Menu

TQN PP.Suryalaya

 



->Khidmat Manakib di PP.Suryalaya, Bulan April 2002
->Oleh : Ajengan Drs.A.Jauhari.

Banyak orang melarang belajar hal-hal yang rasional, karena dianggap akan menjurus kepada Mu'tazilah. Setelah 8 tahun saya belajar mengamalkan tarekat, ternyata tarekat ini (TQN PP. Suryalaya) sangat rasional atau logis sekali. 
Allah SWT. telah berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan" (Al-Maidah : 35).
Para mufassirin menafsirkan 'Al-Wasilah' itu dengan amal solehah. Sedangkan bentuknya banyak sekali seperti : Bertemu kawan, tersenyum, menyapa dan berbagai kebaikan lainnya adalah amal soleh. Jadi segala sesuatu yang bertujuan atau menunjang ketaqwaan disebut amal soleh. 
Dari ayat diatas Allah menyuruh mencari wasilah agar mencapai kesempurnaan taqwa kepada Allah, lebih khusus lagi dengan adanya penegasan hadits Rasul SAW. yang berbunyi : "Ingatlah ! bahwa sesungguhnya di dalam tubuh anak Adam itu ada segumpal daging. Apabila baik itu segumpal daging, maka baiklah seluruh amalannya. Dan apabila jelek itu segumpal daging, maka jeleklah seluruh amalannya. Ingatkan bahwa segumpal daging itu adalah kalbu (hati)".
Menurut hadits diatas bahwa perilaku manusia itu tergantung dari baik-buruknya hati. Sehingga Imam Al-Ghozali mengibaratkan hati sebagai komandan, sedangkan anggota tubuh yang lain sebagai prajuritnya. 
Oleh karena itu kalau berbicara taqwa tanpa hati adalah nonsen. Mengapa? Karena Sabda Nabi SAW bahwa taqwa adalah disini (di dalam hati). Wasilah agar menjadi orang bertaqwa adalah menjaga atau membersihkan hati serta mengisinya dengan dzikrullah, karena menurut Imam Ghozali bahwa hati manusia itu bermacam-macam : Ada hati yang hitam gelap dan ada hati yang putih bersih. 
Adapun orang-orang beriman dan bertaqwa kepada Allah hatinya putih bersih yang didalamnya seolah-olah ada lampu yang menerangi. Mengapa demikian? Allah selalu memberi penerangan (Nur)-Nya kepada mereka. 
Disinilah pentingnya mendidik hati (Qalbu) sebagai wasilah utama agar menjadi muttaqin.

(Sumber referensi: www.suryalaya.org)

Posting Komentar

 
Top