Makiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ. وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ. وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ. وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ. عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ. يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ. الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ. فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ. كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ. وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ. كِرَامًا كَاتِبِينَ. يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang
“Apabila langit terbelah, dan apabila
bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan
apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang
telah dikerjakan dan yang dilalaikannya. Hai manusia, apakah yang telah
memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabb-mu Yang Maha Pemurah. Yang
telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan
tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun
tubuh-mu. Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi
(pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
Allah Ta’ala berfirman: “Apabila langit
terbelah.” Yakni: Terpecah. “Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan.”
Yakni: Berjatuhan. “Dan apabila lautan meluap.” Sejumlah para ulama berkata:
Allah Ta’ala pancarkan sebahagiannya kepada sebahagian yang lain. Dan Qatadah
berkata: Air tawar dan asinnya bercampur. “Dan apabila kuburan-kuburan
dibongkar.” Ibnu Abbas berkata: Dihilangkan. Dan As-Suddi berkata: Digerakan
sehingga siapa saja yang ada didalamnya keluar.
Dan firman-Nya: “Maka tiap-tiap jiwa akan
mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.” Yakni: Jika hal
tersebut diatas terjadi, maka terjadilah hal ini.
Dan firman-Nya: “Wahai manusia, apakah yang
telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang Maha Mulia.”
Ini adalah ancaman. Dan makna ayat ini adalah: Apa yang membuat engkau
terpedaya wahai anak Adam terhadap Rabbmu Yang Maha Mulia. Yakni: Maha Agung.
Sampai engkau mendahulukan kemaksiatan dan engkau datangi apa-apa yang tidak
pantas?
Sejumlah ulama berkata: “Terpedayanya dia
adalah -demi Allah- kebodohannya.” Dan Qatadah berkata: “Apa yang membuat kamu
terpedaya terhadap Rabbmu Yang Maha Mulia.” Sesuatu yang menipu (memperdaya)
anak Adam ini adalah musuh yaitu: Syaithan. Dan Fudhail bin Iyadh berkata:
Seandainya ada yang berkata kepadaku apa yang membuat kamu terpedaya padaku???
Dan Abu Bakr Al-Warraq berkata: Seandainya ada yang berkata kepadaku, “Apa yang
membuat kamu terpedaya terhadap Rabbmu Yang Maha Mulia.” Maka pasti aku
menjawab: Kemuliannya Allah Yang Mahamulia telah membuat saya terperdaya.”
Al-Baghawy berkata: Sebagian pakar tentang isyarat berkata: Allah Ta’ala hanya
berfirman: “Terhadap Rabbmu Yang Mahamulia.” Tanpa menyebutkan nama-namaNya dan
sifat-sifatNya yang lain, seakan-akan Allah telah memberitahukan jawaban dari
pertanyaan ini.” Akan tetapi apa yang dikhayalkan oleh pembicaranya ini tidak
teranggap sama sekali, sebab Allah hanya mendatangkan satu nama-Nya “Yang
Mahamulia,” untuk memberikan peringatan bahwa tidak pantas kemuliaan dibalas
dengan perbuatan-perbuatan yang kotor dan amalan-amalan yang jelek.
Dan firman-Nya: “Yang telah menciptakan kamu
lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.”
Yakni: Apa yang membuat kamu terpedaya terhadap Rabbmu Yang Mahamulia, “Yang
telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan
tubuh)mu seimbang.” Yakni: Menjadikanmu seimbang, selaras tegak dalam berdiri
yang penyandarannya kepada sebaik-baik keadaan dan permisalan.
Dari Busr bin Jihasy Al-Qurasyi berkata, bahwa
Rasulullah r suatu hari meludah ke telapak tangannya, lalu beliau meletakkan
sebuah jarinya di atasnya. Kemudian beliau bersabda, “Allah U berfirman, “Wahai
anak Adam, bagaimana mungkin kamu membuat Saya lemah sementara Saya yang telah
menciptakan kamu dari air yang semisal ini. Sampai ketika Saya sudah
menyempurnakan dan memperbaiki penciptaanmu, kamu pun berjalan di antara dua
pakaian dan bumi merasa berat memikulmu. Maka kamu pun mengumpulkan harta dan
menahan dari bersedekah, sampai ketika ruh sudah sampai di tenggorokan, kamu
baru berkata, “Saya akan bersedekah,” padahal bukan lagi saatnya
bersedekah.?[1] “
Dan firman-Nya: “Dalam bentuk apa saja yang
Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” Mujahid berkata: Pada segala penyerupaan
dari ayah atau ibu atau paman dari pihak ayah atau paman dari pihak ibu. Dalam
Ash-Shahihain[2] dari Abu Hurairah: Bahwasannya seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah: Sesungguhnya istriku melahirkan seorang anak laki-laki
hitam. Beliau bersabda: apakah kamu mempunyai unta? Laki-laki itu menjawab: Ya.
Beliau bersabda: Apa warnanya? Dia menjawab: merah. Beliau bersabda: apakah
padanya ada yang berwarna putih? Dia menjawab: Iya. Beliau bersabda: bagaimana
dia bisa melahirkan yang berwarna hitam?! Dia berkata: Mungkin itu factor
keturunan,” maka beliau bersabda, “Kalau begitu, ini pun mungkin factor
keturunan.”
Ikrimah berkata pada firman Allah Ta’ala:
“Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusunmu.” Jika Dia kehendaki
pada bentuk monyet, maka engkau akan berbentuk pada bentuk monyet. Dia jika
kehendaki pada bentuk babi, maka engkau akan dalam bentuk babi juga. Demikian
pula dikatakan oleh Abu Shalih: Dalam bentuk anjing jika Dia kehendaki, dalam
bentuk keledai dan jika Dia kehendaki, dalam bentuk babi. Dan Qatadah berkata:
“Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” Beliau
berkata: Allah Rabb kita Mahamampu atas hal yang demikian.
Dan makna perkataan ini disisi mereka:
Sesungguhnya Allah Ta’ala Mahamampu pada pembentukan yang jelek dari hewan-hewan
yang tergabung kedalam hewan-hewan yang asing, akan tetapi karena
keMahamampun-Nya dan kelembutan-Nya, Dia menciptamu diatas bentuk yang paling
baik yang tegak dan sempurna, paling baik dipandang dan paling baik keadaannya.
Dan firman-Nya: “Bahkan kamu mendustakan hari
pembalasan.” Yakni: Tidak ada yang membuat kalian menghadapi dan membalas Yang
Mahamulia dengan kemaksiatan kecuali pendustaan terhadap hari kebangkitan,
pembalasan, dan hisab yang bercokol di dalam hati-hati kalia.
Dan firman-Nya: “Padahal sesungguhnya bagi
kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi
Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” Yakni: Sesungguhnya pada kalian ada malaikat penjaga yang
mulia lagi mencatat. Maka jangan kalian hadapkan mereka dengan kekejian
sehingga mereka menulis seluruh amalan-amalan kalian.
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ. وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ. يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ. وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ. ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ. يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا ۖ وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ.
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak
berbakti benar-benar berada dalam Surga yang penuh keni’matan, dan sesungguhnya
orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam Neraka. Mereka masuk ke
dalamnya pada hari pembalasan. Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari
Neraka itu. Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu
apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya
sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam
kekuasaan Allah.”
Allah Ta’ala menghabarkan tentang apa-apa
terjadi pada orang-orang yang berbuat baik berupa kenikmatan, dan mereka adalah
orang-orang yang taat kepada Allah dan tidak melakukan maksiat. Kemudian Allah
Ta’ala menyebutkan apa yang terjadi pada orang-orang bejat berupa Nekara Jahim
dan siksaan yang terus menerus. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman: “Mereka
masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.” Yakni: Hari perhitungan, hari
pembalasan, dan hari Kiamat. “Dan mereka sekali-kali tidak dapat menghindar
itu.” Yakni: Mereka tidak bisa menghindar dari siksaan sesaatpun, dan
siksaannya tidak akan diringankan kepada mereka dan segala yang mereka minta
berupa kematian atau istirahat tidak akan dipenuhi walaupun hanya sehari.
Dan firman-Nya: “Tahukah kamu apakah hari
pembalasan tersebut.” Ini adalah penggambaran tentang keadaan hari Kiamat.
Kemudian Allah kuatkan dengan firman-Nya: “Kemudian, tahukah kamu apakah hari
pembalasan itu.” Kemudian Allah menafsirkannya dengan firman-Nya: “Hari yang
jiwa tidak mempunyai pemilikan pada jiwa manapun juga sedikitpun.” Yakni: Seseorang
tidak mampu untuk memberikan manfaat pada orang lain, dan tidak mampu untuk
melepaskannya dari apa-apa yang dia berada padanya, kecuali bagi orang-orang
yang Allah Ta’ala izinkan dan yang Dia Ridhai dan kami sebutkan padanya hadits,
“Wahai bani Hasyim selamatkan diri-diri kalian dari Nekara, sungguh saya tidak
mempunyai kemampuan kepada kalian dihadapan Allah sedikitpun.[3]” Dan telah
berlalu pada akhir tafsir surah Asy-Syu’araa oleh karena itu Allah Ta’ala
berfirman “Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” Sebagaimana
firman-Nya: “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang
Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Ghafir: 16) dan firman-Nya: “Kerajaan yang
hak pada hari itu adalah kepunyaan Rabb Yang Maha Pemurah.” (Al-Furqan: 26) dan
firman-Nya: “Yang menguasai hari pembalasan.” (Al-Fatihah: 4)
Qatadah berkata: “Hari yang jiwa tidak
mempunyai pemilikan pada jiwa manapun juga sedikitpun juga. Dan segala urusan
pada hari itu dalam kekuasaan Allah.”
[Diterjemah dari Shahih Tafsir Ibnu Katsir
jilid 2, karya Asy-Syaikh Musthafa Al-Adawi][1] Shahih, dan haditsnya telah
berlalu dalam surah An-Nahl.
[2] HR. Bukhari no. 5305 dan Muslim no. 1500
[3] Hadits shahih, telah berlalu
penyebutannya.
(Dari berbagai sumber)
Posting Komentar
Posting Komentar