Di bulan
Januari merupakan sejarah tersendiri bagi umat Islam yakni tanggal 22
Ramadhan 8 H / Januari 630 M, Rasulullah SAW memimpin 10.000 kaum muslimin
menaklukkan kota suci Mekah. Kembalinya Rasulullah SAW ke Mekah ini
merupakan kemenangan besar yang terjadi di bulan Ramadhan tersebut telah
berlalu selama 1424 tahun yang lalu, namun sampai hari ini dan esok, ia
senantiasa melimpahkan beribu pelajaran bagi kaum muslimin. Para ulama,
cendekiawan, dai, murabbi, serta mujahid selalu mengenangnya dan mengkajinya
sepanjang masa. Dari suatu waktu ke waktu lainnya, mereka nantiasa menemukan
mutiara pelajaran yang tiada habisnya.
PERJANJIAN
HUDAIBIYAH PENYEBAB KEBERANGKATAN PASUKAN ISLAM
Perjanjian
Hudaibiyah memberi kesempatan kepada setiap suku untuk bersekutu dengan
pihak yang disukainya. Suku Khuza'ah memilih bersekutu dengan kaum muslimin,
sedang suku Bakr bersekutu dengan Quraisy. Kedua suku ini sejak zaman Jahiliyah
telah bermusuhan. Permusuhan itu terhenti dengan adanya perjanjian
Hudaibiyah. Namun pada bulan Sya'ban 8 H atau 23 bulan sesudah perjanjian
ditanda tangani, suku Bakr menyerang suku Khuza'ah secara sepihak. Suku Quraisy
membantu penyerangan tersebut dengan senjata dan personil, sehingga belasan
warga suku Khuza'ah tewas. Maka utusan suku Khuza'ah meminta bantuan kepada
Rasulullah SAW di Madinah. Pencederaan Perjanjian Hudaibiyah secara
sepihak ini mendorong Rasulullah SAW dan kaum muslimin untuk membela sekutu
mereka dan menghukum musuh. Perjanjian Hudaibiyah yang semula dibenci
oleh mayoritas kaum muslimin itu ternyata menjadi awal kemenangan besar.
Allah SWT
berfirman, :فَعَسَى أَن
تَكْرَهُواْ
شَيْئاً
وَيَجْعَلَ
اللّهُ
فِيهِ
خَيْراً
كَثِيراً
"Mungkin
kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak." (QS. An-Nisa' (4): 19)
Kekalahan mental
pemimpin musyrik merupakan awal kemenangan Islam
Rasulullah
SAW berangkat bersama pasukan Madinah yang berkekuatan 10.000 personil
pada tanggal 10 Ramadhan 8 H. Sepanjang jalan, banyak anggota suku-suku Arab
yang bergabung dengan pasukan beliau. Abu Sufyan bin Harb, pemimpin suku
musyrik Quraisy, gemetar ketakutan mengetahui berita itu. Abu Sufyan berangkat
bersama Abbas bin Abdul Muthalib untuk meminta jaminan keamanan dari Rasulullah
SAW. Di lembah Zhahran, Abu Sufyan akhirnya menyatakan masuk Islam di hadapan
Rasulullah SAW. Abu Sufyan menyaksikan sendiri besarnya kekuatan pasukan Islam.
Pasukan musyrik Quraisy dan sekutunya pasti tak akan mampu memberi perlawanan yang
berarti. Ia segera kembali ke Makkah dan mengumumkan kepada masyarakat
Makkah, "Wahai kaum Quraisy, ini Muhammad telah datang membawa
pasukan yang tidak bisa kalian tandingi. Sebab itu, barangsiapa memasuki rumah
Abu Sufyan, maka ia aman. Barangsiapa memasuki rumahnya, maka ia aman. Dan
barangsiapa memasuki Masjidil Haram, maka ia aman." Penduduk Makkah
pun berhamburan mencari selamat, dengan memasuki rumah masing-masing atau
Masjidil Haram. Abu Sufyan telah kalah mental. Dan ia mengalahkan kaumnya
sendiri. Mereka semua kalah mental, bahkan sebelum pasukan Islam benar-benar
memasuki kota Makkah.
Kembali ke
kampung halaman
Pasukan
Islam terus berjalan, sehingga menebarkan rasa gentar di hati musuh pada
setiap lembah dan kampung yang mereka lalui. Mereka berjalan sampai lembah Dzi
Thuwa sampai akhirnya memasuki Makkah yang sunyi, lenggang. Rasulullah SAW
menunggang untanya dengan memakai penutup kepala hitam dan merendahkan
kepalanya sehingga jenggotnya menyentuh pelana unta, sebagai bentuk tawadhu'
kepada Allah SWT. Dahulu beliau diusir dan diburu oleh kaum musyrik Quraisy
untuk dibantai. Kini, 8 tahun sesuadah semua kejahatan itu, beliau kembali
dengan kekuatan besar untuk menaklukkan kampung halaman.
Allah Yang telah
berfirman,
إِنَّ
الَّذِي
فَرَضَ
عَلَيْكَ
الْقُرْآنَ
لَرَادُّكَ
إِلَى
مَعَادٍ
قُل
رَّبِّي
أَعْلَمُ
مَن
جَاء
بِالْهُدَى
وَمَنْ
هُوَ
فِي
ضَلَالٍ
مُّبِينٍ
"Sesungguhnya
(Allah) Yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Quran, benar-benar
akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Rabbku mengetahui
orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata." (QS.
Al-Qashash (28): 85)
Tiada
kesombongan sedikit pun di dalam diri beliau, justru beliau menunjukkan
kerendahan hati dan ketundukan di hadapan Allah Yang Maha Besar lagi Maha
Perkasa. Beliau tidak melakukan pembakaran, perusakan, dan pembantaian, seperti
yang biasa dilakukan oleh para diktator penakluk yang menang perang. Inilah
akhlak para fatihin mujahidin rabbaniyyin.
Jaminan
keamanan, kemenangan berikutnya
Rasulullah SAW kembali
mengumumkan jaminan keamanan bagi penduduk Makkah, seperti yang sudah diumumkan
oleh Abu Sufyan sebelumnya. Rasa aman menyelimuti seluruh penduduk Makkah.
Negeri yang dahulu diwarnai penindasan kaum musyrik terhadap kaum muslimin kini
sudah menjadi negeri yang aman dan penuh kedamaian. Rasa aman itu disusul oleh
menjalarnya keislaman dan keimanan ke sanubari penduduk Makkah. Mereka pun
masuk Islam secara sukarela dengan berbondong-bondong. Inilah kemenangan
sejati.
TIADA JAMINAN
KEAMANAN UNTUK PEMIMPIN KEJAHATAN
Rasulullah SAW
memberikan pengampunan umum kepada penduduk Makkah. Kecuali bagi para ‘penjahat
perang' yang melampaui batas dalam memusuhi Rasulullah SAW dan kaum
muslimin. Mereka adalah orang yang menyerang wanita muslimah ketika berhijrah
ke Madinah, atau melecehkanRasulullah SAW lewat syair syair cacian makian,
atau murtad disertai pembunuhan terhadap kaum muslimin. Mereka dijatuhi hukuman
mati, walau bersembunyi di balik tirai Ka'bah. Ini juga merupakan
kemenangan tersendiri, supaya masyarakat Islam terlindungi dari kejahatan
pentolan kekafiran.
Penghancuran
berhala-berhala
Di dalam dan
sekitar masjidil Haram, Rasulullah SAW memimpi pasukan Islam menghancurkan satu
demi satu berhala yang disembah oleh kaum musyrik. Masjid yang selama ini
dikotori oleh kesyirikan dan kekejaman kaum musyrik terhadap kaum muslimin yang
lemah, kini telah disucikan. Kesombongan para pemimpin musyrik yang melecehkan ayat-ayat
Al-Qur'an dan dakwah Islam kini telah dirobohkan. Fisik berhala-berhala
telah roboh. Bersamaan dengan itu, berhala pemikiran, kebudayaan, tradisi
jahiliyah, dan pedoman hidup kaum musyrik juga telah roboh. Syariat Allah
SWT-lah yang kini tegak dan berjaya. Ini juga adalah kemenangan tersendiri.
Baiat adalah
kemenangan tersendiri
Seluruh
penduduk Makkah berkumpul di masjidil Haram. Mereka mengikrarkan
baiat masuk Islam, mendengar, dan taat kepada Rasulullah SAW. Pertama kali
adalah kaum laki-laki, disusul kaum wanita. Kaum wanita berbaiat untuk tidak
berbuat syirik, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak mereka,
tidak mengada-adakan kebohongan, dan menaati Rasululah SAW dalam kebajikan.
Baiat ini adalah sebuah kemenangan tersendiri.
Adzan di atas
Ka'bah
Atas perintah
Rasulullah SAW, Bilal mantan budak yang teguh di atas keimanan diperintahkan
naik ke atas Ka'bah dan mengumandangkan adzan. Suara adzan menggema ke seluruh
penjuru kota, memasuki setiap relung hati manusia dan rumah. Adzan merupakan
persaksian akan pentauhidan Allah dan kerasulan SAW disertai ketundukan dalam
shalat, untuk menggapai kemenangan dunia dan akhirat, sebagai bukti nyata
kemenangan agama Allah dan keagungan Allah Yang Maha Besar. Agama Allah
berjaya di atas segala agama batil manusia, seperti agungnya suara adzan di
atas Ka'bah.
Pengajaran
Rasulullah SAW
Rasulullah SAW
tinggal selama 20 hari di Makkah untuk memberikan pengajaran Islam kepada
masyarakat. Rasulullah SAW juga mengutus pasukan ke berbagai daerah sekitar
Makkah untuk menghancurkan berhala-berhala yang selama ratusan tahun disembah
oleh suku-suku Arab.
Dahulu saat
pertama kali berdakwah di bukti Shafa, Rasulullah SAW dicaci maki dan dilempari
kerikil. Kini seluruh penduduk Makkah menghadiri dakwah beliau dengan mata yang
melihat, telinga yang mendengar, dan hati yang menerima. Kini Rasulullah SAW
dengan lantang mencabut paganisme dan budaya jahiliyah sampai ke akar-akarnya.
Di hari penaklukan Makkah, Rasulullah SAW berkhutbah:
يَا
أَيُّهَا
النَّاسُ،
إِنَّ
اللَّهَ
قَدْ
أَذْهَبَ
عَنْكُمْ
عُبِّيَّةَ
الْجَاهِلِيَّةِ
،
وَتَعَاظُمَهَا
بِآبَائِهَا،
فَالنَّاسُ
رَجُلَانِ:
بَرٌّ
تَقِيٌّ
كَرِيمٌ
عَلَى
اللَّهِ،
وَفَاجِرٌ
شَقِيٌّ
هَيِّنٌ
عَلَى
اللَّهِ،
وَالنَّاسُ
بَنُو
آدَمَ،
وَخَلَقَ
اللَّهُ
آدَمَ
مِنْ
تُرَابٍ
قَالَ
اللَّهُ:
" يَا
أَيُّهَا
النَّاسُ
إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ
مِنْ
ذَكَرٍ
وَأُنْثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا
إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ
اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ
إِنَّ
اللَّهَ
عَلِيمٌ
خَبِيرٌ
"Wahai
manusia! Sesungguhnya Allah telah melenyapkan fanatisme jahiliyah dan
kebanggaan dengan nenek moyang dari diri kalian. Manusia hanya ada dua, orang
mukmin lagi bertakwa yang mulia di sisi Allah, dan orang durjana yang celaka
lagi hina di sisi Allah. Semua manusia keturunan Adam. Allah menciptakan Adam
dari tanah. Allah berfirman,
"Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat (49): 13) (HR.
Tirmidzi no. 3193)
Penaklukan Makkah merupakan kemenangan di
atas kemenangan. Rasulullah SAW memasuki kota Makkah sambil membaca ayat,
"Katakanlah:
Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil
itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS. Al-Isra' (17): 81)
Katakanlah: "Kebenaran
telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
mengulangi." (QS. Saba' (34): 49)
Setiap zaman
memilik kemenangan tersendiri
Di setiap zaman
dan setiap tempat, Allah mengutus di tengah umat ini orang-orang yang membuka
penaklukan-penaklukan dan mengobati luka-luka umat. Hal itu sebagaimana Allah
mengutus orang-orang yang memperbaharui ajaran Islam yang telah dilupakan dan
menghidupkan kembali syariat Islam yang telah dicampakkan. Mereka semua
disebutkan oleh hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ
يَبْعَثُ
لِهَذِهِ
الْأُمَّةِ
- عَلَى
رَأْسِ
كُلِّ
مِائَةِ
سَنَةٍ
- مَنْ
يُجَدِّدُ
لَهَا
دِينَهَا
"Sesungguhnya
Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun orang yang
memperbaharui agama umat ini." (HR. Abu Daud )
Manusia yang
paling layak untuk menyandang kemuliaan tajdid adalah orang-orang yang Allah
tegakkan untuk menghidupkan jihad dalam jiwa manusia, menghapus kehinaan umat,
membebaskan tanah air kaum muslimin, menghidupkan kemuliaan umat, membangun
jiwa dan meninggikan cita-cita mereka.
Dakwah Islam ini
senantiasa berada dalam lindungan Allah sejak pertama kali dikumandangkan.
Kemenangan Islam akan senantiasa terulang dan penaklukan Islam akan senantiasa
terjadi. Allah telah menetapkan bahwa Ia akan senantiasa memenangkan Islam,
menjayakan Rasul-Nya, dan menjadikan hamba-Nya yang beriman berkuasa di muka
bumi. Saat itu terjadi, kekuasaan Islam akan mencapai seluruh penjuru bumi dan
menjangkau setiap rumah.
Wallahu a'lam
bish shawab.
(Dokumen Pemuda
TQN Suryalaya News, sumber: kabarislami.com)
Posting Komentar
Posting Komentar