Oleh: Ustaz M Arifin
Ilham
Harus kita akui bahwa ibadah, amal saleh, dan
bentuk-bentuk ketaatan lainnya kepada Allah SWT, masih lebih sedikit bila
dibandingkan dengan aneka kemaksiatan dan dosa yang kita lakukan pada-Nya.
Sebaliknya, dibanding rahmat-Nya yang sampai
kepada kita atau murka- Nya, yang justru deras mengguyur kita adalah
rahmat-Nya.
Padahal, yang meluncur kencang adalah
kemaksiatan dan dosa kita. Seakan murka-Nya tersembunyi di balik kasih sayang
atau rahmat Allah.
Benarlah demikian adanya. Setiap hari kita
menabung dosa, tapi justru dibalas oleh rahmat-Nya. Bukankah kita masih
diperkenankan hidup. Udara dunia masih bisa kita hirup. Bahkan, berbagai
fasilitas kehidupan pun masih dipenuhi.
Alam masih relatif bersahabat dengan kita bila
dibandingkan dengan umat-umat terdahulu yang langsung diazab dan direspons oleh
alam ketika dosa dan kemaksiatan semakin merajalela. Sekali lagi ini menandakan
rahmat Allah di atas murka-Nya.
Karena itu, di hadapan para sahabatnya,
Rasulullah berpesan, “Tatkala Allah menciptakan seluruh makhluk, Allah
menuliskan di dalam kitab-Nya, yang kitab itu berada di sisi-Nya di atas Arsy,
yang isinya adalah: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR
Bukhari Muslim).
Pernah terjadi suatu waktu, rombongan tawanan
perang dihadapkan kepada Rasulullah. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang
ibu yang sedang mencari-cari bayinya. Tatkala dia berhasil menemukan bayinya
itu maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan lalu menyusuinya.
Saat itulah Rasulullah bertanya kepada rombongan
itu. “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam
kobaran api?” Rombongan itu menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia
sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.”
Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, Allah
lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini menyayangi anaknya.” (HR
Bukhari Muslim).
Saudaraku, jika kini kita semakin yakin betapa
luasnya rahmat Allah Ta’ala maka seharusnya kita lebih bersemangat lagi untuk
menjemputnya dan jangan sampai terlintas dalam benak pikiran untuk berputus
asa. Sikap putus asa ini adalah sifat orang-orang kafir dan sesat.
“Mereka menjawab, ‘Kami menyampaikan berita
gembira kepadamu dengan benar maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang
berputus asa.’ Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat
Rabb- Nya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (QS al-Hijr: 55-56).
Yakinlah, siapa pun kita masih terbuka peluang
meraih rahmat Allah SWT, walaupun banyak dosa dan kotoran kesalahan menyelimuti
diri kita. Ingatlah, selama kita masih menghela napas, maka pintu rahmat Allah
SWT senantiasa terbentang luas.
Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada
orang-orang yang memintanya. Karena itu, bersegeralah bertaubat dan meraih
rahmat-Nya. Wallahu a’lam.
(Sumber: republika.co.id)
Posting Komentar
Posting Komentar