith Anas dan Abi Hurairah r.a dlm
ucapannya dengan (thumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan doa
kecelakaan ke atas orang2 kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka
shj. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut pada selain
subuh. Pentafsiran spt ini mesti dilakukan kerana hadith Anas di dlm
ucapannya ’sentiasa Nabi qunut di dlm solat subuh sehingga beliau meninggal
dunia’
adalah sahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara
kedua-duanya.”
Imam Baihaqi meriwayatkan dan Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya
beliau berkata, maksudnya:
“Hanyalah yg ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.”
Tambahan lagi pentafsiran spt ini dijelaskan oleh riwayat Abu
Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:
“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”
Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa qunut Nabi yg satu
bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut inilah yg ditinggalkan, bukan qunut
pada waktu solat subuh.
5. Ada juga orang-orang yg tidak menyukai qunut mengemukakan
dalil hadith Saad bin Thariq yg juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kpd
bapaku, wahai bapa! sesungguhnya engkau pernah solat di belakang Rasulullah
saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah selama kurang
lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan qunut?. Dijawab oleh
bapanya:”Wahai anakku, itu adalah bid’ah.” Diriwayatkan oleh Tirmizi.
Jawaban :
Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh menghairankan
kerana hadith2 tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yg melakukan qunut
banyak sangat sama ada di dlm kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud,
Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan terpakai
di dalam mazhab Syafie dan juga mazhab Maliki.
Hal ini disebabkan oleh kerana beribu-ribu orang telah melihat Nabi
melakukan qunut, begitu pula sahabat baginda. Manakala hanya Thariq seorang
shj yg mengatakan qunut itu sebagai amalan bid’ah.
Maka dalam masalah ini berlakulah kaedah usul fiqh iaitu:
“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yg menafikan.
Tambahan lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih banyak drpd orang yg
mengatakan TIDAK ADA.
Seperti inilah jawapan Imam Nawawi didlm Al-Majmu’ jil.3,hlm.505,
maksudnya:
“Dan jawapan kita terhadap hadith Saad bin Thariq adalah bahawa
riwayat orang2 yg menetapkan qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan
juga mereka lebih banyak. Oleh itu wajiblah mendahulukan mereka”
Pensyarah hadith Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan komen
yang sama terhadap hadith Saad bin Thariq itu. Beliau mengatakan:”Telah sah
dan tetap bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut dlm solat subuh, telah
tetap pula bahawa Nabi ada qunut sebelum rukuk atau sesudah rukuk, telah
tetap pula bahawa Nabi ada melakukan qunut nazilah dan para khalifah di
Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar mengatakan bahawa qunut itu
sunat, telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Oleh itu janganlah kamu tengok
dan jgn pula ambil perhatian terhadap ucapan yg lain daripada itu.”
Bahkan ulamak ahli fiqh dari Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafie
Hazami di dalam kitabnya Taudhihul Adillah ketika memberi komen terhadap
hadith Saad bin Thariq itu berkata:
“Sudah terang qunut itu bukan bid’ah menurut segala riwayat yg ada
maka yg bid’ah itu adalah meragukan kesunatannya sehingga masih bertanya-tanya
pula. Sudah gaharu cendana pula, sudahh tahu bertanya pula”
Dgn demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yg mengatakan
bahawa Abu Malik itu jangan diikuti hadithnya dlm masalah qunut.(Mizanul
I’tidal jil.2,hlm.122).
6. Kelompok anti madzab katakan : Dalam hadis-hadis yang disebutkan
diatas, qunut bermakna tumaninah/khusu’?
Jawab : Dalam hadis2 yang ada dlm artikel salafytobat smuanya
berarti seperti dalam topik yang dibicarakan “qunut” = berdoa pada waktu
berdiri (setelah ruku)…
qunut dalam hadis-hadis tersebut bukan berati tumaninah atau
ruku.!!!
Mengenai hadis “qunut” yang bermakna tumaninah/khusu/dsb
Diriwayatkan dari Jabir Ra. katanya Rasulullah saw. bersabda :
afdlalu shshalah thuululqunuut
artinya : “shalah yg paling baik ialah yang paling panjang
qunutnya “
Dalam menjelaskan ayat alqur’an :
“Dan berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dalam keadaan
“qanitiin” (al-baqarah 238) (HR Ibnu abi syaibah, muslim, tirmidzi, Ibnu
Majah seperti dalam kitan Duurul mantsur).
Mujtahid Rah. maksud qanitiin disini termasuklah ruku, khusyu, rekaat
yang panjang/lama berdiri, mata tunduk kebawah, takut kepada Allah swt.
Makna qanitiin juga berarti diam atau senyap. Sebelum turun ayat
ini , masih dibolehkan berbicara dalam shalat, melihat keatas, kebawah,
kesana-kemari, dsb…(lihat hadist bukhary muslim). Setelah turun ayat ini,
perkara-perkara tersebut tidak dibolehkan. (Duurul mantsur)
E. Pendapat Imam Madzab tentang qunut
1. Madzab Hanafi :
Disunatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sebelum ruku. Adapun
qunut pada shalat subuh tidak disunatkan. Sedangkan qunut Nazilah disunatkan
tetapi ada shalat jahriyah saja.
2. Madzab Maliki :
Disunnatkan qunut pada shalat subuh dan tempatnya yang lebih utama
adalah sebelum ruku, tetapi boleh juga dilakukan setelah ruku. Adapun qunut
selain subuh yakni qunut witir dan Nazilah, maka keduanya dimakruhkan.
3. Madzab Syafii
Disunnatkan qunut pada waktu subuh dan tempatnya sesudah ruku. Begitu
juga disunnatkan qunut nazilah dan qunut witir pada pertengahan bulan
ramadhan.
4. Madzab Hambali
Disunnatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sesudah ruku.
Adapun qunut subuh tidak disunnahkan. Sedangkan qunut nazilah disunatkan dan
dilakukan diwaktu subuh saja.
Semoga kita dijadikan oleh Allah asbab hidayah bagi kita dan ummat
seluruh alam.
(Sumber referensi : benderaaswaja.com)
A. Hukum Membaca Qunut Subuh
Di dalam madzab syafii sudah disepakati bahwa membaca doa qunut
dalam shalat subuh pada I’tidal rekaat kedua adalah sunnah ab’ad. Sunnah
Ab’ad artinya diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa
mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan sujud syahwi.
Tersebut dalam Al majmu’ syarah muhazzab jilid III/504 sebagai
berikut :
“Dalam madzab syafei disunnatkan qunut pada waktu shalat subuh baik
ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas
ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang
berpendapat demikian adalah Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin
affan, Ali bin abi thalib, Ibnu abbas, Barra’ bin Azib – semoga Allah
meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang
shahih. Banyak pula orang tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat
demikian. Inilah madzabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Shalih, Malik dan Daud.”
Dalam kitab al-umm jilid I/205 disebutkan bahwa Imam syafei berkata :
“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat subuh. Kecuali
jika terjadi bencana, maka boleh qunut pada semua shalat jika imam menyukai”.
Imam Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam kitab Al-Mahalli jilid I/157
:
“Disunnahkan qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat subuh dan
dia adalah “Allahummahdinii fiman hadait….hingga akhirnya”.
Demikian keputusan hokum tentang qunut subuh dalam madzab syafii.
B. Dalil-Dalil Sunnahnya qunut subuh
Berikut ini dikemukakan dalil dalil tentang Sunnahnya qunut subuh
yang diantaranya adalah sebagai berikut :
Hadits dari Anas ra.: “Bahwa Nabi saw. pernah qunut selama satu
bulan sambil mendoakan kecelakaan atas mereka kemudian Nabi meninggalkannya.Adapun
pada shalat subuh, maka Nabi melakukan qunut hingga beliau meninggal dunia”
Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok huffadz dan mereka juga ikut
meriwayatkannya dan mereka juga ikut menshahihkannya. Diantara ulama yang
mengakui keshahihan hadis ini adalah Hafidz Abu Abdillah Muhammad ali
al-balkhi dan Al-Hakim Abu Abdillah pada beberapa tempat di kitabnya serta
imam Baihaqi. Hadits ini juga turut di riwayatkan oleh Darulquthni dari
beberapa jalan dengan sanad-sanad yang shahih.
حدثنا عمرو بن علي الباهلي ، قال : حدثنا خالد بن يزيد ، قال :
حدثنا أبو جعفر الرازي ، عن الربيع ، قال : سئل أنس عن قنوت
(1) النبي صلى الله عليه وسلم : « أنه قنت شهرا »
، فقال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يقنت حتى مات قالوا :
فالقنوت في صلاة الصبح لم يزل من عمل النبي صلى الله عليه وسلم حتى فارق الدنيا ،
قالوا : والذي روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قنت شهرا ثم تركه ،
إنما كان قنوته على من روي عنه أنه دعا عليه من قتلة أصحاب بئر معونة ،
من رعل وذكوان وعصية وأشباههم ،
فإنه قنت يدعو عليهم في كل صلاة ، ثم ترك القنوت عليهم ، فأما في الفجر ،
فإنه لم يتركه حتى فارق الدنيا ، كما روى أنس بن مالك عنه صلى الله عليه وسلم في ذلك
وقال آخرون : لا قنوت في شيء من الصلوات المكتوبات ، وإنما القنوت في الوتر
Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin
Yazid, dikatakan Jakfar Arraziy, dari Arrabi’ berkata : Anas ra ditanya
tentang Qunut Nabi saw bahwa apakah betul beliau saw berqunut sebulan, maka
berkata Anas ra : beliau saw selalu terus berqunut hingga wafat, lalu mereka
mengatakan maka Qunut Nabi saw pada shalat subuh selalu berkesinambungan
hingga beliau saw wafat, dan mereka yg meriwayatkan bahwa Qunut Nabi saw
hanya sebulan kemudian berhenti maka yg dimaksud adalah Qunut setiap shalat
untuk mendoakan kehancuran atas musuh musuh, lalu (setelah sebulan) beliau
saw berhenti, namun Qunut di shalat subuh terus berjalan hingga beliau saw
wafat. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 2 hal 211 Bab Raf’ul yadayn
filqunut, Sunan Imam Baihaqi ALkubra Juz 3 hal 41, Fathul Baari Imam Ibn
Rajab Kitabusshalat Juz 7 hal 178 dan hal 201, Syarh Nawawi Ala shahih Muslim
Bab Dzikr Nida Juz 3 hal 324, dan banyak lagi).
2. Hadits dari Awam Bin Hamzah dimana beliau berkata :
“Aku bertanya kepada Utsman –semoga Allah meridhoinya- tentang
qunut pada Subuh. Beliau berkata : Qunut itu sesudah ruku. Aku bertanya :”
Fatwa siapa?”, Beliau menjawab : “Fatwa Abu Bakar, Umar dan Utsman
Radhiyallahu ‘anhum”.
Hadits ini riwayat imam Baihaqi dan beliau berkata : “Isnadnya
Hasan”. Dan Baihaqi juga meriwayatkan hadits ini dari Umar Ra. Dari beberapa
jalan.
3. Hadits dari Abdullah bin Ma’qil at-Tabi’i
“Ali Ra. Qunut pada shalat subuh”.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits tentang Ali
Ra. Ini shahih lagi masyhur.
4. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh dan
maghrib”. (HR. Muslim).
5. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh”. (HR.
Muslim).
Hadits no. 4 diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dengan tanpa
penyebutan shalat maghrib. Imam Nawawi dalam Majmu’ II/505 mengatakan :
“Tidaklah mengapa meninggalkan qunut pada shalat maghrib karena qunut
bukanlah sesuatu yang wajib atau karena ijma ulama menunjukan bahwa qunut
pada shalat maghrib sudah mansukh hukumnya”.
6. Hadits dari Abi rofi’
“Umar melakukan qunut pada shalat subuh sesudah ruku’ dan mengangkat
kedua tangannya serta membaca doa dengn bersuara”. (HR Baihaqi dan
ia mengatakan hadis ini shahih).
7. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut
pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary
Muslim).
8. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada
rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa :
“Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
9. Hadits dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra.
Beliau berkata :
“Aku diajari oleh rasulullah Saw. beberapa kalimat yang aku ucapkan
pada witir yakni : Allahummah dini fii man hadait ….dan
seterusnya” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan selain mereka dengan
isnad yang shahih)
10. Hadits dari Ibnu Ali bin Thalib ra. (Berkaitan
dengan hadist no. 9 )
Imam Baihaqi meriwayatkan dari Muhammad bin Hanafiah dan beliau
adalah Ibnu Ali bin Thalib ra. Beliau berkata :
“Sesungguhnya doa ini adalah yang dipakai oleh bapakku pada waktu
qunut diwaktu shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
11. Hadist doa qunut subuh dari Ibnu Abbas ra. :
Tentang doa qunut subuh ini, Imam baihaqi juga meriwayatkan dari
beberapa jalan yakni ibnu abbas dan selainnya:
“Bahwasanya Nabi Saw. mengajarkan doa ini (Allahummah dini fii man
hadait ….dan seterusnya) kepada para shahabat agar mereka berdoa dengannya
pada waktu qunut di shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
Demikianlah Beberapa Dalil yang dipakai para ulama-ulama shlusunnah
dari madzab syafiiyah berkaitan dengan fatwa mereka tentang qunut subuh.
Dari sini dapat dilihat keshahihan hadis-hadisnya karena dishahihkan
oleh Imam-imam hadits ahlusunnah yang terpercaya. Hati-hati dengan
orang-orang khalaf akhir zaman yang lemah hafalan hadisnya tetapi mengaku
ahli hadis dan banyak mengacaukan hadis-hadis seperti mendoifkan hadis shahih
dan sebaliknya.
C. Tempat Qunut Subuh dan nazilah adalah Sesudah ruku rekaat
terakhir.
Tersebut dalam Al-majmu Jilid III/506 bahwa : “Tempat qunut itu
adalah sesudah mengangkat kepala dari ruku. Ini adalah ucapan Abu Bakar
as-shidiq, Umar bin Khattab dan Utsman serta Ali ra.hum.
Mengenai Dalil-dalil qunut sesudah ruku :
Hadits dari Abu Hurairah :
“Bahwa Nabi Qunut sesungguhnya sesudah ruku” (HR. Bukhary
muslim).
2. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut
pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary
Muslim).
3. Hadis dari Anas Ra.
“Bahwa Nabi Saw. melakukan qunut selama satu bulan sesudah ruku pada
subuh sambil mendoakan kecelakaan keatas bani ‘ushayyah” (HR. Bukhary
Muslim).
4. Hadits Dari Awam Bin hamzah dan Rofi yang sudah disebutkan pada
dalil 4 dan 5 tentang kesunnatan qunut subuh.
5. Riwayat Dari Ashim al-ahwal dari Anas Ra. :
“Bahwa Anas Ra. Berfatwa tentang qunut sesudah ruku”.
6. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada
rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa :
“Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
7. Hadits Riwayat dari Salim dari Ibnu umar ra.
“Bahwasanya ibnu umar mendengar rasulullah SAW apabila beliau
mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat terakhir shalat subuh, beliau
berkata : “Ya Allah laknatlah sifulan dan si fulan”, sesudah beliau
menucapkan sami’allahu liman hamidah. Maka Allah menurunkan Ayat: “Tidak ada bagimu
sesuatu pun urusan mereka itu atau dari pemberian taubat terhadap mereka
karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dzalim “(HR Bukhary).
Terlihat jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut subuh, dilakukan
setalah ruku. Adapun ada riwayat yang menyatakan sebelum ruku, Imam Baihaqi
mengatkan dalam kita Al-majmu :
“Dan orang-orang yang meriwayatkan qunut sesudah ruku lebih banyak
dan lebih kuat menghafal hadis, maka dialah yang lebih utama dan inilah
jalanya para khalifah yang memperoleh petunjuk – radhiyallahu ‘anhum- pada
sebagian besar riwayat mereka, wallahu a’lam”.
D. Jawaban untuk orang-orang yang membantah sunnahnya qunut
subuh
Ada yang mendatangkan Hadits bahwa Ummu salamah berkata :
“Bahwa Nabi Saw. melarang qunut pada waktu subuh “ (Hadis ini Dhoif).
Jawaban : Hadist ini dhaif karena periwayatan dari Muhammad
bin ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya
dari ummu salamah. Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah
dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu salamah”. Tersebut
dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh Imam Bukhary
bahwa ia banyak menhilangkan hadis. Abu hatim mengatakan ianya matruk”
(Mizanul I’tidal IV/70).
Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Baihaqi hadisnya matruk.
Sedangkan Abdullah adalah orang banyak meriwayatkan hadis mungkar. (Mizanul
I’tidal II/422).
2. Ada yang mengajukan Hadis bahwa Ibnu Abbas ra.
Berkata :
“Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah”
Jawaban : Hadis ini dhaif sekali (daoif jiddan) karena imam
Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan beliau sendiri mengatakan
bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang yang
ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu abbas sendiri
mengatakan :
“Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.
3. Ada juga yang mengetangahkan riwayat Ibnu mas’ud yang
mengatakan :
“Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.
Jawaban : Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al majmu
sangatlah dhoif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as-suhaili yang
ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadis. Tersebut dalam mizanul I’tidal
karangan az-zahaby bahwa Muhammad bin jabir as-suahaimi adalah orang yang
dhoif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i. Imam Bukhary
mengatakan: “ia tidak kuat”. Imam Ibnu Hatim mengatakan : “Ia
dalam waktu akhirnya menjadi pelupa dan kitabnya telah hilang”. (Mizanul
I’tidal III/492).
Dan juga kita dapat menjawab dengan jawaban terdahulu bahwa orang yang
mengatakan“ada” lebih didahulukan daripada yang mengatakan “tidak
ada” berdasarkan kaidah “Al-mutsbit muqaddam alan naafi”.
4. Ada orang yg berpendapat bahawa Nabi Muhammad saw melakukan
qunut satu bulan shj berdasarkan hadith Anas ra, maksudnya:
“Bahawasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk
sambil mendoakan kecelakaan ke atas beberapa puak Arab kemudian baginda
meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Jawaban : Hadith daripada Anas tersebut kita akui sebagi hadith
yg sahih kerana terdapat dlm kitab Bukhari dan Muslim. Akan tetapi yg menjadi
permasalahan sekarang adalah kata:(thumma tarakahu= Kemudian Nabi
meninggalkannya).
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu?
Meninggalkan qunutkah? Atau meninggalkan berdoa yg mengandungi
kecelakaan ke atas puak-puak Arab?
Untuk menjawab permasalahan ini lah kita perhatikan baik2 penjelasan
Imam Nawawi dlm Al-Majmu’jil.3,hlm.505 maksudnya:
“Adapun jawapan terhadap hadith Anas dan Abi Hurairah r.a dlm
ucapannya dengan (thumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan doa
kecelakaan ke atas orang2 kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka
shj. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut pada selain
subuh. Pentafsiran spt ini mesti dilakukan kerana hadith Anas di dlm
ucapannya ’sentiasa Nabi qunut di dlm solat subuh sehingga beliau meninggal
dunia’
adalah sahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara
kedua-duanya.”
Imam Baihaqi meriwayatkan dan Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya
beliau berkata, maksudnya:
“Hanyalah yg ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.”
Tambahan lagi pentafsiran spt ini dijelaskan oleh riwayat Abu
Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:
“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”
Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa qunut Nabi yg satu
bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut inilah yg ditinggalkan, bukan qunut
pada waktu solat subuh.
5. Ada juga orang-orang yg tidak menyukai qunut mengemukakan
dalil hadith Saad bin Thariq yg juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kpd
bapaku, wahai bapa! sesungguhnya engkau pernah solat di belakang Rasulullah
saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah selama kurang
lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan qunut?. Dijawab oleh
bapanya:”Wahai anakku, itu adalah bid’ah.” Diriwayatkan oleh Tirmizi.
Jawaban :
Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh menghairankan
kerana hadith2 tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yg melakukan qunut
banyak sangat sama ada di dlm kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud,
Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan terpakai
di dalam mazhab Syafie dan juga mazhab Maliki.
Hal ini disebabkan oleh kerana beribu-ribu orang telah melihat Nabi
melakukan qunut, begitu pula sahabat baginda. Manakala hanya Thariq seorang
shj yg mengatakan qunut itu sebagai amalan bid’ah.
Maka dalam masalah ini berlakulah kaedah usul fiqh iaitu:
“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yg
menafikan.
Tambahan lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih banyak drpd orang yg
mengatakan TIDAK ADA.
Seperti inilah jawapan Imam Nawawi didlm Al-Majmu’ jil.3,hlm.505,
maksudnya:
“Dan jawapan kita terhadap hadith Saad bin Thariq adalah bahawa
riwayat orang2 yg menetapkan qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan
juga mereka lebih banyak. Oleh itu wajiblah mendahulukan mereka”
Pensyarah hadith Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan komen
yang sama terhadap hadith Saad bin Thariq itu. Beliau mengatakan:”Telah sah
dan tetap bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut dlm solat subuh, telah
tetap pula bahawa Nabi ada qunut sebelum rukuk atau sesudah rukuk, telah
tetap pula bahawa Nabi ada melakukan qunut nazilah dan para khalifah di
Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar mengatakan bahawa qunut itu
sunat, telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Oleh itu janganlah kamu tengok
dan jgn pula ambil perhatian terhadap ucapan yg lain daripada itu.”
Bahkan ulamak ahli fiqh dari Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafie
Hazami di dalam kitabnya Taudhihul Adillah ketika memberi komen terhadap
hadith Saad bin Thariq itu berkata:
“Sudah terang qunut itu bukan bid’ah menurut segala riwayat yg ada
maka yg bid’ah itu adalah meragukan kesunatannya sehingga masih
bertanya-tanya pula. Sudah gaharu cendana pula, sudahh tahu bertanya pula”
Dgn demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yg mengatakan
bahawa Abu Malik itu jangan diikuti hadithnya dlm masalah qunut.(Mizanul
I’tidal jil.2,hlm.122).
6. Kelompok anti madzab katakan : Dalam hadis-hadis yang disebutkan
diatas, qunut bermakna tumaninah/khusu’?
Jawab : Dalam hadis2 yang ada dlm artikel salafytobat smuanya
berarti seperti dalam topik yang dibicarakan “qunut” = berdoa pada waktu
berdiri (setelah ruku)…
qunut dalam hadis-hadis tersebut bukan berati tumaninah atau
ruku.!!!
Mengenai hadis “qunut” yang bermakna tumaninah/khusu/dsb
Diriwayatkan dari Jabir Ra. katanya Rasulullah saw. bersabda :
afdlalu shshalah thuululqunuut
artinya : “shalah yg paling baik ialah yang paling panjang
qunutnya “
Dalam menjelaskan ayat alqur’an :
“Dan berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dalam keadaan
“qanitiin” (al-baqarah 238) (HR Ibnu abi syaibah, muslim, tirmidzi, Ibnu
Majah seperti dalam kitan Duurul mantsur).
Mujtahid Rah. maksud qanitiin disini termasuklah ruku, khusyu, rekaat
yang panjang/lama berdiri, mata tunduk kebawah, takut kepada Allah swt.
Makna qanitiin juga berarti diam atau senyap. Sebelum turun ayat
ini , masih dibolehkan berbicara dalam shalat, melihat keatas, kebawah,
kesana-kemari, dsb…(lihat hadist bukhary muslim). Setelah turun ayat ini,
perkara-perkara tersebut tidak dibolehkan. (Duurul mantsur)
E. Pendapat Imam Madzab tentang qunut
1. Madzab Hanafi :
Disunatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sebelum ruku. Adapun
qunut pada shalat subuh tidak disunatkan. Sedangkan qunut Nazilah disunatkan
tetapi ada shalat jahriyah saja.
2. Madzab Maliki :
Disunnatkan qunut pada shalat subuh dan tempatnya yang lebih utama
adalah sebelum ruku, tetapi boleh juga dilakukan setelah ruku. Adapun qunut
selain subuh yakni qunut witir dan Nazilah, maka keduanya dimakruhkan.
3. Madzab Syafii
Disunnatkan qunut pada waktu subuh dan tempatnya sesudah ruku. Begitu
juga disunnatkan qunut nazilah dan qunut witir pada pertengahan bulan
ramadhan.
4. Madzab Hambali
Disunnatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sesudah ruku.
Adapun qunut subuh tidak disunnahkan. Sedangkan qunut nazilah disunatkan dan
dilakukan diwaktu subuh saja.
Semoga kita dijadikan oleh Allah asbab hidayah bagi kita dan ummat
seluruh alam.
(Sumber referensi : benderaaswaja.com)
|
Posting Komentar
ternyata menjadi ahlusunnah saja tidak selesai permasalahannya, adalagi masalah Madzab. saya pribadi bingung termasuk Madzab mana. saya sudah muslim dari lahir dan tidak mengerti Madzab mana orang tua saya. dari 4 Madzab diatas 2 hukumnya sunnat sedangkan yang 2 tidak sunnat.saya hanya ingin beribadah sesuai tuntunan Rasullullah. mana yang harus saya ikuti?
V
Posting Komentar